BAB II LANDASAN TEORI
D. Metode Full Costing
Perusahaan manufatur diwajibkan untuk menetapkan metode perhitungan harga pokok penuh untuk keperluan pelaporan pada pihak eksternal. Dalam sistem harga pokok penuh seluruh biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap dibebankan kepada produk. (Wijaksono, 2013:63). 1. Pengertian Full Costing
Merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variabel maupun tetap. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). (Wijaksono, 2013:117 )
Dengan demikian biaya produksi menurut metode Full Costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp.xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp.xxx
Kos produksi Rp.xxx
(Wijaksono, 2013:117 )
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut : 1. Pelaporan keuangan
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis) 3. Penentuan harga jual dalam cost-type contract
4. Penentuan harga jual normal
5. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah 6. Penyusunan program
Adapun karakteristik dari metode full costingterdiri dari :
1. Perhitungan biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya variabel.
2. Menganut konsep biaya produk untuk perhitungan biayaproduksi variabel, dan menganut konsep biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.
3. Laporan biaya untuk memenuhi pihak Eksternal.
4. Laporan Rugi Laba disajikan dengan format tradisional.
5. Analisa biaya dilakukan oleh pihak Internal untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan laba dan pelaporan keuangan untuk pihak Eksternal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode full costing sebagai berikut :
8. Menggolongkan penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis.
9. Menggolongkan harga pokok penjualan kedalam setiap pusat laba. 10. Menghitung laba kotor atas penjualan setiap pusat laba.
11. Mengalokasikan biaya pemasaran setiap fungsi pada setiap pusat laba. 12. Menghitung laba bersih sebelum diperhitungkan biaya administrasi
dan umum untuk setiap pusat laba.
13. Memperhitungkan biaya administrasi dan umum. 14. Menghitung laba bersih setiap pusat laba
2. Perbedaan Perhitungan Rugi- Laba Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing
d. Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap.
e. Bila volume penjualan konstan da volume produksi berubah, maka laporan rugi laba variable costing menunjukkan laba atau rugi yang konstan karena laba tidak dipengaruhi oleh perubahan persediaan, sedangkan laporan rugi-laba full costing akan menunjukan laba atau rugi yang berubah, karena dipengaruhi oleh perubahan persediaan.
f. Bila volume produksi konstan, kedua metode tersebut akan menunjukan laba yang berubah sesuai dengan penjualannya, yaitu bila volume penjualan naik, maka laba akan naik dan sebaliknya apabila volume penjualan turun, maka laba akan turun, tetapi perubahan laba dalam kedua metde tersebut tidak sama, karena di dalam full costing perubahannya dipengaruhi oleh perubahan persediaan.
Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel dan tarif biaya overhead tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variable costing di dalam penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel.
3. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dalam Metode Full Costing
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dalam rekening kontrol biaya yang sesunguhnya. Rekening ini dirinci lebih lanjut dalam kartu biaya untuk jenis biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx Persediaan bahan penolong xxx
Persediaan bahan bakar xxx
Gaji dan upah xxx
Persediaan suku cadang xxx
Persekot Asuransi gedung xxx
Akumulasi depresiasi mesin xxx
Kas xxx
(Wijaksono, 2013:118 )
4. Perhitungan dan Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Full Costing
Jika perusahaan menggunakan metode full costing dalam penentuan harga pokok produksinya, pada akhir periode akuntansi dilakukan penghitung selisih biaya overhead yang dibebankan kepada produk. Untuk mencatat biaya overhead pabrik jurnalnya adalah sebagai berikut :
a. Jurnal untuk menutup rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening biaya overhead pebrik sesungguhnya. Biaya overhead pabrik yang dibebankan xxx Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx b. Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik
Selisih biaya overhead pabrik xxx Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Terjadinya selisih tersebut disebabkan karena satu atau beberapa faktor. Salah satu faktor penyebab terjadinya selisih tersebut adalah kurang
tepatnya taksiran biaya overhead pabrik yang digunakan untuk menghitung tarif. Sedangkan faktor-faktor lainnya adalah :
1) Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi besar atau kecil bila dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan (yang digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik atas dasar kepastian normal), yang telah disesuaikan pada tingkat kapasitas sesungguhnya. Hal ini merupakan petunjuk bahwa perusahaan telah mengeluarkan biaya overhead pabrik terlalu banyak atau sangat hemat. Penyebab utama ini adalah biaya overhead pabrik variabel.
2) Kegiatan produksi lebih besar atau kurang untuk menyerap bagian biaya overhead pabrik tetap untuk bulan tertentu. Hal ini merupakan petunjuk ketidakefisienan atas efisiensi, adanya idle time overtime. selisih ini berhubungan dengan biaya overhead pabrik tetap.
3) Selisih biaya overhead pabrik mungkin terjadi sebagai akinbat faktor-faktor musiman seperi perbedaan jumlah hari dalam bulan atau sifat-sifat musiman elemen biaya overhead pebrik tertentu. Selisih ini disebabkan oleh biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun yang tetap.