• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2011: 19).

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda, perlu

dilakukan pengujian asumsi klasik agar model regresi dapat menjadi suatu

model yang representatif. Uji Asumsi klasik adalah asumsi dasar yang

harus dipenuhi dalam model regresi. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik

yang digunakan adalah uji normalitas data, uji multikolinieritas, uji

heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi

normal (Ghozali, 2011: 160). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik

dan uji statistik (Ghozali, 2011: 160).

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

data observasi dengan distribusi normal (Ghozali, 2011: 160). Metode

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011: 161).

Uji normalitas melalui grafik dapat menyesatkan kalau tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, pada hal statistik bisa

sebaliknya. Oleh karena itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi

dengan uji statistik (Ghozali, 2011: 163), sehingga uji yang digunakan

adalah uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai dari

Asymp. Sig. (2-tailed), apabila nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) lebih

besar dari 0,05 maka hal ini menandakan bahwa data residual

terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Model regresi yang tidak ada multikolonieritas

adalah yang mempunyai nilai besaran korelasi antar variabel bebas

angka 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,1 atau 10%

(Ghozali, 2011: 105).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana terjadi

ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu pada pengamatan

lain dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah model yang Homoskedastisitas atau tidak

terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011: 139).

Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode

Scatterplot. Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut (Ghozali, 2011: 139):

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

Uji heteroskedastisitas selanjutnya dapat dilakukan dengan Uji

Park dengan melihat nilai dari Signifikansi dimana apabila hasil

tampilan output SPSS memberikan koefisien parameter untuk variabel

independen tidak ada yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas dengan melihat nilai

dari signifikansi dari seluruh variabel independen, apabila nilai dari

signifikansi keseluruhan variabel independen lebih besar dari 0,05

maka hal ini menandakan bahwa model regresi tidak mengalami

masalah heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan Uji Scatterplots

(Ghozali, 2011: 142).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011: 110).

Menurut Ghozali (2011: 111) Untuk mendeteksi apakah

terdapat autokorelasi di antara variabel-variabel independen, dapat

dilihat dari angka D-W (Durbin Watson). Dasar pengambilan

1) Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

2) Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah atau lower

bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada

nol, berarti ada autokorelasi positif.

3) Bila nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi

negatif.

4) Bila nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas

bawah (dl) atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka

hasilnya tidak dapat disimpulkan (Ghozali, 2011: 111).

Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula

digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang

tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka

dikatakan bahwa residual adalah acak atau random dengan melihat

nilai dari Asymp. Sig. tailed) apabila nilai dari Asymp. Sig.

(2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka hal ini menandakan bahwa model

regresi tidak mengalami masalah autokorelasi. Run test digunakan

untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tdak

3. Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Dimana nilai berkisar antara 0 - 1. Nilai yang kecil menjelaskan

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:

97).

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

model persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji

pengaruh 2 atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen

dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier

(Indriantoro dan Bambang, 2002: 202). Variabel independen yaitu

pemilihan sekuritas ( , market timing ( , tingkat risiko ( , umur

reksa dana ( dan ukuran reksa dana ( terhadap kinerja reksadana

campuran (Y) (Treynor measure). Dengan analisis regresi linier berganda

dapat diketahui arah hubungan variabel independen pada variabel

dependennya, apakah secara positif atau negatif. Persamaan regresi dalam

Dimana: =Kinerja reksa dana campuran =Konstanta (intercept)

=Koefisien regresi

=Kemampuan pemilihan saham =Market timing

=Tingkat risiko = =Ukuran Reksa Dana =error term.

Seluruh pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software

Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi Students. Dalam pengujian hipotesis,

analisis dilakukan melalui:

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji Statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat

(Ghozali, 2011: 98). Uji F dapat dilakukan dengan mengamati nilai

signifikansi F. Apabila nilai signifikansi F < nilai signifikansi maka

variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependennya.

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 98). Uji t

dapat dilakukan dengan mengamati nilai signifikansi t pada tingkat

yang digunakan, yaitu 0,05. Apabila nilai signifikansi t < 0,05, maka

variable independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependennya.

E. Operasional Variabel Penelitian

Dokumen terkait