• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

B. Penyajian dan Analisis Data

2. Metode Dakwah Yang Digunakan Oleh Habib Nizar

Hal ini sebagaimana disampaikan Habib Nizar Al Aydrus:79

tazkiyatun nafs sangat penting dilakukan karena saat ini banyak orang yang berilmu namun tidak bisa mengamalkan ilmunya dengan baik. Buktinya banyak kriminalitas, kejahatan, perbuatan amoral seperti korupsi, suap itu justru orang yang melakukan adalah orang yang berilmu. Sebab mereka punya ilmu, tapi hatinya tidak bersih, maka perlu untuk tazkiyatun nafsi.

Dari pemaparan tersebut, bisa dianalisis bahwasanya tazkiyatun nafs itu adalah tujuan yang paling penting diantara tujuan-tujuan dakwah yang lainnya. Tazkiyatun nafs yang memiliki arti membersihkan diri, merupakan usaha dari setiap orang untuk mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Percuma orang Islam memiliki ilmu jika dia tidak melakukan tazkiyatun nafs, nantinya ilmu tersebut yang akan membawanya kepada hal-hal yang berbahaya, seperti perbuatan kriminal, korupsi, suap dan lain sebagainya.

2. Metode Dakwah Yang Digunakan Oleh Habib Nizar Al Aydrus Pada

berwirausaha dan dibiayai oleh majelis dzikir At-Taubah. Sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil.80

Selain bisa bergaul di kalangan remaja, Habib Nizar juga bisa bergaul di kalangan orang Islam yang terkategori awam, terbukti pada tanggal 30 April 2018, Habib Nizar dengan sukarela mengislamkan orang Belanda yang berada di daerah Sadengan dan menikahkannya dengan perempuan di sana. Proses mengislamkan dan menikahkan tersebut dilakukan dengan bahasa Inggris.81 Dari gaya bicara dan gestur tubuh Habib Nizar terlihat bahwa Habib termasuk kategori orang yang supel dan cepat akrab, meskipun berbeda suku dan budaya.

Habib Nizar selalu menghadiri undangan yang dilayangkan padanya, asalkan tidak berbenturan. Hal itu dilakukan agar Habib Nizar selalu dekat dengan jama’ahnya. Kedekatan dengan jama’ah merupakan metode tersendiri dalam dakwahnya.82

Habib itu dalam berdakwah tidak menggunakan strategi khusus, hanya dekat saja dengan jama’ahnya, dengan cara selalu hadir jika dibutuhkan. Karena dengan hadir di setiap tempat jama’ah, Habib menjadi tahu rumah dan keluarga jama’ah itu, sehingga nanti jama’ah itu seperti keluarga83

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan berikut:

Alhamdulillah, Habib Nizar selalu datang jika kami undang, mau acara apapun beliau datang. Sampai acara yang terakhir kemarin

80 Hasil wawancara dengan Roib, salah satu anggota “Tabassam” yang memiliki usaha Roti, pada tanggal 24 Maret 2018

81 Hasil observasi pada tanggal 30 Maret 2018, peneliti mengikuti prosesi mengIslamkan seorang lelaki Belanda bernama Jan dan dinikahkan dengan Lidia Wahyuni perempuan dari Sadengan.

82 Wawancara dengan Syarifah Najmah, tanggal 19 Maret 2018

83 Wawancara dengan Syarifah Najmah, tanggal 19 Maret 2018

kami khusus mengadakan acara buka bersama Habib Nizar, alhamdulillah beliau berkenan84

Selain itu, jama’ah lain juga menyatakan:85

Habib Nizar itu sosok Habib masih muda dan mudah bergaul, sehingga jama’ahnya tidak canggung bergaul dengan beliau. Beliau juga enak kalau dimintai pendapat, orangnya luwes dan menyesuaikan dengan jama’ah kalau berkomunikasi. Kalau orang Jawa ya ngomong Jawa, kalau orang Madura ya ngomong Madura.

Selain itu beliau juga sederhana dalam bersikap. Terlihat dari cara berpakaian, makan dan bergaulnya yang biasa-biasa saja, tidak seperti kebanyakan Habib yang ada

Dalam melakukan dakwahnya selain sikap yang supel dan mudah bergaul beberapa metode yang digunakan dalam berdakwah, antara lain:86 1. Khutbah keliling

Khutbah keliling merupakan metode yang di lakukan Habib Nizar untuk mendekati jamaah sebelum terbentuknya Majelis Dzikir At-Taubah. Dalam hal ini Habib Nizar hadir ke beberapa masjid untuk melakukan khutbah sekaligus untuk memperkenalkan diri dan mendekati jama’ah yang pada awalnya tidak kenal dengan beliau karena beliau lama di Yaman untuk menuntut ilmu. Setelah beberapa bulan Habib Nizar mulai menegenal ta’mir masjid yang biasa beliau datangi untuk berkhutbah dan beliau mengajak ta’mir masjid itu untuk mengadakan perkumpulan untuk berdzikir bersama, sehingga terbentuklah sebuah perkumpulan rutin yang diberi nama Majelis Dzikir At-Taubah. Berikut hasil wawancaranya:87

84 Wawancara dengan P. Yanto, tanggal 25 Maret 2018

85 Wawancara dengan H. Masrur Syam, tanggal 25 Maret 2018

86 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

87 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

saya ini kan lama berada di luar kampung halaman, saya pernah tinggal di Pontianak, sehingga ketika saya kembali ke desa banyak penduduk yang tidak kenal saya. Sehingga jika berdakwah tidak dipercaya, karena saya meninggalkan desa sejak SMP. Maka dari itu, saya memilih metode khutbah berkeliling setiap minggu, agar lebih dekat dengan masyarakat serta dakwah yang saya lakukan bisa mengena. Alhamdulillah dari metode tersebut, terjalinlah silaturrahim antar ta’mir di masjid

Metode khutbah keliling ini terus dilakukan oleh Habib Nizar, salah satu buktinya Habib Nizar pada saat Hari Raya Idul Fitri Tahun 1443 H, Habib Nizar memberikan khutbah di Masjid Baitul Amin.88 Ini bukti Habib Nizar masih menerapkan khutbah keliling dalam menyampaikan dakwahnya. Dari metode khutbah keliling ini melahirkan majelis dzikir At-Taubah. Awalnya Habib Nizar mengumpulkan para ta’mir masjid setelah sekian lama akhirnya lahirlah majelis dzikir At-Taubah tersebut.89

2. Mengejar bola.

Pada saat ini dakwah di lakukan dengan berbagai cara, tidak terkecuali pendakwah-pendakwah kafir juga ikut andil dalam berbagai hal. Berdakwah pada kalangan remaja banyak dilakukan dengan menggunakan media sosial seperti facebook, whatsapp, instagram dan lain sebagainya. Sedangkan dakwah untuk kaum awam banyak dilakukan menggunakan televisi, radio dan lain sebagainya, sehingga pendakwah muslim tidak memiliki bagian untuk berdakwah. Dari inilah Habib Nizar mencari cara untuk medekatkan diri dengan

88 Baleho di depan Baitul Amin

89 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

jama’ah dengan cara hadir ke berbagai daerah untuk berdakwah, dan inilah yang disebut dengan mengejar bola.

Jadi yang disebut dengan mengejar bola adalah mendatangi jama’ah ke berbagai daerah untuk berdakwah karena kalau hanya berdiam diri di rumah dan menunggu jama’ah datang mengundang maka akan keduluan oleh pendakwah kafir yang berdakwah menggunakan media sosial dan televisi. Dengan selalu menghadiri undangan juga selalu datang ke setiap daerah untuk mengadakan perkumpulan kajian-kajian kitab, Habib Nizar berharap agar beliau tidak kalah dengan pendakwah kafir.

Berikut penjelasan Habib Nizar:90

“Mengejar bola tidak menunggu bola datang. Kalau saya berdiam diri saja di rumah, hanya menunggu di undang saya kecolongan, karena sekarang itu banyak pendakwah-pendakwah kafir yang berdakwah melalui televisi, hp, media sosial dan sebagainya. Makanya, saya harus menjemput bola dalam berdakwah.

Metode ini direalisasikan dengan selalu hadir setiap undangan yang diberikan oleh para jama’ahnya, meskipun rumah jama’ahnya jauh dan sulit dijangkau. Meskipun acaranya hanya sederhana tapi Habib Nizar selalu menghadiri undangan tersebut. Misalnya Habib Nizar pernah menghadiri undangan buka bersama dengan jama’ahnya di daerah Kaliglagah. Padahal secara geografis, Kaliglagah merupakan daerah gunung dengan jalan berliku dan sulit dilewati, Namun Habib

90 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

Nizar tidak keberatan untuk menghadiri dengan alasan menjemput bola.91

3. Ceramah

Dalam berceramah, Habib Nizar tidak berceramah mengarah ke mana-mana, akan tetapi stressing ceramahnya lebih fokus pada Irsyadus Suluk. Maksud dari Irsyadus Suluk itu lebih menitikberatkan pada penataan hati para mustami’in.

Ceramah yang saya tekankan kepada para mustami’in yaitu terkait Irsyadus Suluk. Masyarakat membutuhkan nasehat yang lebih menekankan pada penataan hati daripada sekedar guyonan. Saya mengajak jama’ah untuk merenung, sehingga tema ceramah yang diangkat tidak kemana-mana, namun hanya fokus pada Irsyadus Suluk atau tentang pembimbingan hati.92

Irsyadus Suluk ini juga terlihat dari doa yang dilantunkan oleh Habib Nizar pada saat memimpin doa di majelis dzikir. Habib Nizar dalam berdoa tidak murni menggunakan bahasa Arab tapi dikombinasi dengan bahasa Indonesia. Inti dari doa tersebut tentang instropeksi diri, ketenangan hati dan pembersihan jiwa.93

4. Berdzikir bersama dan membaca rotibul Haddad

Dalam metode dakwahnya Habib Nizar juga mengajak jama’ahnya untuk berdzikir bersama kepada Allah. Lafadz dzikir yang

91 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

92 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

93 Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat mengikuti majelis dzikir yang dipimpin Habib Nizar

dibaca antara lain: subhanallah, la ila ha illa Allah, astaghfirullaha’adhim dan bacaan rotibul haddad.94

Habib Nizar merutinkan membaca rotibul Haddad pada setiap majelis dzikir yang dipimpinnya dalam rangka irsyadus suluk, sebab menurut beliau rotib yang disusun oleh Habib ‘Abdullah bin Alwi Al Haddad, berisi tentang dzikir yang bertujuan untuk tazkiyatun nafs atau pembersihan hati. Sehingga ketika membaca rotibul Haddad jama’ah tidak selalu ingat dengan urusan duniawi tetapi akan mengingat kehidupan ukhrawi atau kehidupan setelah mati.95

5. Bershawalat

Metode yang juga digunakan oleh Habib Nizar yaitu dengan membaca shalawat secara berjama’ah.

Shalawat ini bertujuan agar kita semua selalu mendapatkan syafaat Rasulullah, selain itu saya ingin mengajak kalangan muda untuk juga ikut dalam majelis yang saya pimpin. Anak muda itu kan biasanya kuat, semangat, sehingga dengan shalawat biasanya mereka akan semangat untuk mengikuti majelis dzikir. Sehingga majelis dzikir yang saya pimpin ini tidak monoton hanya pada kalangan tua saja, tapi mulai anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.96

Pembacaan shalawat diiringi dengan tabuhan rebana, sehingga membuat jama’ah menjadi lebih bersemangat dalam membaca shalawat. Teks shalawat dan lagu shalawat tidak sulit untuk diikuti dan menggunakan teks shalawat yang sudah umum dilantunkan pada majelis-majelis dzikir. Seperti bacaan shalawat thala’al badru.

94 Pengalaman peneliti pada saat mengikuti majelis dzikir at Taubah yang rutin diselenggarakan setiap malam minggu, pada tanggal 13 Januari 2018

95 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

96 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

Metode tersebut oleh Habib Nizar dipraktekkan pada majelis dzikir At-Taubah, baik dalam bentuk dzikir, ceramah maupun shalawat. Beliau juga memaparkan bahwa metode yang beliau terapkan berbeda dengan metode-metode dakwah yang lain. Berikut pemaparan Habib Nizar:97

Dari beberapa majelis itu kita punya tampilan yang berbeda-beda. Di majelis At-Taubah contohnya itu lebih condong kepada irsyadus suluk (bimbingan hati), sesuai dengan namanya At-Taubah yang artinya taubat. Kalau kajian –kajian lain seperti kajian kitab itu nuansanya berbeda ya ngaji kitab kemudian santai tidak terlalu tegang sehingga setiap acara atau majelis, beda warna beda rasa. Kesibukan saya selain itu adalah menghadiri undangan di berbagai tempat. Yang membedakan metode dakwah kami dengan yang lainnya adalah Madrasah Hadramaut karena kami berkiblat ke sana.

Bagaimana Madrasah Hadramaut mendidik para santrinya dan bagaimana Madrasah Indonesia. Dua hal ini kami bandingkan, karena 4 tahun di sana seakan-akan 10 tahun di Indonesia jam belajarnya karena bukan hanya bil maqol, bil hal yang kami saksikan bukan hanya kami dengar dengan ucapan, tapi guru-guru kami mempraktekkan seperti cara bersiwak, berpakaian, bersandal sampai hal yang biasanya, sehingga yang kami saksikan seperti kitab berjalan dan selanjutnya bisa kami praktekkan dan kami amalkan dalan kehidupan sehari-hari, anehnya lagi pulang dari Hadramaut tertanam dalam batin, terbukti dari pakaian, bukan kami tidak mau pakai celana jins tapi sudah terbawa dengan ilmu dan tazkiyah yang tertanam jadi itu yang kami lakukan.

Dari pemaparan tersebut, perbedaan metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Nizar dengan metode dakwah yang lain, yaitu Habib Nizar meniru metode dakwah dari Hadramaut, jadi tidak hanya dakwah bil maqal tapi juga dakwah bil hal. Artinya memberikan keteladanan baik kepada jama’ah, santri maupun kepada masyarakat.

97 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

Misalnya bisa dilihat dari segi pakaian yang sederhana dan lebih mengutamakan tazkiyatun nafs.

3. Media Dakwah Yang Digunakan oleh Habib Nizar Al Aydrus pada Jama’ah Majelis Dzikir At-Taubah di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Jember

Dalam melakukan dakwahnya Habib Nizar melakukan satu titik gerakan tidak menunggu bola tapi mengejar bola. Menurut beliau saat ini bukan santri yang mencari kyai tapi kyai yang mencari santri, maka melihat kondisi ini diperlukan media yang tepat dalam berdakwah.

Kalau saya tidak berinisiatif untuk datang ke jama’ah-jama’ah, saya khawatir dakwah-dakwah orang kafir lebih cepat masuk ke jama’ah. Sebab saat ini metode mereka lebih canggih. Makanya saya memakai At-Taubah sebagai sarana untuk mengejar bola dan insya allah jadi tanda yang diterima, diluar itu saya buka kajian-kajian lain ada yang sifatnya mingguan, baca kitab hadis, tasawuf dan sebagainya di beberapa titik seperti Lumajang, Jenggawah, Jember, Pondok Jeruk, Gebang untuk melebarkan sayap dan menyentuh yang tidak tersentuh karena jauhnya jarak. Pada saat acara besar mereka semua datang untuk berkumpul dalam acara penutupan.98

Dari pemaparan Habib Nizar di atas, bisa diambil keterangan bahwa media yang digunakan untuk berdakwah antara lain majelis dzikir At-Taubah itu sendiri, kajian-kajian rutin mingguan dan membaca kitab hadits, tasawuf dan kitab lainnya. Dari media tersebut, menjadikan Habib Nizar tidak hanya memfokuskan dakwahnya di Kabupaten Jember tapi juga meluas ke Kabupaten Lumajang.

Buah dari majelis dan buah dari kenalan yang banyak, akhirnya berdirilah satu pondok pesantren yang bernama al-mawaris an

98 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

nabawiyah yang kita bina, dan alhamdulillah kami bisa menempatinya bersama santri untuk menjalankan amanat Allah sebagai sarana tahsilul ilmi atau untuk menyampaikan ilmu yang kami dapat dan ini buah dari majelis dan pondokpun tidak lepas dari tsalasah maqhosid, sehingga santri harus terisi dengan ilmu.

Selain itu juga harus ada tazkiyah dengan banyak wiridan dan ibadah. Harapannya ketika keluar dari Pondok santri harus menyampaikan apa yang didapat selama di Pondok pesantren, tidak ayem malempem seperti yang banyak terjadi keluaran pondok yang hanya diam saja atau sibuk kerja saja tanpa ambil bagian dalam menyampaikan risalah yang sudah dibawa. 99

Dari penjelasan Habib Nizar tersebut, bisa kita lihat dengan media dakwah berupa majelis dzikir melahirkan media dakwah yang lain yaitu berdirinya Pondok Pesantren al Mawarits an Nabawiyyah. Dari Pondok Pesantren ini diharapkan akan melahirkan santri-santri yang ikut berdakwah di masyarakat. Sehingga dakwah Islam menjadi luas, tidak hanya dilakukan oleh Habib Nizar sendiri tetapi juga santri-santri yang sudah keluar dari Pondok Pesantren al Mawarits an Nabawiyah. Karena Habib Nizar berharap santri setelah keluar dari Pesantren harus menyampaikan risalah kepada masyarakat tidak hanya diam melihat realita masyarakat saja.

Dari rangkaian wawancara yang ada bisa dianalisis bahwa media dakwah yang digunakan oleh Habib Nizar yaitu dimulai dari pemanfaatan jaringan ta’mir masjid yang kemudian menjadi majelis dzikir At-Taubah.

Dari majelis dzikir ini media dakwah Habib Nizar meluas dengan menggunakan kajian-kajian keilmuan, seperti kajian kitab hadits, tasawuf dan sebagainya. Tidak cukup sampai di sini, media dakwah Habib Nizar

99 Hasil wawancara dengan Habib Nizar, pada tanggal 18 Maret 2018

terus berkembang dengan didirikannya Pondok Pesantren Mawaris an Nabawiyyah sebagai buah dari majelis dzikir At-Taubah.

Dokumen terkait