• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4. Metode Analisis Data

4.4.1. Analisis Keanekaragaman Spesies

Analisis keanekaragaman spesies dilakukan dengan menggunakan nilai indeks keanekaragaman spesies. Indeks Keanekaragaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Keanekaragaman Shannon-Weiner (Ludwig dan Reynolds 1988; Krebs 1989). Persamaannya adalah sebagai berikut:

27

H’ = - ∑ pi log pi, di mana pi = ni / N

Keterangan: H’ adalah Indeks Keanekaragaman, pi adalah proporsi spesies i terhadap keseluruhan jumlah spesies yang dijumpai dalam petak contoh di lokasi penelitian, ni adalah jumlah individu spesies i, dan N adalah jumlah individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak pengamatan.

4.4.2. Analisis Vegetasi dan Struktur Populasi

Data dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan digunakan untuk mengetahui komposisi dan struktur populasi Syzygium. Penghitungan data dilakukan untuk mengetahui nilai Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi relatif serta Indeks Nilai Pentingnya. Kerapatan (K) adalah jumlah individu suatu spesies dalam suatu luasan tertentu. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Ki = ni / A

Keterangan: Ki = kerapatan suatu spesies, ni = jumlah individu suatu spesies, A = luas total petak contoh.

Kerapatan Relatif (KR) adalah nilai proporsi jumlah individu suatu speses terhadap jumlah total individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak contoh. Persamaannya adalah sebagai berikut:

KR = (ni / ∑n) x 100%

Keterangan: KR = kerapatan relatif suatu spesies, ni = jumlah individu suatu spesies, ∑n = jumlah total individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak pengamatan.

Frekuensi (F) adalah parameter yang menunjukan kesempatan suatu spesies ditemukan pada suatu petak contoh. Nilai ini digambarkan dengan persamaan :

F = jumlah petak contoh ditemukan suatu spesies jumlah total keseluruhan petak contoh yang dibuat

Frekuensi Relatif (FR) adalah nilai proporsi frekuensi suatu spesies terhadap jumlah total nilai frekuensi seluruh spesies. Persamaan untuk FR adalah sebagai berikut:

FR = (Fi / ∑ Fi) x 100%

Keterangan: Fi = frekuensi ditemukannya suatu spesies, ∑ Fi = jumlah frekuensi seluruh spesies

Dominansi (D) adalah nilai yang menggambarkan penutupan permukaan tanah oleh keberadaan suatu spesies. Nilai ini diperoleh dari luas bidang dasar (lbds) yang diperoleh dari perhitungan lbds dari ukuran batang pohon atau luas bidang penutupan oleh tumbuhan bawah. Nilai dominansi dihitung dengan persamaan:

D = ai / A;

Keterangan: ai = luas bidang dasar (lbds) suatu spesies, A = luas total petak contoh

Dominansi Relatif adalah nilai proporsi dominansi suatu spesies terhadap jumlah total nilai dominansi seluruh spesies.

DR = ( Di / ∑D) x 100%

Keterangan: Di = Dominansi suatu spesies, ∑ Fi = Jumlah dominansi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting (INP) adalah suatu nilai yang menggambarkan pentingnya peran suatu spesien tumbuhan dalam suatu ekosistem. Nilai indeks ini merupakan penjumlahan dari nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif suatu spesies. Untuk anakan pohon, semak ataupun herba nilai INPnya dapat hanya dihitung dari nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatifnya (Fachrul 2008). Persamaan untuk INP adalah sebagai berikut:

INP = KRi + FRi + DRi

Keterangan: KRi = kerapatan relatif suatu spesies, FRi = frekuensi relatif suatu spesies, DRi = dominansi relatif suatu spesies, INP = Indeks Nilai Penting

Analisis data struktur populasi Syzygium dilakukan secara deskriptif berdasarkan data struktur yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi. Data kerapatan individu Syzygium pada tiap fase pertumbuhannya menjadi dasar untuk mengetahui sruktur populasinya. Analisis ini terutama berkaitan dengan struktur fase pertumbuhan Syzygium pada tingkat semai, pancang, tiang hingga tingkat pohon.

4.4.3. Analisis Pola Sebaran

Untuk mengetahui pola sebaran Syzygium dilakukan bersamaan dengan kegiatan analisis vegetasi. Data yang diambil adalah data frekuensi perjumpaan pada tiap petak contoh. Analisis pola sebaran dilakukan dengan menggunakan metode rasio ragam, dan metode nilai indeks yang terdiri atas: Index of Dispersion (ID), Clumping Index (IC), dan Green’s Index (IG) (Ludwig dan Reynolds 1988).

29

Metode rasio ragam digunakan dengan cara membandingkan nilai rata-rata dengan nilai koefisien ragamnya. Adapun acuan nilai yang dipakai adalah: jika S2 = x, maka pola sebarannya acak, jika S2 < x, maka pola sebarannya homogen, dan jika S2 > x, maka pola sebarnnya berkelompok. Formula yang digunakan untuk penghitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

Index of Dispersion (ID) = ____, di mana: x = n = ∑ x Fx , N ∑Fx

S2 = ∑ (x.Fx)2 – x.n , N-1

Index of Clumping (IC) = ID -1 Green’s Index (IG) = IC / n-1

Keterangan: N = jumlah petak pengamatan, n= jumlah individu total

Acuan nilai indeks yang digunakan untuk mengetahui karakter pola sebaran adalah nilai standar yang dapat menggambarkan karakter pola sebaran secara umum. Adapun acuan tersebut adalah : jika nilai ID<1, maka pola sebarannya adalah homogen, nilai ID = 1, maka pola sebarannya adalah acak, dan jika nila ID>1, maka pola sebarannya adalah berkelompok. Peta sebaran distribusi

Syzygium yang dihasilkan dugunakan untuk mendukung analisis sebaran Syzygium

di lokasi penelitan.

4.4.4. Asosiasi Syzygium dengan spesies lainnya

Asosiasi antara Syzygium dengan spesies tumbuhan lain dilakukan secara berpasangan yaitu dengan spesies tumbuhan yang memiliki INP ≥ 10% (Botanri 2010). Diawali dengan membuat tabel kontingensi untuk setiap pasangan spesies (Tabel 2).

Tabel 2 Tabel kontingensi berpasangan 2 x 2 untuk asosiasi spesies Spesies B

ada Tidak ada

Syzygium ada a b m=a+b

tidak ada c d n=c+d

r=a+c s=b+d

Keterangan:

a = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium dan spesies B

b = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium, namun tidak spesies B c = Jumlah petak pengamatan ditemukannya spesies B, namun tidak Syzygium d = Jumlah petak pengamatan tidak ditemukan kedua spesies

s

2

x

Hipotesis uji yang digunakan untuk menguji asosiasi antara Syzygium dengan spesies B adalah:

H0 = keberadan Syzygium dengan spesies a adalah saling bebas H1 = terdapat asosiasi antara Syzygium dengan spesies a

Persamaan uji Chi-Square yang digunakan adalah: (F(x) – E(x))2

E(x)

Tahap selanjutnya adalah membandingkan nilai X2 hitung dan X2 tabel pada selang kepercayan 95%. Jika X2 hitung lebih kecil atau sama dengan X2 tabel pada selang kepercayan 95%, maka kesimpulannya terima H0, artinya tidak terdapat asosiasi antara Syzygium dengan spesies a. Jika Jika X2 hitung lebih besar dari pada X2 tabel pada selang kepercayan 95%, maka kesimpulannya terima H1, artinya terdapat asosiasi antara Syzygium dengan spesies a.

Sifat asosiasi diketahui dengan membandingkan antara nilai pengamatan untuk a, F(a) dengan nilai harapan E(a). Jika F(a) > E(a), maka asosiasi bersifat positif. Sedangkan jika F(a) < E(a), maka asosiasi bersifat negatif (Ludwig dan Reynolds 1998).

Asosiasi antara Syzygium dengan spesies tumbuhan lainnya dilakukan dengan pendekatan Indeks Jaccard (IJ) (Ludwig and Reynolds 1988). Formulasi untuk indeks tersebut adalah sebagai berikut:

JI = Keterangan:

JI = Indeks Jaccard

a = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium dan spesies B

b = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium, namun tidak spesies B c = Jumlah petak pengamatan ditemukannya spesies B, namun tidak Syzygium

Nilai indeks berkisar antara 0 – 1. Semakin mendekati 1, maka tingkat asosiasinya semakin kuat. Untuk mempermudah penghitungan maka dibuatkan tabel kontingensi berpasangan antara dua spesies yang dibandingkan.

4.4.5. Analisis Faktor Ekologis

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor ekologis terhadap keberadaan Syzygium. Faktor ekologis yang dimaksudkan dalam

X2 hitung =

a

31

penelitian ini adalah: jumlah individu tingkat semai, jumlah individu tingkat pancang, jumlah individu tingkat tiang, jumlah individu tingkat pohon, jumlah rumpun bambu, luas rumpun bambu, intensitas penyinaran, ketinggian tempat, kemiringan lereng, pH tanah, kelembaban tanah, suhu udara dan kelembaban udara. Data dianalisis dengan analisis klaster, principle component analysis (PCA) atau analisis komponen utama, analisis canonical, dan model regresi linear berganda dengan menggunakan softwere Minitab 14, PAST 2.14 (PAlaeontological Statistics), dan CANOCO 4.5.

Analisis klaster dilakukan untuk mengetahui kemiripan kondisi lingkungan tempat tumbuh antar spesies Syzygium dan antar lokasi blok pengamatan. Analisis Komponen Utama dilakukan untuk melihat secara serentak keseluruhan hubungan antar variabel yang diamati untuk keperluan intepretasi dan analisis hubungan. Hal ini dilakukan dengan cara menyederhanakan variabel yang diamati menjadi variabel baru dengan jumlah yang lebih sedikit, yang disebut sebagai principle componen atau komponen utama. Hubungan antara spesies

Syzygium dengan variabel faktor lingkungan secara lebih lanjut dilakukan dengan

menggunakan metode Canonical Correspondence Analysis (CCA) dengan menggunakan CANOCO 4.5. Metode ini merupakan metode analisis multivariate yang bertujuan untuk menggabungkan dan menganalisis data kelimpahan spesies dengan data variabel lingkungan dari lokasi yang sama (ter Braak 1986). Metode CCA akan membentuk suatu kombinasi hubungan linear yang maksimal antara distribusi spesies terhadap variabel lingkungannya. Diagram ordinasi yang dihasilkan dapat menggambarkan pola variasi suatu komunitas dan juga distribusi spesies sepanjang variabel-variabel lingkungannya. Hal tersebut dapat terlihat dari eigenvalues yang dihasilkan dari analisis ini (ter Braak 1987).

Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan prosedur regresi Stepwise. Hal ini dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang memiliki pengaruh paling determinan terhadap variabel tidak bebasnya. Model persaman regresi linear yang digunakan, terdiri atas variabel tak bebas yang akan diprediksi oleh beberapa variabel bebas (Walpole 1993; Iriawan dan Astuti 2006). Pada model ini jumlah individu Syzygium berlaku sebagai variabel tak bebas (Y) yang akan diramalkan berdasarkan hasil pengukuran beberapa variabel bebas (X).

Variabel bebas yang digunakanan adalah beberapa parameter ekologis bagi keberadaan Syzygium. Persamaan regresi linear yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y

1...n

= a

0

+ a

1

x

1

+ a

2

x

2

+ a

3

x

3

+ a

4

x

4

+ ...+ a

11

x

11

+ a

12

x

12

+ a

13

x

13

+ έ

Keterangan:

Y = jumlah individu Syzygium (individu / petak pengamatan)

1...n = Spesies Syzygium ke-1,...,ke-n.

a0 = koefisien regresi

a1,..,8 = koefisien variabel regresi

x1 = luas rumpun bambu pada tiap petak pengamatan (m2)

x2 = jumlah individu semai dan tumbuhan bawah pada tiap petak pengamatan (individu)

x3 = jumlah individu pancang pada tiap petak pengamatan (individu)

x4 = jumlah individu tiang pada tiap petak pengamatan (individu)

x5 = jumlah individu pohon pada tiap petak pengamatan (individu)

x6 = jumlah rumpun bambu pada tiap petak pengamatan (rumpun)

x7 = intensitas penyinaran (lux)

x8 = suhu udara (oC) x9 = kelembapan udara (%) x10 = pH tanah x11 = kelembaban tanah (%) x12 = kemiringan lereng (%) x13 = ketinggian tempat ( m dpl) έ = residual

Dokumen terkait