• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cakupan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Survei pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak pada orang dewasa.

2. Pengembangan minuman instan temulawak

3. Uji klinis pemberian minuman instan temulawak terhadap fungsi imun yang diukur dari populasi limfosit total (sel B, sel T, dan sel NK).

Kegiatan pengembangan minuman instan dan uji klinis minuman instan terhadap fungsi imun merupakan bagian dari kegiatan penelitian hibah KKP3T dengan No. kontrak 1004/LB.620/I.1/4/2010 yang berjudul Efikasi Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Berbahan Aktif Xanthorrhizol (0.05%) untuk Meningkatkan Populasi Limfosit T (> 10%) pada Orang Dewasa Obes.

Berbagai data serta cara pengumpulan yang dilakukan dalam seluruh kegiatan penelitain ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data

Tujuan Data Cara Pengumpulan Jenis Data/Sumber

Analisis pengetahuan orang dewasa mengenai manfaat kesehatan temulawak.  Pengalaman mengonsumsi temulawak  Pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak  Wawancara dengan kuesioner  Wawancara dengan kuesioner  Data primer  Data primer Pengembangan produk minuman instan temulawak

Daya terima organoleptik

Uji organoleptik Data primer

Analisis pengaruh pemberian minuman instan temulawak terhadap fungsi sistem imun (populasi limfosit) orang dewasa obes.

Sel T dan subsetnya

(CD3+, CD4+, dan CD8+) Sel B (CD19+) Sel NK (CD16+56+) Flow cytometri Flow cytometri Flow cytometri  Dwiriani, Dewi, dan Januwati (2010)  Dwiriani, Dewi, dan Januwati (2010)  Data primer

Survei Pengetahuan Orang Dewasa tentang Manfaat Kesehatan Temulawak

Desain, tempat dan waktu

Penelitian ini merupakan penelitian lapang dengan desain cross sectional study yang akan dilaksanakan pada April – Juni 2011. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) keberadaan subjek yang akan mewakili populasi sasaran, dan (2) kemudahan akses.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Berdasarkan pengelompokkan penduduk dalam RISKESDAS diketahui bahwa penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk dewasa jika berumur lebih dari 18 tahun. Lokasi untuk survei ditentukan secara purposive yaitu di Kampus IPB Darmaga. Mempertimbangkan bahwa pengetahuan akan sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan maka subjek dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok subjek dengan tingkat pendidikan tinggi dan subjek dengan tingkat pendidikan rendah. Selain itu, dari setiap kelompok, subjek terbagi lagi berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan sehingga kerangka penarikan subjeknya adalah sebagai berikut:

Gambar 6 Kerangka pengambilan subjek

Jumlah subjek minimum dihitung berdasarkan rumus perhitungan jumlah sampel minimum penelitian cross sectional study dengan mempertimbangkan power sebesar 90% seperti berikut:

n ≥ zα2 x p (1 – p)/d2

n = jumlah contoh/subjek minimum p = 0.9 atau 90%

zα2 = 1.96 d = perkiraan ketepatan penelitian (0.1)

Pegawai IPB

Tingkat pendidikan tinggi Tingkat pendidikan rendah

Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, jumlah subjek minimum untuk tiap kelompok (tingkat pendidikan dan jenis kelamin) penelitian adalah 18. Jumlah total subjek untuk survei pengetahuan menjadi: 18 x 2 (kelompok status pekerjaan) x 2 (kelompok jenis kelamin) = 72 subjek. Jumlah tersebut dibulatkan menjadi 80 untuk meningkatkan ketepatan penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengambilan contoh yaitu dengan random sampling. Contoh dipilih secara acak pada lokasi yang telah ditentukan secara purposive.

Kriteria inklusi untuk subjek adalah: berusia dewasa (> 18 tahun) dan berstatus sebagai pegawai IPB (PNS maupun honorer), sedangkan kriteria ekslusi subjek adalah: pegawai pendidik pakar pangan, gizi, dan kesehatan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam survei ini dilakukan melalui wawancara dan pengisian langsung dengan subjek. Data tersebut meliputi karakteristik sosial ekonomi, pengalaman mengonsumsi temulawak (baik sebagai pangan maupun obat) dan tujuannya, pengetahuan mengenai berbagai manfaat kesehatan temulawak serta sumber informasinya.

Data terkait pengetahuan mengenai berbagai manfaat kesehatan temulawak yang dikumpulkan diantaranya adalah manfaat temulawak untuk sakit perut, sakit hati, demam, sembelit/memperlancar buang air besar, perbaikan nafsu makan, menenangkan dan mengembalikan kekejangan otot setelah bersalin, obat malaria, sakit kencing, penyakit ginjal, obat sakit maag, obat gatal atau eksim, demam, mencret atau disentri, peradangan dalam perut atau kulit, dan peningkatan ketahanan tubuh. Sebelum disebarkan kepada contoh, dilakukan pengujian terhadap reliabilitas alat ukur pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS 13.00 for Windows. Analisis dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung frekuensi contoh berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, besar keluarga, pengalaman mengonsumsi temulawak, pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak, dan sumber informasi tentang temulawak.

Kuesioner untuk pengukuran tingkat pengetahuan mengenai manfaat kesehatan temulawak diuji validitas dan reliabilitasnya dengan tes reliabilitas. Nilai Cronbach’s Alpha dari tes ini akan menentukan reliabilitas kuesioner yang digunakan sedangkan nilai korelasi pada uji ini akan menentukan validitas setiap pertanyaan dalam kuesioner. Tingkat pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak dikategorikan dengan menetapkan cut off point dari skor yang mengadopsi penentuan cut off point pengetahuan gizi (Khomsan, 2000). Kategorinya adalah baik jika skor > 80, sedang jika skor antara 60 – 80, dan kurang jika skor < 60.

Pengembangan Minuman Instan Temulawak

Pengembangan ekstrak temulawak dilakukan melalui tahapan: Penyiapan bahan baku, identifikasi dan analisis mutu bahan aktif, serta formulasi minuman instan temulawak berbasis xanthorrhizol. Standardisasi bahan baku dilakukan dengan mengambil satu dari tiga varietas temulawak unggul yang telah diteliti Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balitro). Penelitian skala laboratorium untuk pengembangan produk minuman instan temulawak dilakukan di Lab. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Lab. Analisis Makanan dan Instrumentasi, Dept. GM, dan Lab. Pilot Plan, FATETA IPB.

Pembuatan ekstrak kering temulawak a. Bahan dan Metode

Bahan kimia yang digunakan yaitu, metanol HPLC, etanol teknis, aquades, maltodextrin, dan bahan kimia lainnya untuk analisis mutu. Sedangkan peralatan yang digunakan seperti, ekstraktor, blower, spray dryer, freeze dryer, rotavapor, alat penyuling serta peralatan lainnya untuk analisis mutu ekstrak.

b. Rancangan Kerja

Rimpang temulawak dicuci bersih kemudian dirajang dengan ukuran ketebalan 7 – 8 mm, lalu diblender sehingga dihasilkan bubur temulawak. Selanjutnya ke dalam bubur ditambahkan pelarut etanol 96% (1:5) kemudian diekstrak dengan ekstraktor selama empat jam. Selanjutnya bahan disaring menggunakan kertas saring dan dihasilkan sari/filtrat yang selanjutnya diuapkan menggunakan alat rotavapor sehingga dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak yang

dihasilkan dikeringkan dengan menggunakan spray dryer sehingga dihasilkan ekstrak temulawak kering. Untuk mempercepat proses pengeringan serta memperbaiki terkstur ekstrak sebelum proses pengeringan, ekstrak diencerkan dan ditambahkan bahan pengisi berupa maltodekstrin lalu diaduk hingga merata. Setelah kering dilakukan analisis mutu terhadap ekstrak yang dihasilkan.

c. Rancangan pengamatan

Pengamatan mutu dari ekstrak kering temulawak dilakukan meliputi parameter tekstur, kadar air, warna, kadar bahan aktif (marker) kurkumin dan xanthorhizol.

Teknik pengembangan minuman instan temulawak a. Rancangan kerja

Formulasi produk berupa serbuk dari ekstrak kering, yang ditambahkan dengan pemanis (gula tepung dan sukralosa), garam, asam sitrat, dan bahan pengisi (maltodekstrin).

Rimpang segar temulawak

Pencucian Pengupasan Perajangan (tebal 7 – 8 mm) Penghancuran/blender Bubur temulawak Ekstraksi (4 jam) Pemerasan Penyaringan Filtrat/Sari

(Penguapan pelarut 70oC, 0.75 atm) Pengendapan pati

` Pengeringan (spray dryer) Bahan Pengisi

(maltodekstrin, 35%) Penghalusan

Serbuk Temulawak

Analisis mutu serbuk temulawak

Gambar 7 Diagram alir pembuatan serbuk temulawak (Sumber: Ria 1989) Analisis mutu

bahan segar etanol 96% (1:5) + aquades dan

Ampas dan etanol

Proses ekstraksi dilakukan 3 kali

Berdasarkan diagram alir pada Gambar 7, proses pencampuran ekstrak kering temulawak dengan berbagai bahan pengisi dilakukan dengan cara pencampuran kering (dry mixing). Ekstrak kering temulawak yang diberikan untuk dosis satu kali pemberian sebanyak 400 mg (mengandung 2.80 mg kurkumin dan 7.56 mg xanthorrhizol). Berat minuman instan temulawak yang diberikan diketahui dari berat ekstrak kering temulawak (400 mg) ditambah dengan berat pemanis (gula tepung dan sukralosa), garam, asam sitrat, dan bahan pengisi (maltodekstrin).

Beberapa pertimbangan yang mendasari penggunaan berbagai bahan pengisi dan perasa dalam pembuatan minuman instan temulawak adalah berat tepung ekstrak temulawak (400 mg) yang terlalu kecil sehingga mempersulit pengemasan, rasa asli dari tepung ekstrak temulawak yang pahit sehingga kemungkinan akan sulit disukai, kemudahan untuk larut (tanpa ada endapan) terutama di air bersuhu rendah/dingin yang juga merupakan kriteria agar dapat disebut minuman instan, dan upaya agar minuman ini tetap dapat disebut minuman rendah energi.

Gula, garam, dan asam sitrat yang ditambahkan dalam pembuatan minuman instan temulawak ditujukan untuk memperbaiki cita rasa minuman instan temulawak yang dihasilkan. Besarnya jumlah gula, garam, dan asam sitrat yang digunakan didasarkan pada SNI 01-4320-1996 tentang minuman serbuk tradisional. Dalam SNI tersebut dinyatakan bahwa rasa dari minuman serbuk tradisional adalah tetap normal, khas rempah-rempah dan tidak disebutkan mengenai batas maksimal jumlah garam dan asam sitrat yang boleh ditambahkan. Jadi selama garam dan asam sitrat yang ditambahkan tidak menghilangkan cita rasa asli dari temulawak maka masih diperkenankan.

Pemanis yang digunakan sebagian merupakan gula tepung (sebanyak 10 gram) dan sebagian lagi diganti dengan sukralosa. Penggunaan gula tepung bertujuan agar rasa manis dari minuman ini tetap normal sedangkan sukralosa digunakan agar minuman instan temulawak ini tetap dapat disebut sebagai minuman rendah energy karena hanya mengandung energy sebesar 36.4 kkal per sajian. Commission Regulation EU (2006) menyatakan bahwa produk pangan

dapat dikatakan rendah energi jika total energinya maksimal hanya 40 kkal per takaran saji.

Perbandingan antara jumlah Tepung ekstrak temulawak yang diperoleh dari proses spray dryer sudah mudah larut dalam air, termasuk yang bersuhu rendah. Penambahan maltodekstrin ditujukan untuk mempertahankan kemampuan ini. Jumlah maltodekstrin (sebagai bahan pengisi) yang ditambahkan didasarkan pada kelaziman berat berbagai produk minuman instan yang sudah ada di pasaran, yang beratnya berkisar antara 8 sampai 25 gram.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk formulasi minuman instan temulawak adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas satu faktor perlakuan yaitu jumlah pemanis buatan (sukralosa) yang ditambahkan dengan empat taraf masing-masing 10%, 15%, 20%, dan 25%. Model linier untuk RAL dengan satu faktor adalah sebagai berikut:

Yij = μ + αi + ij

Keterangan :

Yi = peubah respon akibat perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j

μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh penambahan sukralosa pada taraf ke-i

ij = galat unit percobaan akibat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = banyak taraf penambahan sukralosa (i = 10%, 15%, 20%, dan 25%) j = banyak ulangan

b. Uji organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji organoleptik dengan panelis umum dan uji organoleptik dengan panelis terbatas. Uji tersebut dilakukan untuk menentukan besarnya daya terima produk minuman instan temulawak yang dihasilkan.

Uji organoleptik dengan panelis umum terdiri atas uji hedonik (kesukaan) dan uji mutu hedonik. Panelis yang dilibatkan dalam pengujian ini berjumlah 32 yang seluruhnya merupakan mahasiswa (laki-laki dan perempuan dengan umur antara 18 – 19 tahun). Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap produk yang diujikan dari segi warna, aroma, rasa, kekentalan, dan penerimaan keseluruhan. Selain itu dilakukan juga uji mutu hedonik untuk seluruh parameter produk minuman instan temulawak.

Penilaian yang diberikan, baik untuk uji hedonik maupun mutu hedonik mulai dari 1 sampai 9. Pada uji hedonik nilai 1 menyatakan amat sangat tidak suka dan 9 menunjukkan amat sangat suka, sedangkan pada uji mutu hedonik meskipun menggunakan penilaian yang sama (1 – 9) tetapi makna penilaian disesuaikan dengan parameter yang dinilai. Misal untuk warna, nilai 1 menunjukkan amat sangat gelap sedangkan nilai 9 menunjukkan amat sangat terang.

Penilaian keseluruhan dalam uji organoleptik yang dilakukan merupakan penilaian komposit/gabungan dari parameter warna, aroma, rasa, dan kekentalan produk yang dibobot. Rasa merupakan aspek produk yang menjadi faktor perlakuan sehingga bobot terhadap penilaian rasa menjadi lebih tinggi dibandingkan aspek yang lain sehingga bobot untuk rasa adalah 40% sedangkan yang lain (warna, aroma, dan kekentalan) masing-masing 20%. Seluruh data uji kesukaan dengan panelis umum diolah dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan pada software SPSS 13 for windows.

Uji organoleptik panelis terbatas dilakukan oleh 7 orang panelis. Uji ini dilakukan untuk memperkuat hasil uji organoleptik dengan panelis umum dan pengujian yang dilakukan hanya uji kesukaan (hedonik) untuk parameter rasa dari produk minuman instan temulawak yang dibuat dengan 4 (empat) formula. Uji ini dilakukan untuk mengetahui penerimaan panelis karena perbedaan kadar pemanis (sukralose) akan sangat berpengaruh terhadap rasa. Penilaian yang diberikan berkisar mulai dari 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka) dan nilai tengah (5) dikategorikan sebagai biasa. Produk dinyatakan diterima oleh panelis jika nilai yang diberikan minimal 5.

Uji Klinis Pemberian Minuman Instan Temulawak Desain dan tempat penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapang dengan desain desain kuasi eksperimental dengan pre dan post test. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kampus IPB Darmaga, Bogor dengan pertimbangan: (1) Keberadaan subjek yang akan mewakili populasi sasaran, dan (2) Kemudahan akses. Analisis jumlah dan jenis limfosit subjek dilakukan di Laboratorium Makmal Imunoendokrinologi FKUI Jakarta.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi subjek adalah orang dewasa (usia > 18 tahun), laki-laki dan perempuan, dengan indeks massa tubuh (IMT) > 27. Subjek dipilih dari pegawai IPB dengan kriteria eksklusi sebagai berikut :

(1). Menderita penyakit yang berkaitan dengan penurunan fungsi imun (hepatitis, diabetes melitus, penyakit autoimun, dan lainnya)

(2). Mengonsumsi alkohol dan obat-obatan

(3). Perempuan yang sedang hamil atau sudah memasuki menopouse (4). Tidak bersedia terlibat dalam penelitian

Setelah mendapat ijin dari pihak instansi tempat penelitian dilakukan, orang dewasa dengan penampilan obes akan ditimbang berat dan tinggi badannya untuk kemudian dihitung nilai IMT-nya. Selain itu, untuk memastikan bahwa subjek memang mengalami obesitas maka dilakukan pula pengukuran lingkar pinggang dan panggul sehingga dapat diketahui status obesitas sentralnya melalui nilai rasio lingkar pinggang panggul/RLPP. Contoh kemudian dipilih secara acak dari populasi yang memenuhi persyaratan inklusi setelah melalui pemeriksaan klinis yaitu pengukuran tekanan darah, gula darah dan anamnesis riwayat penyakit oleh dokter medis.

Jumlah subjek yang diperlukan untuk mendeteksi perbedaan kadar subset limfosit sebesar 10%, dengan standar deviasi masing-masing 9.0% (Dhaliwal et al 1995), α = 0.05 dan power 90% adalah 17 orang yang kemudian digenapkan menjadi 20 orang. Rumus untuk menghitung jumlah contoh adalah :

n ≥ 2 x SD2 x (Zα + Z )2 / 2

n = jumlah sampel untuk setiap kelompok perlakuan Z = power 90% (1.28)

SD = standar deviasi subset limfosit (9.0) = perbedaan subset limfosit (10) Zα = selang kepercayaan 90% (1.96)

Dengan mempertimbangkan akan adanya loss to follow up 20%, maka jumlah contoh yang diperlukan adalah 24 orang dengan proporsi pria dan wanita yang relatif sama.

Pemberian intervensi

Minuman instan temulawak yang dikembangkan pada penelitian laboratorium akan diberikan pada subjek untuk diminum setiap hari selama dua

minggu (14 hari). Pertimbangan lama waktu uji klinis selama dua minggu dan dosis 400 mg/hari ekstrak temulawak didasarkan pada dosis dan lama waktu yang memberikan efek penurunan inflamasi (Kertia et al. 2005). Berat minuman instan temulawak yang diberikan untuk setiap subjek per hari ditentukan berdasarkan hasil pengembangan produk minuman instan temulawak. Hasil dari pengembangan produk minuman instan temulawak tersebut diketahui bahwa berat minuman instan temulawak per kemasan untuk diminum per hari adalah sebesar 13.24 gram. Setiap subjek akan mengonsumsi serbuk temulawak ini yang sebelumnya dilarutkan terlebih dulu dalam 200 ml air. Air yang digunakan diupayakan air dingin untuk menghindari kerusakan bahan aktif. Bagan pelaksanaan uji klinis adalah sebagai berikut:

Gambar 8 Bagan pelaksanaan uji klinis

Subjek akan mengonsumsi minuman instan ekstrak temulawak yang dibagikan setiap hari oleh peneliti. Minuman ini diupayakan untuk langsung diminum di depan peneliti saat baru dibagikan. Selain itu, form kepatuhan (compliance) akan disediakan bagi setiap subjek. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepatuhan subjek dalam mengonsumsi minuman instan ekstrak temulawak, terutama ditujukan bagi subjek yang kemungkinan tidak dapat ditemui saat pembagian minuman instan temulawak.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas data karakteristik individu, dan sel NK (hasil analisis darah).

Pre uji klinis

Pasca uji klinis

Pemberian minuman instan temulawak selama 2 minggu/14

hari Pengambilan sampel darah (5 ml) untuk analisis jumlah dan % limfosit serta subsetnya Persiapan uji klinis

Scanning calon subjek dengan pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status gizi (IMT dan RLPP) Penjelasan pada subjek

dan pengisian informed consent Pengambilan sampel darah (5 ml) untuk analisis jumlah dan % limfosit serta subsetnya 2 hari

Data karakteristik individu meliputi data umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan (untuk menentukan nilai IMT), lingkar pinggang, dan lingkar panggul (unutk menentukan nilai RLPP). Data status gizi untuk menentukan bahwa subjek termasuk kategori obes ditentukan berdasarkan nilai IMT dan rasio lingkar pinggang panggul. Riwayat dan status kesehatan meliputi hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa dokter medik. Data penilaian fungsi imun (sel NK) merupakan data primer yang diperoleh dari hasil analisis darah yang dilakukan dengan metode flow cytometri sedangkan data sel B dan sel T merupakan data sekunder yang dikumpulkan dengan metode yang sama dan berasal dari penelitian Dwiriani, Dewi, dan Januwati (2011). Seluruh data tersebut digunakan untuk penilaian fungsi imun (baik humoral maupun seluler) (Abbas & Lichtman 2004).

Metode flow cytometri merupakan metode yang biasa digunakan untuk menghitung dan menganalisis partikel mikroskopis (sel) yang tersuspensi dalam aliran fluida (Sayed, EL-Attar, & Hussein 2009). Pada metode ini suspensi sel diinkubasikan dengan antibodi berlabel flouresen atau lainnya, selanjutnya dihitung jumlah yang diikat setiap sel dalam populasi dengan jalan melewatkan sel-sel satu persatu melalui flourimeter dengan bantuan sinar laser (Baratawidjaja & Rengganis 2009).

Pengambilan data sosial ekonomi demografi, status gizi dan anamnesa riwayat kesehatan (sebagai screening subjek) dilakukan sebelum kegiatan intervensi berlangsung (baseline). Sedangkan data analisa darah dikumpulkan dua kali, yaitu sebelum kegiatan intervensi (baseline) dan setelah dua minggu intervensi (endline).

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang akan dilakukan mencakup perancangan struktur file yang berisi variabel dan record. Data dalam file excel kemudian akan diimpor ke perangkat lunak SPSS sehingga menjadi SPSS file. Uji statistik akan dilakukan untuk mengetahui perbedaan keragaman data seluruh peubah antar kelompok saat baseline dan endline.

  Pengaruh intervensi dianalisis berdasarkan perbedaan (selisih) nilai fungsi imun yang diamati sebelum dan setelah dua minggu intervensi. Uji normalitas dengan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dilakukan terlebih dahulu terhadap

variabel yang diamati. Nilai populasi limfosit sebelum dan sesudah intervensi akan dibandingkan dan untuk melihat apakah intervensi yang diberikan berpengaruh nyata terhadap populasi limfosit maka dilakukan uji T berpasangan.

Definisi Operasional

Obesitas adalah kategori status gizi bagi subjek yang ditentukan berdasarkan ukuran Indeks Massa Tubuh/IMT (kg/m2) yang lebih dari atau sama dengan 27.

Dewasa adalah tahapan kehidupan yang dimulai dari usia 18 tahun sampai dengan usia 60 tahun.

Subjek survei pengetahuan adalah orang yang berusia > 18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, mampu berkomunikasi dengan baik, serta bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Subjek uji klinis adalah orang yang berusia > 18 tahun, baik laki-laki maupun

perempuan, memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, mampu berkomunikasi dengan baik, serta bersedia untuk terlibat dalam penelitian (termasuk untuk kegiatan yang bersifat invasif).

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh contoh. Tingkat pendidikan dikategorikan rendah jika jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan hanya sampai pendidikan dasar (9 tahun) atau di bawahnya dan dikategorikan tinggi jika jenjang pendidikan formal lebih dari jenjang pendidikan dasar (9 tahun).

Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang dihasilkan per bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau pemberian dari orang lain yang dinilai dalam rupiah.

Sumber informasi adalah berbagai media yang digunakan subjek untuk memperoleh informasi mengenai minuman temulawak seperti teman, keluarga, televisi, radio, Koran, majalah, dan sebagainya.

Tingkat pengetahuan manfaat kesehatan temulawak adalah skor yang diperoleh contoh dari 11 pertanyaan mengenai manfaat kesehatan temulawak yang diajukan dalam kuesioner.

Uji organoleptik adalah uji untuk menentukan tingkat penerimaan produk minuman instan temulawak berdasarkan tanggapan pribadi panelis yang terbagi menjadi uji hedonik/kesukaan dan uji mutu hedonik.

Uji hedonik adalah uji untuk menentukan tingkat kesukaan produk minuman instan temulawak dari segi warna, aroma, rasa, kekentalan, dan penampilan minuman instaan temulawak secara keseluruhan berdasarkan tanggapan pribadi panelis yang penilaiannya berkisar antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka).

Uji mutu hedonik adalah uji untuk menentukan tingkat karakteristik produk minuman instan temulawak (warna, aroma, rasa, dan kekentalan) yang paling disukai atau mendapat penerimaan terbesar berdasarkan tanggapan pribadi panelis. Penilaian berkisar antara 1 – 9 dengan skala penilaian yang disesuaikan dengan aspek produk yang dinilai, misal untuk warna, 1 (amat sangat gelap) sampai 9 (amat sangat terang).

Kepatuhan/compliance adalah ukuran kemauan subjek untuk mengonsumsi minuman instan temulawak selama masa intervensi (14 hari) sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat antara peneliti dan subjek.

Serbuk ekstrak temulawak adalah serbuk hasil ekstrak temulawak yang digunakan untuk penelitian dengan kandungan bahan aktif kurkumin sebesar 0.70% b/b dan xanthorrhizol sebesar 1.89% b/b. Banyaknya serbuk temulawak yang diberikan pada subjek per hari sebesar 400 mg. Minuman instan temulawak adalah minuman instan dengan berat 13.24 gram

yang dikembangkan dari serbuk ekstrak temulawak sebesar 400 mg ditambah dengan pemanis (gula tepung dan sukralosa), garam, asam sitrat, dan bahan pengisi (maltodekstrin).

Fungsi imun tubuh adalah penilaian terhadap imun tubuh yang diukur dari jumlah dan persentase populasi limfosit total, limfosit T/sel T serta subsetnya (CD4 dan CD8), limfosit B/sel B, dan sel NK) dengan metode flow cytometri.

Dokumen terkait