• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis bioekonomi dilakukan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan stok pada kondisi perikanan sole owner/ Maximum Economic Yield (MEY), lestari/ Maximum Sustainable Yield (MSY), dan Open Access (OA), sehingga diketahui apakah terjadi perubahan profitability atau rente ekonomi dari aktivitas penangkapan rajungan. Secara umum analisis bioekonomi dapat menggunakan rumus pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3 Analisis bioekonomi berbagai rezim pengelolaan perikanan

Variabel Rezim Pengelolaan

MEY MSY OA

Biomassa (x)

Hasil tangkapan (h) Tingkat Upaya (E) Rente sumberdaya (π) Sumber : Nababan, 2006

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan matriks untuk mengetahui gambaran umum nelayan dan pengelolaan perikanan tangkap ditinjau dari harvest dan effort. Karakteristik nelayan untuk mengetahui tingkat profitability yang dapat dilihat melalui perbedaan antara harga yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya dengan biaya per unit input. Tingkat produksi sendiri memakai metode analisis model Walter Hilborn untuk mengetahui pengaruh variable yang diestimasi seperti q,K,E,r yang mempengaruhi. Ditambah dengan penggunaan metode persamaan regresi OLS yaitu CPUE untuk mengetahui nilai alpha dan beta guna analisis kuantitatif, dimana :

Nilai parameter biologi r, q, K didapat dengan meregresikan produksi per unit upaya (CPUE), CPUE= α- βE dimana α=qK dan β=q2K/r (Fauzi, 2010). 4.5.1.1 Standarisasi Alat Tangkap

Dikarenakan sangat beragamnya alat tangkap, maka diperlukan standarisasi alat tangkap yang secara aktif digunakan untuk menangkap rajungan pada suatu periode tertentu, dimana :

……... (4.2) Dimana,

... (4.3) Keterangan :

= Effort alat tangkap j pada waktu t yang distandarisasi

= Nilai fishing power dari alat tangkap j pada periode t

= Jumlah hari melaut (fishing day) dari alat tangkap j periode t = CPUE dari alat tangkap j pada periode t

= CPUE dari alat tangkap yang dijadikan basis standarisasi 4.5.1.2 Estimasi Parameter Biologi

Pendugaan parameter biologi r, q, K diperoleh dari data time series melalui metode OLS dimana :

... (4.4) ... (4.5)

Menentukan r, q, dan K melalui koefisien α dan β, tidak mungkin dilakukan karena curse of dimensionality dimana ada tiga parameter yang dicari dengan dua koefisien, sehingga tidak mungkin nilai masing-masing r, q, dan K dapat dihitung.

Pendugaan parameter biologi tersebut dapat dihitung dengan pendekatan Walters Hilborn (1976) dengan meregresikan persamaan berikut.

Variabel catch per unit upaya atau produksi per unit upaya adalah U. Dengan data time series antara produksi dan upaya, persamaan di atas dapat diregresikan dengan dependent variable U_(t+1)/U_t serta independent variable Ut dan Et. Sehingga parameter α, β, dan γ dapat diperoleh dari persamaan (4.6) dapat disederhanakan dengan metode OLS menjadi:

... (4.7)

Hasil nilai-nilai parameter biologi r, q, dan K secara terpisah dari persamaan:

r = α …... (4.8) q = γ ... (4.9)

. …... (4.10)

Keterangan :

r = Intrinsik growth rate (% per tahun)

q = Koefisien kemampuan tangkap per unit upaya standar

K = Daya dukung lingkungan (ton per tahun)

4.5.1.3 Estimasi Parameter Ekonomi

Perhitungan biaya merupakan rata-rata biaya operasional penangkapan yang meliputi biaya bahan bakar, oli, pangan, dan retribusi dapat dihitung berdasarkan rumus (Fauzi, 2006):

... (4.11)

Keterangan:

c = Biaya penangkapan rata-rata (Rp/Trip)

ci = Biaya penangkapan nominal responden ke-i

p = Harga rajungan rata-rata (Rp/Kg)

pt = Harga nominal rajungan tahun ke-t

Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel, Maple13, dan alat hitung kalkulator. Estimasi parameter ekonomi ini digunakan untuk perhitungan bioekonomi yang dikenalkan oleh Gordon dan Schaefer. Hasil bioekonomi ini untuk mengetahui tingkat rente ekonomi yang dihasilkan dalam kondisi MEY, MSY, dan Open Access.

4.5.2 Analisis Pemanfaatan Rajungan

Analisis pemanfaatan sumberdaya rajungan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Analisis pemanfaatan sumberdaya rajungan dalam penelitian di Kelurahan Dadap, Kabupaten Tangerang dilakukan pada usaha berskala mini plant. Pemanfaatan di mini plant ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sistem pengelolaan, karakteristik sumberdaya rajungan, tingkat efisiensi pemanfaatan daging rajungan, hingga tingkat produktivitas tenaga kerja.

4.5.2.1. Analisis Sistem Pemanfaatan

Sumberdaya rajungan yang ada dilaut ditangkap oleh nelayan dengan beberapa jaring tangkap yang sesuai untuk rajungan. Sumberdaya rajungan yang telah ditangkap oleh nelayan dibawa ke darmaga untuk dijual. Beberapa nelayan menjualnya langsung ke pembeli atau pengumpul yang telah bekerjasama dengan nelayan. Pengumpul rajungan biasanya menjual rajungannya ke pihak-pihak yang membutuhkan rajungan dengan jumlah banyak, yakni usaha mini plant.

Pemanfaatan rajungan skala mini plant merupakan sebuah usaha skala kecil-menengah yang memanfaatkan rajungan sebagai input produksi utamanya. Pengelolaan rajungan skala mini plant memiliki beberapa tahap pengolahan. Tahapan pengolahan rajungan skala mini plant yaitu penerimaan rajungan mentah

dari nelayan, pencucian, pengukusan, hingga pengupasan. Semua tahapan tersebut memerlukan pekerja, apalagi untuk tahapan pengupasan. Pengupasan rajungan memerlukan teknik khusus yang hanya bisa dilakukan pekerja-pekerja terampil dan terlatih. Para pemasok umumnya memiliki sentra pengupasan dengan para pekerja yang mereka gaji.

Hasil produksi mini plant ini kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan daging rajungan restoran sea food dan perusahaan pengolahan daging rajungan skala besar (plant). Restoran sea food memanfaatkan hasil produksi mini plant ini sebagai bahan baku untuk produk jadi, yaitu membuat makanan laut yang akan dihidangkan untuk pelanggannya. Sedangkan perusahaan pengolahan rajungan skala besar menerima hasil produksi mini plant yang sudah dikupas untuk diolah kembali menjadi produk setengah jadi seperti daging rajungan kemasan kaleng atau bahan olahan makanan yang akan diekspor untuk memenuhi kebutuhan rajungan dari negara lain.

4.5.2.2. Karakteristik Sumberdaya Rajungan

Menurut Nugroho (2012), data karakteristik sumberdaya rajungan didapat dengan cara melakukan pengukuran pada setiap ekor rajungan yang menjadi input produksi pada mini plant. Pengukuran rajungan dilakukan di lokasi mini plant yang membeli rajungan dari nelayan dan pedagang (bakul). Data karakteristik sumberdaya rajungan yang diambil diantaranya: jenis kelamin, kondisi fisik (normal, bertelur), panjang karapas, dan berat rajungan. Setelah data didapat, kemudian dihitung ukuran rata-rata rajungan yang digunakan sebagai input produksi mini plant. Pengambilan data menggunakan tabel untuk mempermudah dalam pencatatan dan perhitungannya. Tabel data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.

 

Tabel 4 Data karakteristik sumberdaya rajungan di tingkat mini plant

4.5.2.3. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Daging Rajungan

Pengukuran tingkat efiensi pengolahan rajungan merupakan cara untuk mengetahui kondisi rajungan yang mudah dan cepat dalam pengupasan serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam pemanfaatannya. Tingkat efisiensi pemanfaatan rajungan dapat diukur dengan melakukan dua percobaan berdasarkan klasifikasinya. Percobaan pertama, rajungan dikelompokan berdasarkan ukurannya (5-7 cm, 8-10 cm, dan 11-13 cm) dengan berat yang sama yaitu masing-masing sepuluh kilogram. Kemudian percobaan dilakukan dengan menghitung berat sebelum perebusan, berat setelah perebusan, waktu yang dibutuhkan dalam pengupasan, dan berat daging yang dihasilkan. Percobaan ini menggunakan tabel untuk memudahkan dalam pencatatan (Nugroho 2012). Tabel yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pemanfaatan rajungan berdasarkan klasifikasi ukuran Ukuran (cm) Sebelum Perebusan (kg) Setelah Perebusan (kg) Waktu Pengupasan (menit) Total Berat Daging (kg) 5 – 7 10 8 – 10 10 11 – 13 10

Percobaan kedua dilakukan sama seperti percobaan pertama, tetapi rajungan dikelompokan berdasarkan jenis kelamin rajungan. Hasil percobaan kedua akan dicatat dalam tabel untuk memudahkan dalam perhitungan. Tabel data yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pemanfaatan rajungan berdasarkan klasifikasi jenis kelamin Jenis Kelamin Sebelum Perebusan (kg) Setelah Perebusan (kg) Waktu Pengupasan (menit) Total Berat Daging (kg) Jantan 10 Betina 10

4.5.2.4. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Tingkat produktivitas tenaga kerja merupakan cara untuk melihat seberapa besar pekerja pengupas rajungan dapat memproduksi dan menghasilkan

output daging kupas rajungan dalam satu hari. Tingkat produktivitasnya dapat dihitung dengan membagi jumlah rata-rata produksi satu periode produksi per hari dengan jumlah pekerja, sehingga dapat dilihat seberapa besar tingkat produktivitas rata-rata pekerja per hari. Secara umum dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

TK = Tingkat produktivitas tenaga kerja (kg/orang/hari)

O = Jumlah ouput daging rajungan (kg)

L = Jumlah tenaga kerja (orang)

4.5.3 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan suatu proyek atau usaha dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan ekonomi dan finansial. Pada penelitian ini hanya digunakan analisis finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menyususun aliran kas (cash flow), yang terdiri dari cash inflow (arus penerimaan kas) dan cash outflow (arus pengeluaran kas). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dan nilai sisa. Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman dan bunga, pajak dan lain-lain. Pengukuran cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh manfaat bersih (net benefit). Analisis finansial dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan untuk menguji kelayakan adalah Cost Benefit Analysis (CBA) dengan instrumen Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

4.5.3.1 Net Present Value ( NPV )

Manfaat bersih merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan yang diterima selama umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. NPV dapat dirumuskan sebagai berikut:

 

1 Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

i = Tingkat suku bunga (discount rate)

t = Tahun (1,2,3,...10)

n = Umur proyek

Proyek dinyatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti biaya dapat dikembalikan persis sama besar oleh proyek. Pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan ini berarti bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan (Gray et al, 1992). 4.5.3.2 Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C )

Besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Proyek dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu (Gray et al, 1992). Net B/C ratio secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Net B/C =

Keterangan:

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t

n = Umur proyek (tahun)

t = Tahun kegiatan proyek (tahun)

i = Tingkat suku bunga (discount rate)

Untuk Bt‐C> 0

4.5.3.3 Internal Rate of Return ( IRR )

Internal Rate of Return menunjukkan rata-rata keuntungan internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi dan dinyatakan dalam persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV proyek sama dengan nol. IRR secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif

Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku.

4.5.3.4 Payback Period ( PP )

Menurut Gittinger (1986) dalam Nugroho (2012) Payback Period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PP sebagai berikut :

Keterangan :

PP = Payback Period (tahun)

I = Jumlah modal investasi (Rp)

Dokumen terkait