• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI

3.2 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam

penyusunan publikasi ini adalah analisis deskriptif dimana data akan disajikan baik dalam bentuk tabel maupun gambar/grafik. Beberapa indikator yang akan dihitung diantaranya adalah kontribusi/pangsa, laju pertumbuhan dan sumbangan investasi terhadap PDRB.

Estimasi PMTB Menurut Lapangan Usaha

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang digunakan dalam penghitungan ICOR adalah PMTB atau investasi atas dasar harga konstan 2010, karena pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB atas dasar harga konstan 2010. Dalam menghitung nilai investasi pada masing-masing sektor/sub sub sektor sangat tergantung terhadap ketersedian data. Terdapat beberapa metode dalam

menghitung nilai investasi yaitu menggunakan metode

langsung, metode survei dan metode penyusutan.

(i) Metode Langsung, yaitu nilai investasi diperoleh

secara langsung dari publikasi-publikasi dan

laporan-laporan yang bersumber dari dinas/instansi

pemerintah dan badan usaha maupun dari perusahaan/lembaga swasta. Namun demikian, nilai

investasi yang diperoleh adalah atas dasar harga berlaku (nilai tahun berjalan), karena itu nilai investasi tersebut harus dikonstankan terlebih dahulu dengan mendeflasikan terlebih dahulu dengan indeks harga yang sesuai.

(ii) Metode Survei, yaitu digunakan untuk sektor/subsektor

yang tidak tersedia data investasinya. Data yang didapatkan dari hasil survei adalah data pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan output dari usaha/perusahaan dalam waktu tertentu. Kemudian dari hasil survei tersebut dapat dihitung rasio PMTB terhadap output. Dengan diperolehnya rasio PMTB terhadap output dari hasil survei tersebut maka untuk memperoleh PMTB lapangan usaha adalah dengan mengalikan rasio tersebut dengan output masing-masing lapangan usaha dari PDRB. Data yang dihasilkan tersebut adalah data investasi dan output atas dasar harga berlaku karena itu data tersebut harus di konstankan terlebih dahulu dengan mendeflasikan dengan indeks harga yang sesuai. Hampir sebagian besar lapangan usaha diestimasi dari hasil Survei Khusus Neraca Konsumsi maupun Survei Khusus Neraca Produksi, karena keterbatasan data

yang mencatat besarnya pembentukan modal menurut lapangan usaha.

(iii) Metode Penyusutan, yaitu cara mengestimasi

investasi pada masing-masing lapangan usaha dengan menggunakan besaran nilai penyusutan pada lapangan usaha tersebut. Dasar pemikiran yang melandasi penggunaan metode penyusutan adalah bahwa penyusutan barang modal tetap yang diperhitungkan pada periode tertentu akan digunakan untuk investasi pada periode berikutnya. Ini berarti bahwa investasi mempunyai hubungan linier dengan nilai penyusutan, sehingga lapangan usaha yang mempunyai nilai penyusutan besar akan memiliki investasi yang besar pula.

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan estimasi PMTB pada masing-masing lapangan usaha menggunakan kombinasi dari ketiga metode di atas sesuai

dengan kondisi data yang ada, namun sebagai Control

Total (CT) pada estimasi ini adalah nilai PMTB total yang terdapat pada PDRB menurut pengeluaran (expenditure).

Penghitungan Output Menurut Lapangan Usaha

Konsep output yang digunakan dalam penyusunan ICOR adalah nilai tambah Bruto (dalam output masih terkandung biaya antara), karena nilai peningkatan output tercermin dari peningkatan nilai tambah. Nilai tambah yang digunakan dalam penghitungan ICOR adalah nilai tambah dari PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010.

Peningkatan output suatu lapangan usaha dihitung dengan cara menghitung selisih output (nilai tambah)

setiap lapangan usaha pada PDRB tahun t dikurangi

dengan nilai tambah lapangan usaha tersebut sektor PDRB tahun t-1.

Pangsa/Kontribusi Investasi

Pangsa/kontribusi investasi terhadap PDRB dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana:

Pangsa Ib,t = pangsa/kontribusi investasi terhadap PDRB

atas dasar harga berlaku pada periode ke t

Ib,t = Investasi atas dasar harga berlaku pada periode ke t

Yb,t = PDRB atas dasar harga berlaku pada periode

ke t

Laju Pertumbuhan Investasi

Laju pertumbuhan investasi dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana:

Growth Ik,t = laju pertumbuhan Investasi atas dasar

harga konstan 2010 pada periode t

Ik,t = Investasi atas dasar harga konstan 2010

pada periode t

Ik,t-1 = Investasi atas dasar harga konstan 2010

pada periode t-1

Elastisitas PDRB per kapita terhadap investasi

Konsep elastisitas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh sensitifitas pendapatan per kapita terhadap perubahan investasi. Konsep ini digunakan untuk melihat besarnya dampak pertumbuhan investasi terhadap

pertumbuhan PDRB per kapita. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

E Ik,t = elastisitas PDRB per kapita adh konstan 2010 terhadap investasi pada periode ke t

Growth Ik,t = Laju pertumbuhan investasi adh konstan

2010 pada periode t

Growth Yk,t = laju pertumbuhan PDRB perkapita adh

konstan 2010 periode t Rumus Penghitungan ICOR

Dalam prakteknya, penanaman investasi memerlukan waktu yang lama untuk menunjukkan hasil (dampak). Jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh feedback dari investasi yang ditanamkan disebut sebagai “Lag”. Dengan mempertimbangkan periode waktu ini, dan

karena data yang digunakan adalah time series data,

maka untuk memperoleh nilai ICOR yang mewakili

dilakukan mewakili dilakukan dengan perhitungan simple

average (rata-rata sederhana). Rumus penghitungan ICOR dapat diperluas menjadi sebagai berikut:

 ICOR pada lag 0 (tanpa lag)

Dimana:

n = t2 – (t1 – 1)

Rumus ICOR lag 0 diinterpretasikan bahwa

investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It)

akan menghasilkan output pada tahun ke t juga.

Dengan demikian, tidak diperlukan waktu (time lag)

untuk investasi yang ditanamkan hingga

menghasilkan tambahan output.

 ICOR pada lag 1

Dimana:

n = t2 – (t1 – 1)

Rumus ICOR lag 1 diinterpretasikan bahwa

investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada

tahun ke t + 1. Dengan demikian, terdapat lag

satu tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output.

 ICOR pada lag 2

Dimana:

n = t2 – (t1 – 1)

Rumus ICOR lag 2 diinterpretasikan bahwa

investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada

tahun ke t + 2. Dengan demikian, terdapat lag

dua tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output.

 ICOR pada lag 3

Dimana:

n = t2 – (t1 – 1)

Rumus ICOR lag 3 diinterpretasikan bahwa

investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada

tahun ke t + 3. Dengan demikian, terdapat lag

tiga tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output.

Dengan melihat kenyataan bahwa output yang ditimbulkan oleh suatu investasi membutuhkan waktu yang berbeda-beda, maka penghitungan koefisien ICOR akan lebih representatif apabila dihitung dalam satu kurun waktu tertentu (periode). Untuk menghitung koefisien ICOR dalam satu periode maka metode pendekatan yang biasa digunakan yaitu :

a. Metode akumulasi, yang beranggapan bahwa timbulnya peningkatan output selama periode waktu tertentu disebabkan oleh adanya akumulasi investasi pada periode yang sama. Secara matematis dapat dirumuskan :      

 

1 t t t Y Y I ICOR

dengan adanya time lag maka rumusnya menjadi ;

   

 

1 s t s t t Y Y I ICOR

dimana s adalah lag.

b. Metode Standar, didasarkan pada prinsip rata-rata sederhana. Metode ini dilakukan dengan mencari koefisien ICOR terlebih dahulu pada masing-masing

tahun, kemudian dicari rata-ratanya. Secara matematis sebagai berikut :      

  1 1 t t t Y Y I n ICOR

Dimana : n adalah jumlah koefisien ICOR

Untuk penggunaan time lag, rumus umumnya menjadi:

   

  1 1 s t s t t Y Y I n ICOR

Apabila laju pertumbuhan ekonomi PDRB dapat diperkirakan atau ditetapkan, serta diasumsikan ICOR tidak berubah, maka perkiraan investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dapat dihitung dengan mengembangkan rumus di atas.

Koefisien ICOR

Koefisien ICOR dapat bernilai negatif maupun positif. Koefisien ICOR negatif dapat terjadi apabila output pada tahun penghitungan lebih kecil daripada tahun sebelumnya. Penurunan nominal output dapat terjadi dikarenakan ada sebagian barang modal yang dijual, rusak atau tidak aktif karena alasan tertentu. Walaupun mungkin tetap terjadi penambahan barang modal baru,

namun bisa jadi barang modal baru tersebut belum berproduksi atau telah berproduksi namun output yang dihasilkan tidak sebanyak output tahun sebelumnya. Akibatnya selisih output pada tahun pengitungan dengan tahun sebelumnya akan bernilai negatif dan tentu saja hal ini akan berdampak pada koefisien ICOR yang juga akan menjadi bernilai negatif. Dengan demikian, koefisien ICOR yang negatif dapat diartikan bahwa investasi (penanaman barang modal) baru belum menghasilkan output dengan optimal ada tahun tersebut. Namun apabila penyebabnya adalah tidak dioperasikannya barang modal karena alasan tertentu maka hal tersebut bukan berarti investasi tidak efisien.

Investasi akan dikatan efisien apabila koefisien bernilai positif dan kecil. Pada kondisi tertentu koefisen ICOR dapat pula bernilai positif dan sangat besar, hal ini akan terjadi apabila investasi yang ditanamkan pada tahun penghitungan relatif besar sedangkan output yang dihasilkan pada tahun penghitungan hanya sedikit lebih besar dari output tahun sebelumnya dan bahkan bisa jadi hampir sama dengan tahun sebelumnya. Apabila hal ini yang terjadi maka dapat dikatakan bahwa investasi yang ditanamkan tidak efisien dan tidak efektif.

Asumsi Dasar dalam Penghitungan ICOR

Dalam menghitung ICOR ini terdapat asumsi bahwa perubahan output hanyalah disebabkan oleh perubahan capital atau oleh adanya investasi. Faktor lain di luar investasi seperti tenaga kerja, kewiraswastaan dan penerapan teknologi diasumsikan konstan.

Dokumen terkait