BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
C. Metode dan Teknik Pembelajaran Sosiodrama
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.13
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode digunakan oleh guru dan penggunaan bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pelajaan berakhir.14
Metode mengajar menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar15.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara dalam menyampaikan tujuan atau dalam pembelajaran. Metode pembelajaran dapat didefinisikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak
13 Muhibbin Syah, Op.cit , h.198
14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet Ke-3, h. 46
15 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-10, h.3
waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Semakin baik metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapai.
Selain guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru juga harus memahami kedudukan metode yang merupakan salah-satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk diimplementasikan strategi pembelajaran, yakni metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi dan eksperimen, metode drill (latihan), metode resitasi, metode karyawisata, metode kerja kelompok, dan metode sosiodrama.
Strategi pembelajaran erat hubungannya dengan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung didalam kelas, tempat terjadinya proses pembelajaran.16
Teknik pembelajaran dapat diumpamakan sebagai hubungan antara strategi dan taktik, dan juga dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Contohnya, penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dan kelas yang siswanya tergolong pasif. Demikian pula penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya lebih sedikit. Dalam hal ini, gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
16 Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran teori dan Konsep Dasar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012) cet ke-3, h. 20
Maka, metode pembelajaran dan teknik pembelajaran memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat procedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan dan bersifat implementatif.
1. Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, mengapa dikatakan model pembelajaran social? Karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.17
Model ini, pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model ini dipelopori oleh George shaftel.18
Jika diartikan secara harfiah, sosiodrama terdiri dari dua kata, yaitu
“sosio” yang artinya masyarakat dan “drama” artinya keadaan seseorang
atau suatu kejadian dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku didalam hubungan sosial
17 Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengejar Yang
Kreatif dan Efektif , (Jakarta; Bumi Aksara, 2012) h.25 18 Ibid . h.25
dengan tujuan memberi pemahaman dan penghayatan serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.19
Menurut pendapat Syaiful Bahri dan Aswan Zain metode sosiodrama adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.20
Martinis yamin, mengatakan metode sosiodrama atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi atas dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka.21
Berdasarkan dari beberapa dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang melibatkan interaksi antar siswa tentang suatu topik dimana siswa memainkan peran seseorang atau mendramatisasikan tingkah laku sesuai dengan tokoh yang dilakoni, sesuai dengan hubungan sosial antar manusia.
Guru menggunakan teknik ini dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain; dapat tepo seliro dan toleransi. Kita mengetahui sering terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antar kita; dapat disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain dalam situasi seperti itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.22
Metode maupun strategi pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah
19 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Bina Aksara Jakarta, 1985) h.90 20Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, op.cit, h. 88
21 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006) h. 15
melakukan seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama (bermain peran) antara lain adalah:
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara sepontan.
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Petunjuk pelaksanaan metode ini agar berhasil dan efektif, maka perlu mempertimbangkan langkah-langkahnya ialah23:
a. Persiapan Simulasi
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
1) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
2) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. b. Pelaksanaan Simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
23 Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya,(Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008), h. 23
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi ceritayang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
2) Merumuskan kesimpulan.
Tindakan yang dilakukan guru setelah kelompok memerankan sosiodrama (bermain peran) didepan kelas maka akhiri dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah yang ada dalam sosiodrama.
Dari petunjuk penggunaan metode sosiodrama diatas, masih banyak petunjuk lain untuk dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. Namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. Dan dalam penerapannya, dapat dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.