• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan penelitian lapangan yang dilakukan dengan terjun kelapangan secara langsung untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode simak dan juga metode cakap.

Mahsun (2005: 92) mengungkapkan bahwa metode simak digunakan dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, melainkan juga bahasa secara tertulis.

Metode simak tersebut mencakup teknik dasar, yakni teknik sadap dan teknik lanjutnya yang mencakup teknik simak libat cakap, catat, dan rekam. Teknik simak libat cakap dilakukan untuk mengamati penggunaa bahasa oleh para informan, peneliti dalam hal ini tidak terlibat aktif dalam kegiatan wawancara.

Selanjutnya teknik catat, dan rekam digunakan untuk mencatat dan merekam pembicaraan terhadap informan.

Dalam memperoleh data dilapangan, dilakukan wawancara. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan terhadap responden

dilakukan antara si peneliti terhadap responden yang tinggal di Desa Sipea-pea, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah yang berprofesi sebagai petani.

Pada saat pengumpulan data dengan metode wawancara, peneliti akan melakukan wawancara terstruktur dan wawancara semiterstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap 2 orang informan secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaaan yang telah disusun sebelumnya yang berhubungan dengan leksikon kepadian. Pemilihan seseorang untuk dijadikan sebagai informan sebaiknya harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Berjenis kelamin pria atau wanita;

b. Berusia 25-65 tahun (tidak pikun);

c. Berprofesi sebagai petani;

d. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desa;

e. Memahami sekitar lingkungan kepadian dengan baik;

f. Dapat menggunakan bahasa Batak Toba dengan baik;

g. Mengerti bahasa Indonesia;

h. Sehat jasmani dan rohani.

Dalam berinteraksi dengan informan, peneliti menggunakan bahasa Indonesia untuk mewawancarai ketiga informan dan akan dipandu dengan sejumlah pertanyaan seperti:

1. Apa saja leksikon alat pertanian, bagian tumbuhan padi, jenis padi, jenis tanah, jenis hama/ gulma, hingga alur padi menjadi beras yang ditemukan pada saat mulai dari tahap pratanam, tanam, dan pascatanam?

2. Apa saja leksikon kegiatan, proses, atau ritual bertani yang digunakan pada saat mulai dari tahap pratanam, tanam, dan pascatanam?

Lesikon-leksikon yang ditemui dilapangan dikelompokkan kedalam tiga kelompok leksikon yakni leksikon nomina, leksikon verba, dan juga leksikon adjectiva. Dalam mengelompokkan sebuah leksikon-leksikon tersebut, dilakukan pengujian terlebih dahulu.

a. Leksikon Nomina

Sebuah leksikon dapat diklasifikasikan kedalam kelompok leksikon nomina apabila memenuhi persyaratan berikut:

1. Dalam bahasa Indonesia leksikon nomina dapat diikuti oleh frasa yang + sangat, dalam bahasa Batak Toba dapat diikuti oleh frasa na + adj + hian.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia boni boni na denggan hian benih yang sangat baik jetor jetor na borat hian traktor yang sangat berat gadu-gadu gadu-gadu na timbo hian pematang sawah yang sangat tinggi

pakkur pakkur na tajom hian cangkul yang sangat tajam

2. Dapat didahului oleh numeralia dengan atau tanpa penggolong se- untuk menyatakan satu, seperti seekor, seorang, setangkai, dll. Dalam bahasa Batak

Toba leksikon nomina dapat diikuti oleh sa- untuk menyatakan satu yang dikelompokkan berdasarkan leksikon nominanya.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia boni sakaleng boni satu kaleng benih padi

jetor sada jetor satu buah jetor

gadu-gadu sagadu-gadu satu pematang sawah

pakkur dua pakkur dua buah cangkul

3. Dalam bahasa Indonesia leksikon nomina dapat diakhiri oleh kata itu, dalam bahasa Batak Toba dapat diikuti oleh kata i

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

boni boni i benih padi itu

jetor jetor i traktor itu

gadu-gadu gadu-gadu i pematang sawah itu

pakkur pakkur i cangkul itu

b. Leksikon Verba

Sebuah leksikon dapat diklasifikasikan kedalam kelompok leksikon verba apabila memenuhi persayaratan berikut:

1. Dalam bahasa Indonesia, leksikon verba dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah, dalam bahasa Batak Toba dapat diikuti oleh aspek waktu naeng, dan nungga.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia mangengge naeng mangengge boni akan merendam benih padi

manjetor naeng manjetor saba akan menjetor sawah

mamakkur nungga mamakkur tano telah mancangkul tanah mangguris naeng mangguris duhut akan mengikis rumput

2. Dalam bahasa Indonesia, leksikon verba dapat diawali dengan afiks me-, dan ber-, dalam bahasa Batak Toba leksikon verba dapat berawalan ma-, mar-.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

mangengge mangengge merendam

manjetor manjetor menjetor

mamakkur mamakkur mencangkul

mangguris mangguris mengikis

c. Leksikon Adjectiva

Sebuah leksikon dapat diklasifikasikan kedalam kelompok leksikon adjectiva apabila memenuhi persayaratan berikut:

1. Dalam bahasa Indonesia, leksikon adjectiva dapat diawali dengan kata sangat, paling, dan diakhiri dengan kata sekali, dalam bahasa Batak Toba leksikon adjectiva dapat diawali dengan kata mansai, dan diakhiri dengan kata hian.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia degar mansai degar/ degar hian sangat degar/ degar sekali

sosot mansai sosot/ sosot hian sangat rapat/ rapat sekali rakkak mansai rakkak/ rakkak hian sangat jarang/ jarang sekali

2. Dalam bahasa Indonesia, leksikon adjectiva dapat diingkari dengan kata tidak, atau dalam bahasa Batak Tobanya yakni dang.

Contohnya:

Leksikon Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

degar dang degar tidak degar

sosot dang sosot tidak rapat

rakkak dang rakkak tidak jarang

Setelah leksikon tersebut dikumpulkan berdasarkan kelompoknya masing-masing, selanjutnya leksikon tersebut dianalisis berdasarkan dimensi praksis sosial yang mencakup dimensi ideologis, dimensi sosiologis, dan dimensi biologis dari leksikon-leksikon kepadian Batak Toba melalui wawancara semiterstruktur, jenis wawancara ini sudah termasuk kedalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka. Dalam wawancara ini, pihak yang diajak wawancara akan diminta pendapat dan idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner.

Sistem angket (kuesioner) merupakan kegiatan untuk memeperoleh data dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang telah tersusun secara kronologis dari yang umum mengarah kepada yang khusus untuk diberikan kepada responden atau informan (Subagyo, 1999:55). Sistem angket atau kuesioner terbagi atas tiga bagian yakni, kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, dan campuran. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kuesioner tertutup, dimana responden tidak mempuyai kesempatan lain dalam memberikan jawaban selain jawaban yang telah disediakan didalam daftar pertanyaan tersebut. Metode kuesioner ini digunakan dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pemahaman

masyarakat Batak Toba yang tinggal di Desa Sipea-pea, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah terhadap leksikon kepadian. Melalui tingkat pemahaman tersebut, dapat terlihat leksikon-leksikon yang mengalami pergeseran dan bahkan leksikon yang masih bertahan.

Dalam pengumpulan data ataupun menghitung tingkat pemahaman terhadap leksikon kepadian dalam masyarakat Batak Toba, peneliti mengelompokkan popolasi menjadi tiga kelompok usia. Menurut Mubin dan Cahyadi (2006: 115), responden dibagi menjadi 3 kelompok usia yakni:

1. Kelompok usia remaja (usia 15-20 tahun) 2. Kelompok usia dewasa (usia 21-45 tahun)

3. Kelompok usia pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau masa tua (di atas 46 tahun)

Penelitian ini tidak terlepas dari sampel dan juga populasi sebagai sumber data. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:117). Sampel dari penelitian ini adalah petani, pedagang, dan pelajar yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan; dan berusia 15-65 tahun. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, dapat digunakan rumus Slovin yaitu:

𝒏 = 𝑵

𝟏+(𝑵.𝒆𝟐) Keterangan:

n = ukuran sampel/ jumlah responden N = populasi

e = presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir.

Dalam menggunakan rumus slovin, penggunaan persentasi nilai toleransi kesalahan mempengaruhi tingkat akurasi sampel, semakin kecil toleransi kesalahan, maka semakin akurat sampel menggabarkan populasi. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data (Sugiyono, 2008: 126). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai pesentase kelonggaran ketelitian kesalahan yakni 10 % (0,1) dengan alasan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel serta untuk menghasilkan tingkat akurasi data 90% .

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 117). Populasi dalam penelitian ini yakni masyarakat yang tinggal dan berdomisili di Desa Sipea-pea, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah. Terdapat 1.711 jiwa yang bermukim disana, yang terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.

Dari jumlah populasi masyarakat yang tinggal di Desa Sipea-pea, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 1.711 jiwa, kelompok usia remaja terhitung sebanyak 127 jiwa, Kelompok usia dewasa terhitung sebanyak 554 jiwa, dan kelompok usia pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau masa tua terhitung sebanyak 363 jiwa, dan usia 0-14 tahun tidak dimasukkan kedalam populasi sebanyak 667 jiwa. Jadi untuk jumlah

sampel yang diperoleh berdasarkan kelompok tiap generasi dapat dilihat pada rumus perhitungan berikut ini:

Kelompok Usia Remaja (15-20 tahun) = 127 Jiwa n = 127

1+(127 𝑥 𝑜,12)

n

=

127

2,27

n = 47,0370 n=47 responden

Kelompok Usia Dewasa (21-45 tahun) = 554 Jiwa n = 554

1+(554 𝑥 𝑜,12)

n = 554 6,54

n= 84,7094 n= 85 responden

Kelompok Pertengahan Masa Dewasa dan Masa Dewasa Lanjut atau Masa Tua (di atas 46 tahun) =363 Jiwa

n = 363

1+(363 𝑥 𝑜,12)

n = 363 4,63 n= 78,4017 n= 78 responden

Sampel untuk penelitian kuantitatif merupakan hasil dari perhitungan sampel menurut rumus Slovin, sehingga ditemukan responden untuk kelompok usia remaja sebanyak 47 orang; kelompok usia dewasa sebanyak 85 orang, dan untuk kelompok pertengahan masa dewasa dan masa dewasa lanjut atau masa tua sebanyak 78 orang responden. Untuk sampel penelitian kualitatif, peneliti memilih 2 orang informan, yang merupakan petani di Desa Sipea-pea, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, yang mengerti bahasa Batak Toba, dengan usia 18-65 tahun, yang mana pada usia tersebut, informan sudah lebih banyak pengalaman.

Tabel 3.1 Total Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 15- 20 tahun 47 22,38%

2 21- 45 tahun 85 40,48%

3 > 46 tahun 78 37,14%

210 100%

Dokumen terkait