• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Fraksionasi P

DAFTAR PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Sawah

2.5. Metode Fraksionasi P

Metode Fraksionasi P pertama kali dipublikasikan oleh Chang dan Jakson (1957). Metode ini menggunakan NH4Cl untuk mengekstrak “labile” P

diikuti dengan NH4F untuk fraksi Al-P. Fraksionasi dilanjutkan menggunakan NaOH untuk mengekstrak Fe-P dan P yang ter-occluded. Serta dilakukan penetapan Ca-P dengan larutan HCl. Penetapan P organik dilakukan melalui pengurangan total P dengan jumlah fraksi-fraksi P yang telah ditetapkan (Saunders dan Williams 1955).

Prosedur diatas memiliki banyak masalah dalam interpretasi, seperti kesulitan dalam membedakan antara P yang diekstrak dengan NH4F dan NaOH

7

adalah benar berasal dari ikatan Al-P dan Fe-P. Metode Chang dan Jackson (1957) tidak dapat membedakan bentuk P organik (William dan Walker 1969).

Tiessen dan Moir (1993) mempublikasikan metode fraksionasi P yang lebih komprehensif yang merupakan penyempurnaan dari metode Hedley et al. (1982). Metode fraksionasi tersebut meliputi fraksi P yang tersedia secara biologi baik P dalam bentuk inorganik dan organik, dan P yang relatif sukar tersedia bagi tanaman baik bentuk inorganik maupun bentuk organik.

Tiessen dan Moir (1993) mendefinisikan fraksi-fraksi P berdasarkan bentuk-bentuk P yang diekstrak dengan pengekstrak tertentu:

1. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman.

2. NaHCO3-Pi, -Porganik (Po)adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi kuat dengan serapan P oleh tanaman dan mikroba dan terikat di permukaan mineral (Mattingly 1975) atau bentuk presipitasi Ca-P dan Mg-Ca-P (Olsen dan Sommers 1982).

3. NaOH-Pi, -Po adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang terikat lebih kuat secara kemisorpsi oleh Fe dan Al hidrous oksida.

4. HCl-Pi adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai Ca-P yang mempunyai kelarutan rendah (Schmidt et al. 1996).

5. Residual-P adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai “occluded” P

dan P organik yang sangat sukar larut.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Pengambilan contoh tanah sebanyak 23 sampel dari 3 Provinsi di Pulau Jawa. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 23 sample tanah sawah yang diambil dari 3 provinsi di Pulau Jawa. Lokasi pengambilan sampel tanah disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Tanah di Pulau Jawa

Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan untuk analisis Fraksionasi P dengan metode Tiessen dan Moir (1993). Bahan-bahan tersebut

9

adalah aquades, resin strip ukuran 9 x 62 mm, HCl, NaHCO3, NaOH, dan H2SO4. Penetapan P dilakukan dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Pewarnaan P dalam larutan menggunakan metode Murphy dan Rilley (MR) (1962). Bahan-bahan yang digunakan dalam metode Murphy dan Rilley adalah (NH4)6Mo7O24 (ammonium molybdat), C6H8O6 (ascorbic acid), C8H4K2O12Sb.3H2O (antimony pottashium tartrat) dan H2SO4.

Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah adalah cangkul, karung, tali rafia, dan GPS. Alat-alat yang digunakan untuk analisis laboratorium adalah pipet (5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml), erlenmeyer, tabung sentrifuge 50 ml, vacum pump, kertas saring milipore 0.45 µm, vunel porselen, gelas piala, gelas ukur, labu takar 50 ml dan 100 ml, alat ukur spectrophotometer, timbangan, oven, lemari pendingin, autoclave, kertas saring, corong gelas dan pipet tetes.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau non eksperimental. Peneliti hanya melakukan analisis pada contoh tanah yang diambil tanpa memberikan perlakuan dan menggambarkannya dalam bentuk data dan tulisan.

3.3.1. Pengambilan Contoh Tanah

Sebanyak 23 contoh tanah sawah diambil di Pulau Jawa (Tabel 1). Contoh tanah tersebut diambil pada lapisan olah dengan kedalaman 0-20 cm yang diambil secara komposit. Contoh tanah komposit kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label. Setiap contoh tanah sawah yang diambil pada masing-masing lokasi dicatat titik koordinatnya.

10

Tabel 1. Lokasi Contoh Tanah Sawah yang Digunakan untuk Penetapan Distribusi Hara P pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa

Provinsi Lokasi Jenis Tanah (Taksonomi Tanah, 2004)

Jawa Barat Karawang Inceptisols

Jatisari Inceptisols Pamanukan Inceptisols Indramayu Inceptisols Palimanan Inceptisols Cicalengka Inceptisols Cikarawang Ultisols

Jawa Tengah Brebes Inceptisols

Suradadi Inceptisols Batang Ultisols Kendal Inceptisols Demak Vertisols Jekulo Vertisols Borobudur Inceptisols Kutoarjo Inceptisols Karanganyar Inceptisols Buntu Inceptisols Jogjakarta Vertisols

Jawa Timur Bojonegoro Vertisols

Tambak Rejo Vertisols

Nganjuk Vertisols

Jombang Inceptisols

Ponorogo Vertisols

3.3.2. Analisa Contoh Tanah

Contoh tanah yang telah diambil dikeringudarakan dalam ruangan berventilasi. Contoh tanah kemudian di tumbuk dan diayak menggunakan ayakan yang berukuran 2 mm.

3.3.2.1. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah awal. Analisis pendahuluan yang dilakukan meliputi C-Organik yang diperoleh dengan metode Walkey and Black, N-Total diperoleh dengan menggunakan metode

11

Kjehdahl, KTK dan Basa-basa yang dapat ditukar diperoleh dari hasil ekstraksi dengan 1 N NH4OAc pH 7, EC yang diukur dengan alat EC meter, dan pH H2O 1:1 yang diukur dengan alat pH meter.

3.3.2.2. Fraksionasi P

Diagram alir metode Fraksionasi P (Hartono et al. 2006) disajikan pada Gambar 2. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman. NaHCO3-Pi, -Porganik (Po)adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi kuat dengan serapan P oleh tanaman dan mikroba dan terikat di permukaan mineral (Mattingly 1975) atau bentuk presipitasi Ca-P dan Mg-P (Olsen dan Sommers 1982). NaOH-Pi, -Po adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang terikat lebih kuat secara kemisorpsi oleh Fe dan Al hidrous oksida. HCl-Pi adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai Ca-P yang mempunyai kelarutan rendah (Schmidt et al. 1996). Residual-P

adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai “occluded” P dan P organik yang

sangat sukar larut.

Tanah ditimbang kedalam tabung sentrifus 50 ml sebanyak 0.50 g. Kemudian ditambahkan 2 lembar resin strip yang telah dijenuhi dengan bikarbonat lalu ditambahkan 30 ml aquades dan dikocok selama 16 jam. Resin yang telah dikocok dibersihkan dan tanah yang menempel pada resin dikembalikan ke tabung sentrifuse kembali secara kuantitatif. Resin strip lalu dipindahkan kedalam tabung sentrifuse baru dan ditambahkankan 20 ml 0.50 mol L-1 HCl, kocok selama 16 jam kemudian dilakukan penetapan Resin-Pi.

12

Contoh tanah 0.5 g

Tambahkan 2 strip resin yang telah dijenuhi bikarbonat dan 30 ml aquades kocok selama 16 jam. Tempatkan resin kedalam tabung sentrifus 50 ml dan tambahkan 20 ml 0,5 mol L-1 HCl kocok 16 jam.

Hasil saringan

Resin-Pinorganik (Pi)

Tambahkan 30 ml 0.5 mol L-1 NaHCO3 kocok 16 jam

Ekstrak Bikarbonat Ptotal (Pt) Digest, NaHCO3-Ptotal (Pt)

Endapkan bahan organik dengan asam

NaHCO3-Pi

NaHCO3-Porganik(Po) = [NaHCO3-Pt]-[ NaHCO3-Pi]

Tambahkan30 ml 0.1 mol L-1 NaOHkocok 16 jam

Ekstrak NaOHPtotal (Pt

)

Digest,

NaOH- Ptotal (Pt)

Porganik(Po)=Pt-Pi : NaOH-Po

Endapkan bahan organik dengan asam

NaOH-Pi

NaOH-Porganik(Po) = [NaOH-Pt]-[ NaOH-Pi]

Tambahkan30 ml 1 mol L-1 HCl kocok 16 jam

Ekstrak HCl-Pi HCl-Pi

Gambar 2. Diagram Alir Percobaan Fraksionasi P Sampai dengan Penetapan HCl-Pi.

13

Penetapan Resin-Pi dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L-1 NaOH dan 2.50 mol L-1 H2SO4. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang

712 λ.

Contoh tanah dalam tabung yang berisi air di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit kemudian air disaring dengan vacum pump, hasil saringan yang berupa air tersebut dibuang. Contoh tanah dalam sentrifus kemudian ditambahkan 30 ml 0.50 mol L-1 NaHCO3 dan dikocok 16 jam. Kemudian tabung sentrifus di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit kemudian disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan NaHCO3-Pi dan NaHCO3-Ptotal. Penetapan NaHCO3-Pi dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Bahan organik yang terlarut diendapkan dengan menambahkan 1.60 ml 0.90 M H2SO4 dan dimasukkan kedalam frizeer selama 30 menit kemudian di saring. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment

dilakukan dengan menambahkan 4 mol L-1 NaOH dan 2.50 mol L-1 H2SO4. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer

dengan panjang gelombang 712 λ.

Penetapan NaHCO3-Ptotal dilakukan dengan memipet 5 ml hasil saringan kedalam erlenmeyer 250 ml. Larutan 0.90 mol L-1 H2SO4 sebanyak 10 ml dan 0.60 g ammonium peroxidisulfat ditambahkan ke dalam Erlenmeyer tersebut. Erlenmeyer tersebut kemudian di autoklaf selama 30 menit. Larutan dipindahkan kedalam labu takar 50 ml dan ditambahkan indikator nitrophenol sebanyak 5 tetes kemudian dilakukan pH adjustment dengan 4 mol L-1 NaOH 2.50 mol L-1 H2SO4. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer

14

dengan panjang gelombang 712 λ. NaHCO3-Po adalah selisih NaHCO3-Pt dengan NaHCO3-Pi.

Contoh tanah dalam tabung ditambahkan 30 ml 0.10 mol L-1 NaOH dan dikocok selama 16 jam. Setelah dikocok tanah di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit dan ekstrak NaOH disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan NaOH-Pi dan NaOH-Ptotal. Penetapan NaOH-Pi dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Bahan organik yang terlarut diendapkan dengan menambahkan 1.60 ml 0.90 M H2SO4 dan dimasukkan kedalam frizeer selama 30 menit dan di saring. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment

dilakukan dengan menambahkan 4 mol L-1 NaOH dan 2.50 mol L-1 H2SO4. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer

dengan panjang gelombang 712 λ.

Penetapan NaOH-Ptotal dilakukan dengan memipet 5 ml hasil saringan kedalam erlenmeyer 250 ml. Larutan 0.90 mol L-1 H2SO4 sebanyak 10 ml dan 0.60 g ammonium peroxidisulfat ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer tersebut kemudian di autoklaf selama 30 menit. Setelah diautoklaf larutan dipindahkan kedalam labu takar 50 ml, ditambahkan indikator nitrophenol sebanyak 5 tetes kemudian dilakukan pH adjustment dengan 4 mol L-1 NaOH dan 2.50 mol L-1 H2SO4. Kemudian Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ. NaOH-Po adalah selisih NaOH-Pt dengan NaOH-Pi.

Contoh tanah dalam tabung ditambahkan dengan 30 ml 1 mol L-1 HCl dan dikocok selama 16 jam kemudian di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit dan ekstrak HCl disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan HCl-Pi. Penetapan HCl-Pi dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L-1 NaOH dan 2.50 mol L-1 H2SO4. Pewarnaan dilakukan dengan

15

menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ.

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung Residual-P. Residual-P adalah selisih Ptotal metode pengabuan basah dengan fraksi Resin-Pi, NaHCO3-Pi, -Po, NaOH-Pi, -Po dan HCl-Pi.

3.3.2.3. Ptotal

Penetapan Ptotal dilakukan dengan menggunakan campuran larutan asam nitrat pekat dengan asam perklorat pekat dengan perbandingan 2:1. Tanah ditimbang sebanyak 0.5 g ke dalam tabung destruksi ditambahkan 10 ml campuran larutan nitrat perklorat. Diamkan selama satu malam dalam tabung destruksi. Setelah itu didestruksi dengan digester hingga tanah berwarna putih. Tambahkan aquades dan disaring di labu takar 100 ml lalu ditera dengan aquades hingga tanda tera.

3.3.3. Pengolahan Data dan Penentuan Distribusi Hara P pada Tanah Sawah

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk perhitungan distrubusi fraksi P pada tanah sawah. Data yang telah diolah menghasilkan nilai Resin-Pi (mg kg-1), NaHCO3-Pi (mg kg-1), -Po(mg kg-1), NaOH-Pi (mg kg-1), -Po (mg kg-1) dan HCl-Pi (mg kg-1) serta dihasilkan nilai Ptotal (mg kg-1) dengan metode pengabuan basah. Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai fraksi P pada setiap lokasi dan jenis tanah. Lokasi dibagi menjadi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan mempertimbangkan aspek iklim yang berbeda pada ketiga lokasi tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pendahuluan

Hasil analisis pendahuluan disajikan pada Tabel 2. Status sifat kimia tanah dinilai berdasarkan kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah (2009) yang disajikan pada Tabel Lampiran 2.

Provinsi Jawa Barat memiliki kisaran pH tanah antara 5.40 hingga 7.30. pH terbesar berada di Palimanan sebesar 7.30 dan terkecil berada di Karawang dan Cicalengka dengan nilai pH 5.40. Provinsi Jawa Barat memiliki rata-rata pH sebesar 6.20 (agak masam). Ntotal pada provinsi ini berkisar antara 0.10 hingga 0.30%. Ntotal terbesar berada di Pamanukan dan Cicalengka yaitu sebesar 0.30% dan terkecil berada di Palimanan sebesar 0.10%. Rata-rata Ntotal pada provinsi ini termasuk rendah yaitu sebesar 0.20%. Cadd pada provinsi Jawa Barat berkisar antara 7.70 hingga 20.0 cmol+ kg-1. Cadd terbesar berada di Pamanukan sebesar 20.0 cmol+ kg-1 dan terkecil berada di Cicalengka sebesar 7.70 cmol+ kg-1. Rata-rata Cadd pada provinsi ini tergolong tinggi yaitu sebesar 16.0 cmol+ kg-1. KTK pada provinsi Jawa Barat berkisar antara 21.0 hingga 40.0 cmol+ kg-1. KTK terbesar berada di Pamanukan sebesar 40.0 cmol+ kg-1 dan terkecil di Cikarawang sebesar 21.0 cmol+kg-1. Rata-rata KTK provinsi ini tergolong tinggi yaitu sebesar 32.2 cmol+kg-1.

Provinsi Jawa Tengah memiliki kisaran pH tanah antara 5.40 hingga 8.30. pH terbesar berada di Demak sebesar 8.30 dan terkecil berada di Batang dengan nilai pH 5.40. Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata pH sebesar 6.80 (netral). Ntotal pada provinsi ini berkisar antara 0.10 hingga 0.30%. Ntotal terbesar berada di Batang dan Buntu yaitu sebesar 0.30% dan terkecil berada di Brebes, Jekulo dan Jogjakarta sebesar 0.10%. Rata-rata Ntotal pada provinsi ini termasuk rendah yaitu sebesar 0.20%. Cadd pada provinsi Jawa Tengah berkisar antara 6.60 hingga 41.0 cmol+ kg-1. Cadd terbesar berada di Demak sebesar 41.0 cmol+ kg-1 dan terkecil berada di Batang sebesar 6.60 cmol+ kg-1. Rata-rata Cadd pada provinsi ini tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 21.2 cmol+kg-1. KTK pada provinsi Jawa

17

Tengah berkisar antara 11.0 hingga 41.2 cmol+ kg-1. KTK terbesar berada di Kendal sebesar 41.2 cmol+ kg-1 dan terkecil di Borobudur sebesar 11.0 cmol+ kg-1. Rata-rata KTK provinsi ini tergolong tinggi yaitu sebesar 29.1 cmol+ kg-1.

Provinsi Jawa Timur memiliki kisaran pH tanah antara 7.60 hingga 8.50. pH terbesar berada di Tambak Rejo sebesar 8.50 dan terkecil berada di Bojonegoro dan Ponorogo dengan nilai pH 7.60. Provinsi Jawa Timur memiliki rata-rata pH sebesar 8.00 (agak alkalin). Ntotal pada provinsi ini berkisar antara 0.10 hingga 0.20%. Ntotal terbesar berada di Bojonegoro dan Ponorogo yaitu sebesar 0.20% dan terkecil berada di 3 daerah lain sebesar 0.10%. Rata-rata Ntotal pada provinsi ini termasuk rendah yaitu sebesar 0.20%. Cadd pada provinsi Jawa Timur berkisar antara 13.6 hingga 63.6 cmol+ kg-1. Cadd terbesar berada di Tambak Rejo sebesar 63.6 cmol+ kg-1 dan terkecil berada di Jombang sebesar 13.6 cmol+ kg-1. Rata-rata Cadd pada provinsi ini tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 37.5 cmol+ kg-1. KTK pada provinsi Jawa Timur berkisar antara 17.2 hingga 60.0 cmol+ kg-1. KTK terbesar berada di Bojonegoro sebesar 60.0 cmol+ kg-1 dan terkecil di Jombang sebesar 17.2 cmol+ kg-1. Rata-rata KTK provinsi ini tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 42.0 cmol+ kg-1.

Tabel 2. Analisis Pendahuluan

Nama Lokasi pH(H2O) EC Ctotal Ntotal Nisbah CN Nadd Kdd Cadd Mgdd KTK KB

(dS cm-1) ---(%)--- ---(cmol+ kg-1)--- (%) Jawa Barat Karawang 5.40 63.0 2.30 0.20 10.0 0.60 0.30 16.3 5.00 33.3 67.0 Jatisari 5.50 212 2.20 0.20 9.80 0.90 0.30 18.0 8.60 37.3 74.7 Pamanukan 6.80 144 2.70 0.30 10.7 0.80 0.60 20.0 13.0 40.0 106 Indramayu 6.90 97.8 1.70 0.20 8.70 0.70 0.60 19.6 12.6 38.3 87.5 Palimanan 7.30 45.8 0.80 0.10 10.3 0.30 0.20 19.9 8.20 32.7 87.4 Cicalengka 5.40 49.2 2.90 0.30 10.0 0.20 0.10 7.70 3.20 22.8 50.9 Cikarawang 5.90 40.0 2.40 0.20 10.0 0.50 0.08 9.60 2.70 21.0 61.8 Rata-rata 6.20 93.2 2.10 0.20 10.0 0.60 0.35 16.0 7.70 32.2 76.4

Status Hara Agak

masam Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Jawa Tengah Brebes 7.60 566 1.30 0.10 9.60 3.40 1.10 32.8 19.6 13.5 423 Suradadi 7.40 94.0 1.60 0.20 9.20 0.40 0.40 21.1 17.6 38.9 102 Batang 5.40 30.0 3.00 0.30 10.0 0.10 0.19 6.60 1.06 22.0 36.2 Kendal 6.50 95.8 2.40 0.20 10.3 0.40 0.84 28.5 8.40 41.2 92.7 Demak 8.30 291 1.60 0.20 10.0 1.07 0.82 41.0 7.60 38.4 131 Jekulo 6.90 56.9 1.50 0.10 10.3 0.20 0.37 13.5 5.50 30.4 64.6 Borobudur 6.10 56.7 1.50 0.20 9.70 0.15 0.18 6.40 1.70 11.0 76.0 Kutoarjo 6.80 63.3 1.90 0.20 10.2 0.60 0.22 27.40 8.90 37.6 99.2 Karanganyar 6.50 60.8 2.00 0.20 10.4 0.30 0.21 31.30 8.30 39.0 102 Buntu 5.70 76.9 2.70 0.30 10.2 0.46 0.38 16.20 5.40 33.3 67.3 18

Tabel 2 Lanjutan

Nama Lokasi pH(H2O) EC Ctotal Ntotal Nisbah CN Nadd Kdd Cadd Mgdd KTK KB

(dS cm-1) ---(%)--- ---(cmol+ kg-1)--- (me 100 g-1) (%)

Jogjakarta 6.90 31.8 0.90 0.10 9.00 0.17 0.20 8.30 3.03 14.3 81.9

Rata-rata 6.80 129 1.80 0.20 10.0 0.70 0.40 21.2 7.90 29.0 116

Status Hara Netral Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sangat

tinggi Tinggi Tinggi

Sangat Tinggi Jawa Timur Bojonegoro 7.60 69.2 1.80 0.20 11.5 0.40 0.40 48.8 8.40 60.0 96.7 Tambak Rejo 8.50 138 1.10 0.10 12.6 0.20 0.30 63.6 2.50 55.4 120 Nganjuk 8.08 138 1.50 0.10 11.0 0.40 0.30 30.5 10.2 39.5 105 Jombang 8.06 84.4 1.00 0.10 10.0 0.40 0.20 13.6 4.70 17.2 111 Ponorogo 7.60 150 2.40 0.20 11.0 0.70 0.70 31.05 9.70 37.6 113 Rata-rata 8.00 116 1.60 0.10 11.2 0.40 0.40 37.5 7.00 42.0 109

Status Hara Agak

Alkalin Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang

Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi

Keterangan : Status hara berdasarkan kriteria penilaian hara Balai Penelitian Tanah (2009)

20

4.2. Resin-Pi

Hasil Resin-Pi disajikan pada Tabel 3. Provinsi Jawa Barat memiliki kisaran nilai Resin-Pi antara 9.10 sampai 25.5 mg P kg-1. Cicalengka memiliki nilai Resin-Pi terbesar pada provinsi Jawa Barat yaitu 25.5 mg P kg-1 . Karawang memiliki nilai resin-Pi paling rendah yaitu sebesar 9.10 mg P kg-1. Provinsi Jawa Barat memiliki rata-rata nilai Resin-Pi sebesar 16.0 mg P kg-1.

Tabel 3. Resin-Pi pada Tanah Sawah di Pulau Jawa

Provinsi Lokasi Resin-Pi (mg P kg-1

)

Jawa Barat Karawang 9.18

Jatisari 15.4 Pamanukan 11.7 Indramayu 14.1 Palimanan 12.5 Cicalengka 25.5 Cikarawang 23.5 Rata-rata 16.0

Jawa Tengah Brebes 24.04

Suradadi 13.1 Batang 10.3 Kendal 75.3 Demak 8.90 Jekulo 31.4 Borobudur 16.3 Kutoarjo 23.5 Karanganyar 26.1 Buntu 28.1 Jogjakarta 31.6 Rata-rata 26.3

Jawa Timur Bojonegoro 27.3

Tambak Rejo 11.6

Nganjuk 28.1

Jombang 16.9

Ponorogo 52.1

21

Provinsi Jawa Tengah memiliki kisaran nilai Resin-Pi antara 8.90 hingga 75.3 mg P kg-1. Kendal memiliki nilai Resin-Pi yaitu sebesar 75.3 mg P kg-1. Demak memiliki nilai Resin-Pi paling rendah yaitu sebesar 8.90 mg P kg-1. Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata nilai Resin-Pi sebesar 26.2 mg P kg-1.

Provinsi Jawa Timur memiliki kisaran nilai Resin-Pi antara 11.6 hingga 52.1 mg P kg-1. Ponorogo memiliki nilai Resin-Pi terbesar di Jawa Timur yaitu sebesar 52.1 mg P kg-1. Tambak rejo memiliki nilai Resin-Pi paling rendah yaitu sebesar 11.6 mg P kg-1. Provinsi Jawa Timuer memiliki rata-rata nilai Resin-Pi sebesar 27.2 mg P kg-1.

Resin-Pi adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman (Tiessen dan Moir 1993). Provinsi Jawa Barat memiliki nilai rata-rata Resin-Pi yang lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur memiliki nilai rata-rata Resin-Pi terbesar diantara ketiga provinsi.

Penelitian Hartono et al. (2006) menunjukkan bahwa tanah yang memiliki jumlah Fe, Al hidrous oksida yang tinggi akan memiliki nilai Resin-Pi lebih rendah jika dibandingkan dengan tanah yang memiliki jumlah Fe, Al hidrous oksida yang rendah. Berdasarkan hal tersebut rendahnya nilai Resin-Pi dalam tanah diduga disebabkan karena kandungan Fe, Al hidrous oksida dalam tanah yang tinggi dan diduga karena dosis pupuk diantara ketiga provinsi berbeda-beda.

Faktor iklim turut mempengaruhi ketersediaan P. Distribusi tipe iklim di Jawa menunjukkan bahwa bagian Barat Pulau Jawa memiliki bulan basah lebih banyak daripada bagian Timur Pulau Jawa atau semakin ke Timur lebih kering menurut kharakteristik iklim Oldeman (Nurwadjedi 2011). Berdasarkan hal tersebut rendahnya nilai Resin-Pi di Jawa Barat diduga karena curah hujan yang tinggi.

Perbedaan nilai Resin-Pi pada setiap lokasi dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis statistik menyatakan bahwa pengaruh lokasi tidak nyata terhadap nilai Resin-Pi. Hasil uji yang tidak nyata diduga karena standar deviasi antar lokasi yang berbeda satu sama lain. Variasi yang timbul dapat disebabkan karena sebaran pemupukkan P yang bervariasi di setiap lokasi. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa para petani di ketiga provinsi tersebut

22

tidak memiliki pola dalam pemberian atau penempatan pupuk P di lahan sawah. Pemberian dan penempatan pupuk di lahan sawah dilakukan para petani hanya berdasarkan kemampuan yang dimiliki petani.

Tabel 4. Perbedaan Nilai Resin-Pi pada Setiap Lokasi

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada Uji Tukey (P < 0.05).

Perbedaan nilai Resin-Pi pada setiap jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis statistik menyatakan bahwa pengaruh tanah tidak nyata terhadap nilai Resin-Pi. Tanah Inceptisols memiliki nilai Resin-Pi sebesar 22.3 mg P kg-1. Tanah Ultisols memiliki nilai Resin-Pi sebesar 16.9 mg P kg-1. Tanah Vertisols memiliki nilai Resin-Pi sebesar 27.3 mg P kg-1.

Tabel 5. Perbedaan Nilai Resin-Pi pada Setiap Jenis Tanah

Jenis Tanah Resin-Pi

Rata-rata (mg P kg-1) StDev

Inceptisols 22.3a 16.4

Ultisols 16.9a 9.30

Vertisols 27.3a 14.3

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada Uji Tukey (P < 0.05).

Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis menyatakan bahwa nilai Resin-Pi memiliki korelasi tidak nyata dengan beberapa sifat kimia tanah yang telah di analisis.

4.3. NaHCO3-Pi, -Po

Hasil NaHCO3-Pi, -Po disajikan pada Tabel 6. Provinsi Jawa Barat memiliki kisaran nilai NaHCO3-Pi antara 10.8 hingga 71.2 mg P kg-1 sedangkan

Lokasi Resin-Pi

Rata-rata (mg P kg-1) StDev

Jawa Barat 16.0a 6.20

Jawa Tengah 26.3a 18.2

23

NaHCO3-Po memiliki kisaran 8.90 hingga 49.2 mg P kg-1. Karawang memiliki nilai NaHCO3-Pi paling rendah yaitu sebesar 10.8 mg P kg-1 sedangkan Cicalengka memiliki nilai NaHCO3-Pi yang paling tinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 71.2 mg P kg-1. Nilai NaHCO3-Po tertinggi berada di Cikarawang sebesar 49.2 mg P kg-1, sedangkan Jatisari memiliki nilai NaHCO3-Po terkecil sebesar 8.90 mg P kg-1. Provinsi Jawa Barat memiliki rata-rata nilai NaHCO3-Pi sebesar 40.1 mg P kg-1 dan nilai NaHCO3-Po sebesar 19.7 mg P kg-1.

Provinsi Jawa Tengah memiliki kisaran nilai NaHCO3-Pi antara 20.5 hingga 116 mg P kg-1 sedangkan NaHCO3-Po memiliki kisaran 10.1 hingga 26.2 mg P kg-1. Batang memiliki nilai NaHCO3-Pi terendah sebesar 20.5 mg P kg-1 dan Kendal memiliki nilai NaHCO3-Pi tertinggi sebesar 116 mg P kg-1. Nilai NaHCO3-Po tertinggi berada di Kendal sebesar 26.2 mg P kg-1, sedangkan Jogjakarta memiliki nilai NaHCO3-Po terkecil sebesar 10.1 mg P kg-1. Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata nilai NaHCO3-Pi sebesar55.3 mg P kg-1 dan nilai NaHCO3-Po sebesar 17.2 mg P kg-1.

Provinsi Jawa Timur memiliki kisaran nilai NaHCO3-Pi antara 14.7 hingga 59.3 mg P kg-1 sedangkan NaHCO3-Po memiliki kisaran 6.10 hingga 8.70 mg P kg-1. Jombang memiliki nilai NaHCO3-Pi paling rendah sebesar 14.7 mg P kg-1 dan yang tertinggi berada di Ponorogo dengan nilai 59.3 mg P kg-1. Nilai NaHCO3-Po tertinggi berada di Tambak Rejo sebesar 8.70 mg P kg-1, sedangkan Bojonegoro dan Jombang memiliki nilai NaHCO3-Po terkecil sebesar 6.10 mg P kg-1. Provinsi Jawa Timur memiliki nilai rata-rata NaHCO3-Pi sebesar 31.1 mg P kg-1 dan nilai NaHCO3-Po sebesar 7.50 mg P kg-1.

NaHCO3-Pi, -Po adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi kuat dengan serapan P oleh tanaman dan mikroba dan terikat di

Dokumen terkait