• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

Taman 1 dapat didefinisikan sebagai tempat yang menyenangkan atau kawasan yang ditanami berbagai macam tumbuhan sebagai tempat untuk

5 BODO GOL

4.5.3. Metode Analisis Data

Dua pendekatan penelitian ilmu sosial yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Konstruksi penelitian kuantitatif berdiri atas tiga premis: general, obyektif, dan terukur (prediktif); Sebaliknya penelitian kualitatif berdiri atas tiga premis: partikular, subyektif, dan non prediktif. Premis-premis ini sekaligus menjadi metode analisis ekonomi kelembagaan. Metode penelitian kuantitatif bertopang pada pendekatan positivistik (Meetoo and Temple 2003). Pendekatan kuantitatif yakin bahwa fenomena sosial berlaku universal, peneliti dan obyek tidak dibebani nilai, setiap tindakan individu merupakan derivasi dari perlakuan kumpulan individu. Menurut epistemologinya, metode penelitian kualitatif bersandar pada pendekatan interpretatif (Meetoo and Temple 2003). Jika pendekatan interpretatif dikaitkan dengan pelaku penelitian (atau peneliti) maka fokusnya adalah persoalan subyektivitas; jika dikaitkan dengan obyek penelitian (yang diteliti) maka fokusnya adalah masalah partikularitas. (Yustika 2006). Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif (kualitatif dan kuantitatif). Disamping itu juga menggunakan metode skoring dan kategorisasi dengan memanfaatkan skala Likert (1-5). Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excell 2007.

Standar luas penguasaan lahan ditentukan dengan mempertimbangkan kecukupan luas penguasaan lahan oleh masyarakat petani penggarap guna mendukung pemenuhan kebutuhan hidupnya, yaitu untuk jenis lahan sawah 0,7 Ha/KK setara dengan 1 Ha lahan tegal. Untuk kepentingan pengelompokan kategori luas penguasaan lahan yang dimiliki oleh masyarakat dibuat 5 kisaran luas lahan yang dirumuskan berdasarkan persentase dari nilai standar luas penguasaan lahan yang sudah diketahui. Pengelompokan kedalam 5 kelas dengan kategorinya tersebut sesuai dengan skala Likert yang digunakan. Hasil perumusan kisaran luas penguasaan lahan, skor, dan kategori penguasaan lahan masyarakat di luar kawasan dituangkan dalam Tabel 5. Kategorisasi luas penguasaan lahan

masyarakat di luar kawasan konservasi berguna untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat atas lahan garapan menurut luas penguasaan lahan di luar kawasan yang dimiliki/dikuasai petani penggarap lahan.

Tabel 5 Standar skoring dan kategori kecukupan penguasaan lahan di luar kawasan

Kisaran luas dari standar penguasaan lahan Luas lahan tegal (m2 Skor luas penguasaan lahan ) Kategori 0 0. 5 Tunakisma < 25% < 2500 4 Sangat Smpit 25-75% 2500-7499 3 Sempit 75-125 % 7500-12500 2 CUKUP > 125% >12500 1 Luas

Tingkat ketergantungan petani penggarap terhadap lahan garapan didalam kawasan hutan menurut luas penguasaan lahan di luar kawasan diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu kategori ‘Sangat Tergantung (Tinggi)’ jika rata- rata nilai skor responden > 2, kategori ‘Cukup Tergantung (Sedang)’ jika rata-rata nilai skor responden = 2 dan kategori ‘Kurang Tergantung (Rendah)’ jika rata- rata nilai skor responden < 2 . Standar luas penguasaan lahan garapan di dalam kawasan hutan dapat dihitung berdasarkan faktor kesetaraan luas lahan garapan di dalam kawasan hutan dengan luas penguasaan lahan usaha tani di luar kawasan.

Selanjutnya untuk kepentingan pengelompokan kategori total luas penguasaan lahan setara lahan garapan di dalam kawasan hutan (kebun hutan) yang diakses oleh masyarakat dibuat 5 kisaran luas lahan yang dirumuskan berdasarkan persentase dari nilai standar luas penguasaan lahan garapan yang sudah ditemukan. Pengelompokan kedalam 5 kelas dengan kategorinya tersebut sesuai dengan skala Likert yang digunakan. Standar luas penguasaan lahan garapan di dalam kawasan hutan dapat dihitung berdasarkan faktor kesetaraan luas lahan garapan di dalam kawasan hutan dengan luas penguasaan lahan usaha tani di luar kawasan. Hasil analisis pendahuluan ditemukan faktor kesetaraan sebesar 1,5 sehingga 1 Ha lahan tegal di luar kawasan hutan setara dengan 1,5 Ha lahan kebun di dalam kawasan hutan. Hasil perumusan kisaran luas penguasaan lahan, skor, dan kategori penguasaan lahan masyarakat di dalam kawasan dituangkan dalam Tabel 6. Kategorisasi luas penguasaan lahan garapan

masyarakat di dalam kawasan konservasi berguna untuk mengetahui tingkat ketergantungan relatif dari masyarakat atas lahan garapan.

Tabel 6 Standar skoring dan kategori kecukupan penguasaan lahan garapan di dalam kawasan hutan

Kisaran luas dari standar penguasaan lahan Luas kebun hutan (m2 Skor luas penguasaan lahan ) Kategori 0 0. 5 Tunakisma < 25% < 3750 4 Sangat Smpit 25-75% 3750-11249 3 Sempit 75-125 % 11250-18750 2 CUKUP > 125% > 18750 1 Luas

Besar kecilnya tingkat beban tanggungan keluarga diukur dari jumlah total anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan yang tidak bekerja.mempengaruhi tingkat ketergantungan petani penggarap terhadap lahan yang menjadi tumpuan penghidupan keluarganya. Standar skoring dan kategorisasi tertuang dalam Tabel 7.

Tabel 7 Standar skoring dan kategori beban tanggungan keluarga

Beban Tanggungan Keluarga Skorring Kategori

< 2 2 3 4 > 4 1 2 3 4 5 Sangat Kecil Kecil Cukup Besar Sangat Besar

Tingkat beban ketergantungan keluarga tiap responden diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu kategori ‘Tinggi’ jika nilai skor > 3, kategori ‘Sedang’ jika nilai skor = 3 dan kategori ‘Rendah’ jika nilai skor < 3.

Sumber nafkah atau jenis pekerjaan petani penggarap mencakup pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok sebagai petani sawah atau peladang, dan pekerjaan sampingan bervariasi. Digunakan asumsi bahwa jika jenis pekerjaan sampingan mempunyai tingkat nilai skor lebih tingggi daripada skor pekerjaan pokok, maka nilai skor sumber nafkah adalah rata-rata skor kedua jenis pekerjaan dimaksud. Namun jika pekerjaan sampingan mempunyai nilai skor lebih rendah daripada pekerjaan pokok atau sebagai buruh maka nilai skor sumber nafkah adalah mengikuti nilai skor buruh, karena sesungguhnya pekerjaan pokok petani penggarap tersebut adalah sebagai buruh. Standar skoring dan kategorisasi

tertuang dalam Tabel 8. Tingkat ketergantungan terhadap lahan menurut jenis pekerjaan sampingan diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu kategori ‘Sangat Tergantung pada lahan’ jika nilai skor > 3, kategori ‘Cukup Tergantung pada lahan’ jika nilai skor = 3 dan kategori ‘Tidak Tergantung pada lahan’ jika nilai skor < 3.

Tabel 8 Kategori dan Skor ketergantungan jenis pekerjaan sampingan terhadap lahan hutan

Jenis Pekerjaan Sampingan Skor Kategori

Buruh Tani* Petani/Peladang Pedagang Musiman

Pedagang Warung Sembako

Pedagang Hasil Bumi/Tengkulak Sayur

5 4 3 2 1 Sangat Tergantung Tergantung Cukup Tergantung Agak Tergantung Tidak Tergantung

Keterangan: * termasuk berbagai macam jenis pekerjaan buruh dengan nilai tambahan penghasilan yang kecil

Berdasarkan rata-rata nilai skor komponen penguasaan lahan, komponen beban ketergantungan keluarga, dan komponen sumber nafkah/jenis pekerjaan sampingan, maka tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan di dalam kawasan hutan diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kategori yaitu kategori ‘Tergantung pada lahan garapan hutan’ jika rata-rata nilai skor responden > 3, dan kategori ‘Kurang Tergantung pada lahan hutan’ jika rata-rata nilai skor ≤ 3

Skoring dalam rangka pengukuran sikap masyarakat petani penggarap terhadap usaha pelestarian alam atau isu konservasi menggunakan skala Likert (1- 5) yang selanjutnya diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kategori yaitu kategori ‘Tinggi’ jika total nilai skor responden berada dalam kisaran 79-130 dan kategori ‘Rendah’ jika total nilai skor responden ≤ 78.

Perumusan model konseptual kelembagaan restorasi biodiversitas kawasan konservasi berdasarkan model konseptual Taman Plasma Nutfah (TPN) sebagai pendekatan pelaksanaan kegiatan restorasi untuk pemulihan fungsi dan peranan taman nasional merupakan tujuan pokok penelitian, mencakup tiga aspek dimana data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode yang sesuai dengan aspek terkait. Dalam rangka merumuskan konsep TPN-GGP diperlukan beberapa tahapan perumusan yang meliputi perumusan pola biofisik dan pola pemanfaatan kawasan restorasi, serta perumusan kelembagaan restorasi dengan pelibatan

masyarakat dalam kegiatan restorasi. Untuk mendukung perumusan-perumusan tersebut digunakan gabungan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, juga metode analisis spasial GIS. Rincian jenis metode berdasarkan komponen- komponen dari aspek-aspek penelitian disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Metode analisis data

No. Aspek Komponen yang dianalisis Metode analisis data

1 Biofisik dan ekologis

Analisis potensi SDA dan SDH didalam ekosistem kawasan restorasi TNGGP yang meliputi :

1)Potensi SDH di dalam kawasan restorasi,

2)Analisis alokasi penggunaan lahan,

3)Analisis kondisi SDA dan SDH di kawasan restorasi saat ini, 4)Tingkat kebutuhan restorasi

kawasan TNGGP faktual (jenis dan luas penutupan lahan), serta 5) Data-data historical landscape.

1)metoda analisis GIS (overlay peta tematik dan interpretasi citra landsat)

2)metoda analisis matematis,

3)metoda analisis statistik (penuangan melalui tabel, diagram, atau grafik).

4)metoda analisis deskriptif (penjelasan kualitatif dan kuantitatif),

2 Sosial-ekonomi Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan restorasi yang meliputi:

1)Luas penguasaan lahan.

2)Tingkat beban ketergantungan keluarga.

3)Kebutuhan masyarakat.

4)Sikap masyarakat terhadap restorasi dan isu konservasi. 5)Preferensi jenis tanaman

restorasi.

1)metoda analisis deskriptif (penjelasan kualitatif dan kuantitatif),

2)metoda analisis matematis,

3)metoda analisis statistik (penuangan melalui tabel, diagram, atau grafik).

3 Relasional Pemanfaatan SDA

1)Stakeholders dalam kegiatan restorasi biodiversitas di kawasan taman nasional (helaian-helaian dari bundles of powers dalam pengambilan benefit atas pengelolaan sumberdaya di kawasan perluasan maupun pengelolaan sumberdaya di kawasan TNGGP pada umumnya),

2)Kelembagaan lokal sebagai akibat dari kebutuhan masing- masing stakeholder dan juga komponen dari bundles of powers yang ada.

3)Peraturan per-UU-an dan turunannya.

1)Metoda analisis deskriptif kualitatif

2)Metoda analisis akses dan

3)Metode content analysis (terbatas pada rambu-rambu larangan dalam manajemen konservasi dan kegiatan restorasi)