• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Faktor fisik perairan dangkal

3.5 Metode cell based modeling

2 Co TMTM VarTM VarTM − a = Konstanta

2). Penajaman citra untuk ekstraksi kecerahan

Kecerahan perairan dapat diturunkan melalui citra Landsat 7/ETM+, menggunakan nilai digital number dari band 1 untuk menentukan distribusi kecerahan. Algoritma kecerahan yang digunakan adalah (LAPAN, 2004):

Kecerahan (m) = 17,51427-0,10925 * b1 ... (3) b1 = Digital number pada band 1 (Landsat 7/ETM+)

3.4.1.4 Klasifikasi citra

Metode yang digunakan dalam pengklasifikasian citra adalah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Citra yang telah ditransformasikan dengan algoritma-algoritma kemudian diklasifikasi. Tujuan dari klasifikasi citra adalah untuk mengubah data citra menjadi kelas tertentu yang khas dan dapat

memberikan suatu informasi.

3.5 Metode cell based modeling

Analisis kesesuaian kawasan pariwisata dilakukan dua tahapan analisis data, yaitu (a) analisis spasial (keruangan), dan (b) analisis tabular. Analisis spasial (keruangan) yang digunakan untuk penentuan kawasan pariwisata ini adalah

metode cell based modeling dengan sistem pembobotan atau skoring yang pada akhirnya digunakan dalam pengambilan keputusan untuk penentuan kawasan potensial pariwisata pesisir maupun bahari. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Analisis keruangan yang digunakan dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu penyusunan matriks kesesuaian untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan yang sesuai untuk pariwisata pesisir dan bahari, kemudian tahap selanjutnya adalah proses overlay untuk mendapatkan basis data secara keseluruhan. Metode overlay dilakukan pada data raster sehingga disebut raster overlay. Analisis tabular dilakukan untuk mencari suatu posisi atau luasan tertentu di muka bumi dengan memasukan kriteria-kriteria yang dibutuhkan. Adapun proses overlay untuk pariwisata pesisir bagian darat dan bagian laut dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7, overlay pariwisata bahari dapat dilihat pada Gambar 8.

Seluruh parameter yang dilibatkan memiliki format data grid, yang terdiri atas sekumpulan sel yang memiliki nilai tertentu. Pengelompokan sel dalam data raster secara garis besar mengikuti operasi zonal functions, karena setiap sel akan dikodekan berdasarkan kriteria yang membentuk suatu zona. Zona yang

dimaksud dalam hal ini adalah zona sangat sesuai dengan kode 4, zona sesuai dengan kode 3, zona sesuai bersyarat dengan kode 2 dan zona tidak sesuai dengan kode 1. Seluruh parameter penentu kawasan potensial pariwisata pesisir dan bahari dilakukan proses overlay dengan metode weighted overlay. Zona-zona kesesuaian pada matriks tersebut menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu kawasan untuk kegiatan pariwisata.

Pembuatan matriks kesesuaian ini dimulai dengan menentukan parameter apa saja yang berpengaruh terhadap kawasan potensial pariwisata pesisir dan bahari. Penyusunan matriks selanjutnya hanya memperhatikan faktor-faktor yang bervariasi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan Perairan Sabang. Pembobotan setiap parameter berdasarkan dominannya pengaruh parameter tersebut dalam penentuan kawasan potensial pariwisata pesisir dan bahari. Pemberian skoring dimaksudkan untuk menilai faktor pembatas pada setiap parameter.

Pemberian bobot untuk setiap parameter dalam kajian ini adalah 10 – 35% dan pemberian nilai dalam kisaran 1 – 4. Sistem penilaian kelayakan pariwisata pesisir bagian darat dan laut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3, untuk pariwisata bahari disajikan pada Tabel 4.

Bobot dan skor pada keseluruhan kriteria pariwisata pesisir dan bahari diproses menggunakan sofware dan akan dihasilkan zona potensial pariwisata pesisir dan bahari berdasarkan tingkat kesesuaian faktor-faktor pariwisata. Nilai tiap kelas didapatkan berdasarkan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

X =

BixSi... (4) X = Total bobot nilai

Bi = Bobot pada tiap kriteria Si = Skor pada tiap kriteria

Selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimum yang kemudian dibagi menjadi empat, yang dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

Lebar selang kelas =

( ) ( )

4

min max

BixSi

BixSi

3

4

Gambar 5. Diagram alir penelitian

Digitasi, Editing, dan Labeling

Data Infrastruktur Kecepatan Arus

Jarak dari garis pantai Ketersediaan Air Tawar Tutupan Terumbu Karang Jenis Terumbu Karang Jenis Ikan Karang

Jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi

Basis Data Spasial Pembatasan Penentuan

Parameter

Pemodelan Spasial Berbasis Sel (Cell Based Modeling) Kawasan Potensial

Pariwisata Pesisir dan Bahari

Studi Literatur Penyusunan Matriks

Kesesuaian

Data Sekunder

Survei Lapang dan

PengambilanData

Pendukung

Penggabungan Band

Substrat Dasar Perairan Y = ln (TM1) + Ki/Kj ln (TM2) Kecerahan Perairan

(m) = 17.51427-0.10925 * b1 Koreksi Radiometrik dan

Geometrik Citra Penutupan Lahan RGB 542 Penajaman Citra Komposit Citra Koreksi Geometrik Elevation Koreksi Geometrik Parameter Fisik Daratan

Peta Batimetri Pulau Weh Skala 1: 100.000 Data Topografi

Citra Satelit LANDSAT 7 ETM Path Row: 131/056,

3

5

Parameter Pembobotan Raster overlay

X 0,3

X 0,25

X 0,25

X 0,2

Gambar 6. Proses overlay untuk penentuan lokasi pariwisata pesisir bagian darat

Parameter Pembobotan Raster overlay

X 0,35 X 0,25 X 0,25 X 0,2

Gambar 7. Proses overlay untuk penentuan lokasi pariwisata pesisir bagian laut Kedalaman perairan

Kecepatan arus

Kecerahan perairan

Peta kesesuaian wisata pesisir bagian laut Substrat pantai

Kemiringan lahan

Penutupan lahan

Ketersediaan air tawar

Jarak dari garis pantai

Peta kesesuaian wisata pesisir bagian darat

3

6

Parameter Pembobotan Raster overlay

X 0,2 X 0,1 X 0,1 X 0,15 X 0,15 X 0,15 X 0,15

Gambar 8. Proses overlay untuk penentuan lokasi pariwisata bahari Kecerahan perairan

Tutupan terumbu karang hidup Material dasar perairan

Kecepatan arus

Jenis ikan karang Kedalaman perairan

Peta kesesuaian wisata bahari

Jenis terumbu karang dan biota yang erasosiasi

3

7

Tabel 2. Sistem penilaian kelayakan untuk pariwisata pesisir bagain darat

No Parameter *Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor

1 Kemiringan lahan (%) 30 S1≤ 10 4 10<S2≤15 3 15≤S3≤20 2 N>20 1 2 Penutupan lahan 25 Lahan

terbuka kelapa 4 Semak belukar rendah, savana 3 Belukar tinggi 2 Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan 1

3 Jarak sumber air tawar (km) 25 S1≤0,5 4 0,5<S2≤1 3 1<S3≤1,5 2 N>1,5 1 4 Jarak dari garis pantai (km) 20 S1≤0,1 4 0,1<S2≤0,2 3 0,2<S3≤0,3 2 N>0,3 1

Jumlah= Bobot X Skor 100 4 3 2 1

Sumber: (Halim, 1998; Haris, 2003; Rakhmawati, 2002; *modifikasi)

Tabel 3. Sistem penilaian kelayakan untuk pariwisata pesisir bagian laut

No Parameter *Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor

1 Kedalaman perairan (m) 20 S1≤5 4 5<S2≤10 3 10<S3≤15 2 N>15 1 2 Substrat dasar perairan 30 Pasir 4 Karang mati 3 - 2 Lumpur atau

Karang hidup 1 3 Kecepatan arus (m/s) 25 S1≤0,17 4 0,17<S2≤0,34 3 0,34<S3≤0,51 2 N>0,51 1 4 Kecerahan perairan (m) 25 S1≥15 4 15>S2≥10 3 10>S3≥5 2 N<5 1

Jumlah = Bobot X Skor 100 4 3 2 1

3

8

Tabel 4. Sistem penilaian kelayakan untuk pariwisata bahari

No Parameter *Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor

1 Kedalaman perairan (m) 10 3≤S1≤15 4 15<S2≤20 3 20<S3≤25 2 N>25 1 2 Tutupan terumbu karang (%) 15 S1≥75 4 50≤S2<75 3 25≤S3<50 2 N<25 1 3 Jenis terumbu karang dan

biota yang berasosiasi (jumlah jenis)

15 S1≥61 4 27≤S2<61 3 11≤S2<27 2 N<11 1

4 Jenis ikan karang (jumlah jenis)

15 S1≥61 4 27≤S2<61 3 11≤S2<27 2 N<11 1 5 Substrat dasar perairan 15 Karang

hidup

4 - 3 Karang mati 2 Pasir, Lamun dan Lumpur

1 6 Kecepatan arus (m/s) 10 S1≤0,17 4 0,17<S2≤0,34 3 0,34<S3≤0,51 2 N>0,51 1 7 Kecerahan perairan (m) 20 S1≥15 4 15>S2≥10 3 10>S3≥5 2 N<5 1

Total = Bobot x skor 100 4 3 2 1

Selang kelas yang didapatkan sebesar 0,75, dengan nilai Xminimum sebesar 1 dan Xmaksimum sebesar 4. Nilai kelas N (tidak sesuai) didapatkan dari Xminimum ditambah 0,75. Nilai kelas S3 (sesuai bersyarat) didapatkan dari nilai ambang batas atas N (1,75) ditambah 0,75. Nilai kelas S2 (sesuai) didapatkan dari nilai ambang batas atas S3 (2,5) ditambah 0,75. Nilai kelas S1 (sangat sesuai) didapatkan dari nilai ambang batas atas S2 (3,25) ditambah 0,75. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat ditetapkan selang kelas dari masing-masing kelas adalah sebagai berikut:

Kelas S1 (Sangat sesuai) = jika 3,25 < X Kelas S2 (Sesuai) = jika 2,5 < X ≤ 3,25 Kelas S3 (Sesuai bersyarat) = jika 1,75 < X ≤ 2,5 Kelas N (Tidak sesuai) = jika X ≤ 1,75

Pada penilaian akhir kawasan potensial dibagi menjadi tiga zona potensial yaitu zona sangat ideal jika terdiri dari tiga kawasan sangat sesuai, zona ideal jika terdiri dari dua kawasan sangat sesuai, dan zona yang mempunyai potensi untuk dikembangkan jika terdiri dari satu kawasan sangat sesuai.

Masing-masing kelas kesesuaian di atas didefinisikan sebagai berikut:

Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menetapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap penggunanya dan tidak akan menaikan tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable)

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan perlakuan yang diperlukan.

Kelas S3 : Sesuai bersyarat (marginally suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan/ tingkatan perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Tidak sesuai (not suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas (penghambat) permanen sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan.

Dokumen terkait