BAB IV PEMBAHASAN
4.5 Perkembangan ICOR Kabupaten Lombok
ICOR adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk melihat hubungan pertumbuhan faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Patut dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak hanya peranan dari penggunaan barang modal atau faktor produksi akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti tenaga kerja, peningkatan produktivitas dan lain-lain. Meskipun demikian, banyak study yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan tingkat produktifitas penggunaan modal, sehingga instrumen ICOR dapat digunakan untuk menghubungkan pertumbuhan ekonomi dan faktor produksi. Penghitungan ICOR menjadi berguna bagi perencanaan pembangunan
ekonomi di suatu daerah. Hal ini terutama dirasakan pada saat menargetkan sasaran pertumbuhan pendapatan regional dengan kebutuhan modal yang mungkin akan terkumpul dari tabungan domestik yang berjalan. Estimasi mengenai volume investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target output tertentu diperlukan agar kebutuhan modal dalam rangka pencapaian pertumbuhan ekonomi dapat diperkirakan. Dengan demikian perkiraan investasi dimasa yang akan datang akan bergantung pada ICOR yang dihasilkan.
Grafik 4. Koefisien ICOR dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat 2012-2015
Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 bernilai 6,77 artinya untuk setiap modal yang diinvestasikan sebesar 6,77 rupiah akan menghasilkan output 1 rupiah. Investasi senilai 6,68 rupiah pada tahun 2013 akan menaikkan output sebanyak 1 rupiah, sedangkan kenaikan 1 rupiah output pada tahun 2014 terjadi karena investasi senila 6,36 rupiah. Nilai koefisien ICOR merefleksikan produktifitas investasi dimana semakin kecil ICOR yang dihasilkan akan semakin efisien penanaman modal yang dilakukan. Pada tahun 2015 tampak bahwa investasi semakin efisien dibandingkan dengan tahun sebelumnya hal ini terlihat dari semakin rendahnya koefisien ICOR pada tahun tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut peneliti Hg. Suseno Triyanto Widodo (1990), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan koefisien ICOR yang dianggap memiliki produktivitas investasi yang baik adalah yang bernilai antara 3 hingga 4. Semakin tinggi koefisien ICOR maka semaik inefisien investasi yang ditanam.
Secara umum sejak tahun 2012 hingga tahun 2015, meskipun investasi di Lombok Barat masih kurang efisien namun perkembangannya semakin membaik karena koefisien ICOR semakin menurun dalam kurun waktu tersebut. Membaiknya iklim investasi di Lombok Barat
tidak lepas dari kerja keras pemerintah setempat dan hal ini diperkuat dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lombok Barat pada kurun waktu yang sama. Tergambar dengan jelas pada grafik 4 bahwa berkurangnya koefisien ICOR sejak tahun 2012 hingga 2015 dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat.
Seperti dijelaskan terdahulu bahwa penanaman investasi belum tentu menghasilkan output pada tahun tersebut, tetapi baru menghasilkan kapasitas produksi secara penuh tahun-tahun berikutnya. Demkian juga dengan produksi atau output yang dihasilkan pada tahun ini belum tentu hasil dari penanaman investasi pada tahun ini, tetapi merupakan output dari investasi yang ditanamkan pada tahun sebelumnya. Untuk itu dihitung pula ICOR untuk periode tahun 2012-2015 dengan menggunakan metode akumulasi dan metode standar.
Sebagaimana dijabarkan sebelumnya bahwa koefisien ICOR Lombok Barat berkisar antara 5,69-6,77. Menggunakan metode standar koefisien ICOR untuk
periode tahun 2012-2015 bernilai 6,32 untuk lag 0 dan
Grafik 5. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015 Menurut Metode Penghitungan
Dihitung menggunakan metode akumulasi, koefisen ICOR periode tahun 2012-2015 Lombok Barat bernilai 6,32 pada lag 0 dan berkurang menjadi 5,69 pada lag 3. Baik dengan metode standar maupun akumulai, nilai ICOR terendah ada pada lag 3 dan dari kedua metode tersebut ICOR terendah diperoleh dengan metode standar dengan koefisien sebesar 4,78. Koefisien ICOR yang bernilai 4,78 memiliki arti bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun 2012 senilai Rp 478 juta akan menghasilkan output Rp 100 juta tiga tahun berikutnya (2015). Karena masih bernilai di atas 4 maka dapat dikatakan bahwa investasi
di Lombok Barat selama periode 2012 hingga 2015 masih belum efektif, kendati demikian menuju ke arah yang lebih efisien.
Untuk dapat berbenah dan membuat investasi di Lombok Barat menjadi efisien, perlu dilihat lapangan usaha apa yang paling tidak efisien dan lapangan usaha apa yang telah cukup efisien dalam hal investasi khususnya selama empat tahun terakhir. Hasilnya
menunjukkan bahwa koefisien ICOR lag 0 untuk
masing-masing lapangan usaha cukup bervariasi. Dengan menggunakan metode akumulasi, lapangan usaha yang telah efisien (koefisien ICOR < 4) adalah lapangan usaha informasi komunikasi dan lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dimana lapangan usaha Informasi dan Komunikasi memiliki koefisien ICOR terendah selama periode 2012-2015. Hal ini terjadi karena cukup tingginya kenaikan output pada lapangan usaha ini dalam periode penghitungan. Seiring arus moderenisasi, kebutuhan akan komunikasi dan informasi yang paling banyak tercermin dari penggunaan telepon selular menjadi tidak terelakkan. Telepon selular yang awalnya merupakan barang mewah saat ini telah berubah menjadi barang primer yang dimiliki oleh sebagian besar penduduk Lombok Barat. Oleh sebab itu tidaklan mengherankan apabila nilai tambah yang
dihasilkan dari lapangan usaha ini cukup besar dan menjadikan investasi yang ditanamkan di lapangan usaha ini efisien.
Masih menggunakan metode akumulasi, pada lag 3
lapangan usaha yang investasinya efisien semakin bertambah yaitu lapangan usaha pertanian, lapangan usaha informasi dan komunikasi, lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi, dan lapangan usaha administrasi pemerintahan dan lapangan usaha jasa lainnya. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa investasi pada kelima lapangan usaha ini akan menjadi efisien untuk meningkatkan output dalam jangka waktu tiga tahun. Lapangan usaha yang paling tidak efisien adalah
lapangan usaha pengadaan listrik dan gas karena koefisien ICOR nya semakin meningkat seiring
bertambahnya time lag. Bahkan pada lapangan usaha ini
sepertinya investasi justru akan lebih dapat meningkatkan output apabila ditanamkan dalam jangka pendek. Koefisien ICOR terkecil dalam lapangan usaha ini ada
pada lag 2 yaitu sebesar 5,66. Interpretasinya adalah
investasi sebesar Rp 566 juta pada tahun 2012 akan meningkatkan Rp 100 juta output pada tahun 2014. Patut diakui bahwa investasi pada lapangan usaha ini banyak
Lapangan Usaha/Industry Lag 0 Lag 1 Lag 2 Lag 3
(1) (3) (4) (5) (6)
Pertanian,kehutanan,perikanan 5,53 5,69 5,80 3,87
Pertambangan penggalian 9,06 9,38 7,71 7,64
Industri Pengolahan 7,19 6,91 6,32 6,12
Pengadaan Listrik dan Gas 7,10 6,78 5,66 104,18
Pengadaan air,pengelolaan
sampah,limbah 7,50 7,20 6,85 8,51
Konstruksi 6,20 5,88 5,57 5,66
Perdagangan dan reparasi motor mobil 6,88 6,83 6,81 7,08
Transportasi dan pergudangan 8,53 8,04 7,25 7,35
Penyediaan Akomodasi makan Minum 6,57 6,71 7,48 10,10
Informasi Komunikasi 2,04 1,98 1,93 1,93
Jasa Keuangan dan Asuransi 2,95 3,26 3,29 3,05
Real Estat 6,30 6,33 6,70 5,86
Jasa Perusahaan 5,55 5,85 5,96 5,30
Adm Pemerintahan,pertahanan,jaminan
sosial 4,13 3,63 3,26 3,17
Jasa Pendidikan 5,59 5,33 5,09 4,53
Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 7,39 7,04 7,62 7,31
Jasa Lainnya 4,05 3,58 3,70 3,43 LOMBOK BARAT 6,32 6,19 5,99 5,69
bertumpu pada pembangunan infrastruktur yang sangat padat modal. Lag waktu 3 tahun tampaknya belum cukup untuk dapat meningkatkan efisiensi pada lapangan usaha listrik dan gas, bisa jadi hasil dari investasi yang ditanamkan pada tahun ini baru akan menampakkan hasil yang efisien setelah 10 tahun yang akan datang.
Tabel 6. Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Akumulasi Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015
Lapangan Usaha/Industry Lag 0 Lag 1 Lag 2 Lag 3
(1) (3) (4) (5) (6)
Pertanian,kehutanan,perikanan 4,93 6,23 7,62 3,50
Pertambangan penggalian 8,29 9,63 5,36 6,42
Industri Pengolahan 7,38 6,70 5,56 5,31
Pengadaan Listrik dan Gas 31,21 36,13 36,31 70,50
Pengadaan air,pengelolaan
sampah,limbah 7,82 7,60 6,06 6,64
Konstruksi 6,73 5,17 4,30 3,26
Perdagangan dan reparasi motor mobil 6,86 6,96 6,93 7,07
Transportasi dan pergudangan 9,84 9,20 6,65 6,88
Penyediaan Akomodasi makan Minum 5,95 7,00 7,99 8,97
Informasi Komunikasi 2,09 1,94 1,82 1,68
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,12 3,24 3,21 2,73
Real Estat 6,55 6,50 6,88 5,35
Jasa Perusahaan 5,81 6,03 6,22 5,10
Adm Pemerintahan, pertahanan,jaminan
sosial 4,63 3,86 3,38 3,19
Jasa Pendidikan 6,11 5,00 4,39 3,17
Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 8,04 6,49 6,05 4,33
Jasa Lainnya 6,45 5,24 4,84 3,22 LOMBOK BARAT 6,38 5,90 5,41 4,78
Penghitungan ICOR dengan metode standar menghasilkan koefisien yang sedikit lebih tinggi dari metode akumulasi pada lag 0. Namun pada lag berikutnya penghitungan dengan metode standar justru menghasilkan koefisien ICOR yang lebih rendah dibandingkan metode akumulasi.
Tabel 7. Koefisien ICOR Lapangan Usaha Metode Standar Kabupaten Lombok Barat Periode Tahun 2012-2015
Lapangan usaha yang paling efisien di lag 3 dengan metode standar lebih banyak daripada dengan metode akumulasi. Lapangan usaha tersebut adalah lapangan usaha pertanian, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha informasi dan komunikasi, lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan jaminan sosial, lapangan usaha jasa pendidikan, dan lapangan usaha jasa lainnya. Efisiensi yang tampaknya lebih banyak terjadi pada lapangan usaha jasa-jasa di lag 3 disinyalir terjadi karena lapangan usaha jasa tidak memerlukan proses produksi yang rumit dan proporsi investasi yang dibutuhkan relatif tidak terlalu besar disamping biaya antara yang juga cukup kecil sehingga dapat menghasilkan output yang besar.
Jika dibandingkan dengan kondisi investasi Provinsi NTB, secara umum investasi maupun perekonomian Provinsi NTB sangat didominasi oleh keberadaan PT Newmont Nusa Tenggara yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat. Apabila output dari PT Newmont dimasukkan dalam penghitungan maka pada tahun 2012 tampak bahwa investasi di NTB sama sekali tidak memberikan kontribusi pada output karena ICOR nya bernilai negatif. Karena ingin dibandingkan dengan
Kabupaten Lombok Barat maka akan lebih berimbang jika output dari PT Newmont dikeluarkan dari penghitungan dan hasilnya tidak ada lagi koefisien ICOR yang bernilai negatif.
Grafik 6. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (dengan Newmont)
Walaupun PT Newmont telah dikeluarkan dari penghitungan secara umum tampak bahwa investasi di Provinsi NTB sejak tahun 2012 hingga 2015 lebih tidak efisien dari investasi di Lombok Barat. Hal ini tercermin dari lebih besarnya koefisien ICOR provinsi NTB dibandingkan Lombok Barat.
Grafik 7. Koefisien ICOR Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2012-2015 (Tanpa Newmont)
Bahkan pada tahun 2015 dimana ICOR Lombok Barat semakin efisien, ICOR Provinsi NTB justru meningkat yang dapat diartikan bahwa semakin tidak efisien investasi di Provinsi NTB pada tahun 2015.
4.6. Kebutuhan Investasi
Efisiensi investasi untuk meningkatkan output dan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penghitungan ICOR. Dengan berdasarkan koefisien ICOR