• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Metode Analisis

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian

mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. (Bungin, 2010:36). Dimana metode analisis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik analasis, yaitu:

1. Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Secara garis besar keterkaitan sektor unggulan serta sektor basis dan non basis ekonomi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentisifikasi sektor basis dan non basis serta potensi sisi konstribusi PDRB melalui alat analisis location quotient (LQ) dan Shift Share (SS). a. Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient atau disingkat LQ , merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan. (Arsyad, 2010:390).

Arsyad (2010:391), menjelaskan bahwah dalam tekhnik LQ ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu : 1) Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi

kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. 2) Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu

memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan.

Dasar pemikiran dari teknik ini adalah teori basis ekonomi (economic base) yang intinya adalah:

“ Karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa- jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut”. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Rumusan LQ menurut Didit (2005:25), dalam penentuan sektor basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:

Si / S

LQ = Bi / B

Catatan : Simbol y (PDRB Wilayah) dan Y (PDRB Provinsi) dalam jurnal asli, diganti dengan S untuk PDRB Wilayah dan B untuk PDRB Provinsi Dimana:

LQ = Nilai Location Quotient (LQ).

Si = Produksi sektor i di Daerah analisis pada tahun tertentu.

S = Total PDRB Daerah analisis.

Bi = Produksi sektor i Provinsi daerah analisis pada tahun tertentu.

B = Total PDRB Provinsi daerah analisis.

Sektor basis/spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi disuatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga

pertumbuhan maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lainya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap output-output lokal.

Bendavid Val memberikan pengukuran terhadap derajat spesialisasi/sektor basis dengan kriteria sebagai berikut. (Ghalib, 2005:169):

1) LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tersebut di daerah analisis lebih besar dari sektor yang sama pada Provinsi daerah analisis.

2) LQ < 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di daerah analisis lebih kecil dari sektor yang sama pada tingkat Provinsi daerah analisis.

3) LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di daerah analisis sama dengan sektor yang sama pada tingkat Provinsi daerah analisis.

Derajat spesialisasi/sektor basis tidak dapat bernilai negatif, ini terlihat dari rumus LQ sendiri yang menunjukan pencarian rasio yaitu mencari perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisi dari sektor tersebut.

b. Analisis Shift Share (SS)

Untuk Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang disuatu daerah dan membandingkannya dengan

perekonomian regional maupun nasional digunakan teknik analisis Shift- Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar wilayah, maka keunggulan kompetitif (competitive advantage) suatu wilayah juga dapat diketahui melalui analisis Shift-Share ini. (Mukti, 2008:35).

Pada dasarnya, analisis Shift Share menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah yang lebih besar (provinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor- sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatanya (provinsi). Dengan menggunakan analisis Shift Share dapat diketahui perubahan struktur ekonomi selama periode pengamatan tertentu. Data yang digunakan adalah PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000.

Komponen Share sering juga disebut komponen national share sementara komponen Shift adalah penyimpangan atau (deviation) dari national share dalam pertumbuhan ekonomi regional. Dimana penyimpanganya positif pada daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada region yang lebih besar (provinsi/nasional)

Tujuan analisis ini adalah analisis ini digunakan untuk menentukan kinerja atau produktivitas suatu daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial

suatu daerah kemudian membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain. (Arsyad, 2010:389). Tiga bidang yang saling berhubungan itu meliputi:

1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara melihat nialai PDRB daerah analisis sebagai daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian provinsi, sehingga diketahui perubahan-perubahan dan perbandinganya.

2) Pergeseran proporsional (proportional shift) digunakan untuk mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industriindustri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. 3) Pergeseran diferensial (differential shift) digunakan untuk membantu

dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu jika pergeseran diferensial dari satu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Pertumbuhan suatu daerah pada dasarnya di pengaruhi oleh ketiga bidang yang telah diuraikan sebelumnya yaitu, share national, proposional shift dan differensial shift. (Ghalib, 2005:175).

Menurut Glasson (1990:95) dalam Dini (2007:45), metode analisis ini diawali dengan formulasi:

G = Yjt - Yjo (Nj+Pj+Dj) Nj = Yjo (Yt / Yo) – Yjo (P + D)j = Yjt – (Yt / Yo) Yjo Pj = Σi [(Yit / Yio) – (Yt / Yo)] Yijo Dj = Σt [ Yijt– (Yit / Yio) Yijo] = (P + D)j – Pj Dimana:

Gj = Pertumbuhan PDRB Total wilayah analisis

Nj = Komponen Share

(P + D)j = Komponen Net Shift

Pj = Proportional Shift wilayah analisis

Dj = Differential Shift wilayah analisis

Yj = PDRB Total wialayah analisis

Y = PDRB Total Provinsi wilayah analisis o,t = Periode awal dan Periode akhir

i = Subskripsi sektor pada PDRB

Catatan: Simbol E (tenaga kerja) dalam buku asli, diganti dengan simbol Y (PDRB) karena data yang diteliti adalah PDRB.

Jika Pj > 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor

jika Pj < 0, maka wilayah analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di

tingkat propinsi tumbuh lebih lambat.

Bila Dj > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis lebih

cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi wilayah analisis dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah analisis relatif lebih

lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi wilayah analisis. Apabila nilai Pj maupun Dj bernilai positif, menunjukkan bahwa

sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bilai nilainya negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih memungkinakan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi (Harry W. Richardson, 1978, 202). Untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban. Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional disebut pengaruh pangsa (share). Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap variable regional sektor/industri daerah yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan nasional yang

mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah. Diharapkan bahwa apabila suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap perekonomian daerah.

Secara umum nilai Pj danDj tidak dapat bernilai sama dengan nol,

hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah tersebut mengalami kebangkrutan.

Menurut Arsyad (2010:390), kelemahan dari analisis Shift Share antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah.

Gambar 3.1

Bagan Kerangka Peranan Potensi Ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

Dokumen terkait