PENERAPAN METODE PENDEKATAN PARTISIPASI SEBAGAI INSTRUMEN
4. Metode Analisa Sosial
³$QDOLVDJHQGHU´³IDNWRUVRVLDO´
GDQ ³GDPSDN VRVLDO´
seharusnya merupakan bagian
utama dari pengembangan
perencanaan dan kegiatan
masyarakat. Adapun tujuan
utamanya adalah untuk
membentuk kerangka dasar bagi keikut-sertaan masyarakat dan untuk membuat prioritas analisa sosial. Metode ini telah berkembang dengan baik dan
memberi perhatian pada
beberapa isu yang seringkali
tidak mendapat perhatian
petugas lapangan yang masih
mengguna-kan pendekatan
³PHQJDMDUNDQ´
Hal-Hal yang Perlu Dilakukan dalam Melaksanakan Metode Pendekatan Partisipasi
Berbagai hal yang perlu
dilakukan oleh pekerja atau
peneliti sosial dalam
melakukan kegiatan yang
menggunakan metoda
pendekatan partisipasi adalah :
menggunakan pertanyaan
terbuka dan tidak
mengarahkan peserta;
menggunakan media untuk
men-ciptakan suasana
santai dan terbuka;
peka terhadap peserta
wanita;
melakukan persiapan
sebelum me-mulai kegiatan
(mengetahui tujuan, apa
yang harus dilakukan dan apa yang akan dicapai);
sebagai instrumen pengumpulan informasi
tidak mengawasi atau
melakukan koreksi apabila
peserta melakukan
kesalahan serta melakukan
proses belajar orang
dewasa;
mendorong peserta agar
meng-arahkan dan
mengendalikan proses
kegiatan;
kalau perlu mempermudah
perangkat atau media dan
menyesuaikannya dengan
keadaan.
Selain beberapa poin di atas, berbagai hal penting yang perlu diingat oleh fasilitator sesuai dengan peranannya, antara lain :
hanya memfasilitasi
kelompok diskusi atau
kelompok kegiatan;
tidak menjadi pemecah
masalah;
membantu agar proses
kelompok dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri;
menggali agar informasi
dapat diberikan kepada
kelompok oleh anggota
kelompok sendiri;
menciptakan suasana
belajar aktif;
tidak menjadi pengajar dan
tidak mengajar;
menjadi perantara dari
proses kelompok/katalisator;
menjadi fasilitator bukan
pemain;
menjadi instruktur untuk
melakukan proses dalam kelompok;
membuka acara diskusi;
membantu proses
eksplorasi;
menyimpulkan.
Beberapa Contoh Jenis Alat Peraga:
sumber daya. Dengan menggunakan bahan-bahan
lokal seperti batu atau
kancing, jika perlu dapat dibuat dari tanah, partisipan diminta untuk membuat peta yang antara lain memuat berbagai informasi, seperti
keberada-an sarana dan
jumlah keluarga.
2. Penggunaan poster untuk membuat prioritas masalah,
merupakan verifika-si/ricek
dari metode-metode PRA,
lain seperti: pemetaan
sosial, pocket voting, ladder
walk.
3. Kantung suara (pocket
voting): berfungsi
mengetahui penyebaran
suara dalam masyarakat
mengenai masalah yang
ingin diketahui, contoh-nya:
mengetahui penyebaran
peng-gunaan sumber air
bersih sebelum dan sesudah proyek.
4. Analisa gender (untuk
melihat siapa yang
mengawasi sumber dan
akses dalam keluarga).
5. Analisa gender untuk
mengetahui tugas dan
kewajiban bapak dan ibu dalam rumah tangga dan masyarakat.
6. Ladder walk, bertujuan
menggali proses kegiatan yang berjenjang/ bertingkat yang dilakukan masyarakat.
7. Rating Scale
8. Rute penularan penyakit
9. Assessment perilaku sehat
10.Mengenal proses
pengambilan keputusan
11.100 benih/biji, bertujuan
mengetahui porsi
pendapatan dan
pengeluaran setiap anggota dalam keluarga.
sebagai instrumen pengumpulan informasi 12.Penggolongan
kesejahteraan (untuk
mengidentifikasi anggota
masyarakat yang miskin).
13.Profil partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah proyek.
Proses Pengolahan dan Analisis Data
Mengacu pada data-data yang terhimpun melalui berbagai alat pendekatan partisipasi, serta berdasarkan pada tujuan dan sasaran studi, maka disusunlah suatu kategori penilaian, yang kemudian dijabarkan dalam beberapa butir penilaian. Di sini dibutuhkan kepekaan setiap fasilitator dan kerjasama tim yang baik, untuk menyusun
temuan-temuan di
lapangan/masyarakat sehingga temuan-temuan tersebut dapat
ditransformasikan secara visual dalam bentuk gambar atau grafis.
Proses pengolahan data yang umum dilakukan adalah:
Data-data lapangan yang
diperoleh melalui berbagai alat pendekatan partisipatori diterjemahkan dan disusun ke dalam bentuk tampilan yang mudah dibaca dan ditangkap maksud dan isinya oleh orang lain. Tujuan lain dari proses ini juga untuk menjaga kelangsungan dan keaslian data yang diperoleh
agar selama proses
pengolahan dan analisis
selanjutnya tidak terjadi
perhitungan ganda (double
counting) ataupun
kontradiksi informasi.
Data-data yang telah
terstruktur, dikompilasi ke
dalam kategori penilaian
yang telah disusun sebelum studi dilakukan. Proses ini
merupakan penerjemahan
data dan informasi yang
masih dalam bentuk
kualitatif, ke dalam bentuk kuantitatif.
Data kuantitatif yang
diperoleh, sesuai kebutuhan
dan keinginan, dapat
ditampilkan dalam bentuk
gambar ataupun grafis,
untuk memudahkan analisis
sintesis yang lebih
mendalam. Dari sana
temuan-temuan yang ada dapat dinarasikan.
Berikut ini contoh tampilan dari pengolahan data yang pernah dilakukan untuk alat decision
making 3 (pengambilan
3
Decision making digunakan untuk
keputusan).
melihat besarnya keterlibatan lembaga/kelompok/ institusi yang ada di masyarakat dalam proses kegiatan/proyek. Gambar kiri merupakan tabulasi dari hasil PRA Decision Making, yang selanjutnya dapat disajikan dalam gambar kanan; untuk melihat dominasi keterlibatan profil lembaga secara keseluruhan.
sebagai instrumen pengumpulan informasi
Berbagai Kesulitan Lapangan (Berdasarkan Pengalaman)
Sebagaimana metode
pendekatan sosial lainnya,
penggunaan metode
pendekatan partisipasi pun
tidak terelakkan dari berbagai
kesulitan lapangan. Pada
dasarnya, semakin banyak
seorang petugas lapangan
melakukan pekerjaan
lapangan, akan semakin
banyak pula pengenalan
kesulitan-kesulitan lapangan. Berdasarkan pe-ngalaman di lapangan, berbagai kesulitan yang pernah dihadapi adalah sebagai berikut :
1. Kekurangsiapan instrumen
dan alat peraga. Kurang persiapan untuk melakukan tugas lapangan, dalam arti instrumen dan alat peraga
belum disiapkan secara
lengkap bisa sangat
mengganggu kelancaran
penelitian di lapangan. Bisa
dibayangkan bagai-mana
kesulitan yang dihadapi bila harus menerapkan metode pen-dekatan partisipasi di wilayah yang terisolir, terlupa
membawa spidol, kertas
minyak, atau perlengkapan
peraga lainnya. Dalam
situasi seperti ini, petugas harus kreatif dan mampu
menggunakan bahan-bahan
lokal, atau memodifikasi
instrumen. Bagaimana-pun, lebih baik bila semua telah
dipersiapkan secara
lengkap.
2. Tidak mempersiapkan
perizinan yang diperlukan,
bisa menjadi hambatan
serius. Hal yang harus
diingat adalah bahwa
prosedur birokrasi di
Indonesia sangat ketat dan kaku. Dalam banyak hal bisa
³bypass´ WHUKDGDS SURVHGXU
perizinan memang
dilakukan, namun bila tidak
beruntung, hal ini bisa
menggagalkan (terpaksa
berpindah lokasi) atau
minimal menunda jadwal penelitian.
sebagai instrumen pengumpulan informasi
dengan situasi dan kondisi setempat.
Petugas lapangan selalu dipesankan agar senantiasa menghargai nilai-nilai sosial budaya masyarakat
lokal. Karena itu,
seyogyanya penentuan
jadwal tidak bersifat kaku, tetapi disesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya.
Jadwal yang telah ditentukan
kadang-kadang harus
berubah karena bersamaan waktunya dengan keperluan penduduk yang tidak bisa ditinggalkan. Petugas harus
menerima hal itu yang
biasanya menyangkut: a) hari pasaran, dimana semua penduduk desa biasanya pergi untuk menjual hasil produksinya atau berbelanja;
b) kegiatan keagamaan,
dimana semua penduduk
ikut serta dalam kegiatan tersebut; c) waktu tanam,
dimana pada masa ini
semua penduduk melakukan kegiatan sehingga jadwal
diskusi kelompok harus
dilakukan pada malam hari; d) secara mendadak ada kematian, sehingga semua
penduduk harus pergi
melayat; e) hajatan,
sehingga semua penduduk
harus pergi menghadiri
undangan; f) dan
sebagainya.
4. Hambatan bahasa
Hambatan komunikasi bisa terjadi karena bahasa yang
digunakan oleh peneliti
tidak sama dengan bahasa penduduk peserta diskusi atau yang diwawancarai.
Pemakaian bahasa
kelompok umur tertentu (orang tua) seringkali tidak lancar, atau kalaupun bisa memahami mereka tidak bisa mengungkapkan isi pikirannya kepada peneliti (dengan bahasa Indonesia). Karenanya, akan sangat baik bila peneliti memahami bahasa lokal, dan bila tidak bisa harus ada pendamping
peneliti yang mampu
berbahasa lokal. Hambatan
komuni-kasi juga bisa
terjadi karena pemilihan kata yang kurang tepat, yang mempunyai arti lain di
lingkungan masyarakat
lokal. Seorang peneliti bisa menjadi bahan tertawaan, karena kata yang digunakan
mempunyai arti khusus
yang sangat pribadi.
Contoh-nya di Gorontalo,
LVWLODK ³ELML´ MDQJDQ
digunakan di lingkungan ibu-ibu, karena artinya lain. Lebih baik gunakan istilah
³EHQLK´ -DGL MDQJDQ
PHQJDWDNDQ´,EX-ibu, di sini
tersedia seratus biji
NDFDQJ´ WDSL NDWDNDQ³
Ibu-ibu, di sini tersedia 100
EHQLKNDFDQJ¶
5. Kapasitas peserta diskusi
Fasilitator sering
menghadapi masalah
mengenai kelompok diskusi yang kurang aktif karena berbagai sebab, antara lain karena: ada orang yang mendominasi diskusi, ada aparat desa yang hadir
dalam diskusi sehingga
peserta diskusi menjadi rikuh
mengeluarkan pendapat,
atau fasilita-tor
berpenampilan terlalu