• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3) Metode Diskusi

Definisi mengenai metode diskusi dikemukakan oleh

Suryosubroto (2002: 179) bahwa:

dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok- kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun

Definisi tersebut ditambahkan oleh Roestiyah (2008: 5) yang lam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif

Kelebihan metode diskusi adalah: suasana kelas menjadi hidup karena peserta didik mengarahkan perhatian dan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, dapat mempertinggi prestasi kepribadian masing-masing peserta didik, hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan bersama karena peserta didik ikut serta secara aktif dalam diskusi, peserta didik dilatih untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu diskusi sebagai pengalaman berharga bagi kehidupan sesungguhnya kelak di masyarakat, dan melatih peserta didik untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain (Suparman, 2010: 150-151).

Kelemahan metode diskusi adalah: menyita waktu lama dan jumlah peserta didik harus sedikit, mempersyaratkan peserta didik memiliki latar belakang yang cukup mengenai topik atau masalah yang didiskusikan, tidak tepat bila digunakan pada tahap awal proses

pembelajaran, dan apatis bagi peserta didik yang tidak terbiasa berbicara dalam forum (Yamin: 2008: 80-81).

4) Metode Ekspresi Bebas (Free Expression)

Pendapat mengenai metode ekspresi bebas diungkapkan oleh Sobandi bahwa metode ini pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan peserta didik agar dapat mencurahkan isi hatinya kedalam bentuk karya seni rupa. Proses penciptaan seni dalam metode ini dimulai dari: a) penentuan tema, yaitu isi ungkapan yang akan disampaikan, b) media, yaitu bahan dan alat yang dipilih dan digunakan oleh peserta didik dalam mewujudkan bentuk ungkapan seni, c) gaya ungkapan, yaitu ungkapan seni yang sifatnya sangat individual sehingga setiap peserta didik akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda, dan d) bentuk kegiatan menggambar, apakah berbentuk sketsa atau lukisan (2009: 13-15).

Metode ekspresi bebas merupakan pengembangan dari pandangan Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap pendidik haruslah mampu mengembangkan kreasi peserta didiknya, sehingga metode ini sering disebut dengan metode ekspresi kreatif. Metode ini dapat diterapkan dalam menggambar dekoratif, mendesain benda-benda kerajinan, menggambar reklame, dan lain sebagainya (Fikry, 2012: 3).

5) Metode Demonstrasi

Pandangan mengenai metode demonstrasi diungkapkan oleh

Sugihartono, et al. Metode demonstrasi merupakan metode

pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkatitan dengan bahan pelajaran (2007: 83).

Kelebihan metode demonstrasi adalah: perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik sehingga hal penting tersebut dapat diamati secara teliti, membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama, dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang disampaikan

melalui metode ceramah, persoalan-persoalan yang menimbulkan pertanyaan dapat diperjelas saat proses demonstrasi berlangsung, memberi motivasi yang besar kepada peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, dapat memperoleh pengalaman langsung dan mengembangkan kecakapan peserta didik (Sagala, 2009: 211).

Kelemahan metode demonstrasi adalah: kurang efektif untuk kelas yang jumlah peserta didiknya banyak, tidak semua hal dapat didemonstrasikan, bila alat yang digunakan untuk demonstrasi terlalu kecil maka tidak dapat dilihat oleh peserta didik sekelas, bila suatu alat dibawa kedalam kelas untuk didemonstrasikan kadang-kadang terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata, serta bila waktu yang tersedia sedikit biasanya demonstrasi berlangsung secara bertahap (Yamin, 2009: 66-67).

6) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Pandangan mengenai metode pemberian tugas dan resitasi menurut Sugihartono et al. (2007: 84) adalah

dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas an dilengkapi oleh Sagala (2009)

bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkan (hlm. 219).

Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi antara lain: pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar yang berhubungan dengan minat atau bakat akan lebih meresap dan tahan lama, peserta didik berkesempatan memupuk rasa tanggung jawab, mandiri, kreatif, disiplin, jujur, dan berinisiatif, tugas yang diberikan dapat membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengelola informasi yang didapatnya, metode ini dapat membuat peserta didik bergairah dalam belajar apabila di lakukan dengan berbagai variasi;

sedangkan kelemahannya antara lain: peserta didik seringkali melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain atau bahkan menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugasnya, apabila pemberian tugas terlalu sering dan tugas yang diberikan juga terlalu sukar maka ketegangan mental peserta didik dapat terpengaruh, dan pendidik sukar memberikan tugas yang sesuai dengan karakter masing-masing peserta didik (Sagala, 2009: 219).

e. Media Pembelajaran

Pengertian mengenai media pembelajaran dikemukakan oleh Sanaky Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan

digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran 2009: 3). Pendapat

serupa juga dikemukakan oleh Anitah (2008:

pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat

menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima

pengeta

Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (pendidik) menuju penerima (peserta didik) (Hamdani, 2011: 246).

Bagan 2.1. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran (Hamdani, 2011: 246)

Media pembelajaran mempunyai kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kontribusi media pembelajaran menurut Kemp, dkk. (1985) yang dikutip oleh Uno antara lain: 1) Penyajian materi

Media / Pesan

Guru Siswa

pembelajaran menjadi lebih standar. 2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. 3) Kegiata belajar dapat menjadi lebih interaktif. 4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. 5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan. 6) Pembelajaran dapat disajikan dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan. 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih baik. 8) Memberikan nilai positif bagi pendidik (2007: 116).

Media pembelajaran bila dilihat dari sudut pandang yang luas, klasifikasinya adalah sebagai berikut: (1) Bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual (bahan-bahan cetakan dan bacaan). (2) alat-alat audiovisual: (a) media

proyeksi (overhead projektor glide, film, dan LCD), (b) media non proyeksi

(papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan panel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan lain-lain, (c) benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah. (3) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu: slide, film strif, film rekaman, radio, televisi, video, VCD, laboratorium elektronik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, komputer, dan internet. (4) Kumpulan benda-benda

(material collections) yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi,

bahan-bahan yang memiliki sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan, politik dan lain-lain. (5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pendidik (Sanaky, 2009: 9-12).

f. Evaluasi Pembelajaran

Pengertian mengenai evaluasi pembelajaran dikemukakan oleh

Dimyati dan Mudjiono Evaluasi pembelajaran merupakan suatu

proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran (2006: 221).

Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya

sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih

penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari

proses interaksi edukatif yang dilaksanakan (Muhammad Ali (1992: 113) dalam (Djamarah, 2010: 245)).

Fungsi dan tujuan evalasi pembelajaran adalah untuk: menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik, menempatkan peserta didik kedalam situasi pembelajaran yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan karakteristik yang mereka miliki, mengenal latar belakang peserta didik yang berguna bagi pendidik sebagai upaya memberikan bimbingan untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka hadapi, dan sebagai umpan balik bagi pendidik yang berguna untuk memperbaiki proses pembelajaran (Hamalik, 2003: 211-212).

Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Karena itu didalam menyusun evaluasi hendaknya memperhatikan secara seksama rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat mengukur sejauhmana proses pembelajaran telah dilaksanakan (Aunurrahman, 2009: 209).

Jenis evaluasi pembelajaran berdasarkan sasarannya adalah sebagai berikut: (1) Evaluasi konteks, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengukur konteks program. (2) Evaluasi input, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui input, baik sumber daya maupun strategi yang digunakan. (3) Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan pembelajaran. (4) Evaluasi produk, yaitu evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk

menentukan keputusan akhir. (5) Evaluasi outcome, yaitu evaluasi yang

diarahkan untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah lulus dan terjun ke masyarakat (Hamdani, 2011: 304-305).

Pembelajaran bukan hanya menekankan pada aspek hasil (product),

melainkan juga menekankan pada aspek proses, artinya tingkat kualitas proses yang benar sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu dalam mengevaluasi hasil belajar disamping menyoroti pada aspek proses dan kualitias pembelajaran juga menyoroti aspek lain, karena hasil belajar adalah perubahan kualitas pembelajaran yang secara tidak langsung berpengaruh pada aspek lain, seperti aspek

kognitif, afektif, maupun aspek psikomotor (Hidayatullah, 2007: 26).

Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berhubungan erat dengan kecerdasan dan intelektual peserta didik. Aspek afektif berhubungan erat dengan sikap dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Aspek psikomotor berhubungan erat dengan tindakan-tindakan jasmaniah peserta didik

2008: 99).

Dokumen terkait