• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Homeschooling

3. Metode Homeschooling

Menurut Sumardiono (2007: 34-36) dan Saputra (2007: 139-142) ada beberapa metode homeschooling, berkisar dari yang sangat terstruktur (seperti sekolah) sampai yang tidak terstruktur (unschooling):

a) School at home approach

School at home approach atau pendekatan tradisional atau pendekatan terstruktur yaitu model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah atau metode homeschooling yang dimana

kurikulum dan pekerjaan rumah dari siswa sama atau mirip dengan yang diajarkan di sekolah umum atau sekolah privat, sebagai contoh buku teks yang digunakan pada sekolah konvensional sering digunakan.

“All in one” curricula juga disebut school in a box, sering digunakan untuk metode homeschooling ini. Kurikulum ini adalah keseluruhan paket yang berisi semua buku yang dibutuhkan dan materi untuk seluruh tahun. Materi ini didasarkan pada subjek yang sama-lingkup seperti sekolah umum yang mempertimbangkan kemudahan untuk kembali ke sistem sekolah. Metode ini merupakan pilihan yang mahal untuk homeschooling, tetapi mereka memerlukan persiapan minimal dan mudah untuk digunakan. Dalam metode ini perintah langkah-demi langkah dan panduan mengajar yang luas telah disediakan. Sebagian tes atau akses informasi didalamnya untuk mengendalikan ujian yang akan dilaksanakan. Banyak dari metode ini yang mengizinkan siswanya untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas yang diakui.

b) Unit studies approach

Unit studies approach yaitu model pendidikan dengan menerapkan berbagai mata pelajaran secara terpadu pada satu tema (unit study). Metode ini didasarkan atas kebutuhan yang muncul karena anak-anak menaruh minat khusus pada bidang tertentu atau orang tua yang memiliki gairah yang besar dan antuiasme pada hal-hal tertentu, sehingga para orang tua berkeinginan mengajarkan mata pelajaram tertentu secara lebih mendalam. Dalam pendekatan ini, siswa mempelajari berbagai mata

pelajaran tertentu (sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika) melalui satu tema. Semua mata pelajaran dapat disampaikan melalui satu tema sekaligus. Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (integrated) bukan terpisah-pisah (segmented). Misalnya dengan tema tentang transportasi, anak-anak dapat belajar mengenal bentuk ban (matematika), kecepatan (IPA), profesi sopir/kernet (IPS), dan sebagainya.

c) Charlotte Mason approach

Metode Charlotte Mason Pendekatan ini disebut juga sebagai The living book approach yaitu model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Charlotte Mason tidak menyetujui sistem pendidikan yang seagam untuk puluhan anak berusia sebaya, dengan memakai buku pelajaran tebal yang tidak menarik. Charlotte menawarkan cara mengajar anak melalui buku-buku bacaan yang ditulis oleh para pengarang yang memiliki gairah yang mengebu-gebu pada apa yang ditulisnya (the living books). Dengan demikian anak dapat belajar melalui gairah yang ditularkan oleh para penulis tersebut. Charlotte mengajukan filosofi pendidikannya yang meliputi Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages dan Literature-Based Curiculum.

Berikut ini beberapa subjek dan metode yang digunakan:

i. Naration

Anak-anak diharapkan untuk menceritakan kembali tentang apa yang mereka telah baca, pengisahan dapat dilakukan secara lisan,

ditulis atau digambar. Dengan narasi ini anak akan mengerahkan seluruh kemampuan setelah membaca, mengorganisir pikirannya dan menentukan yang terbaik untuk berkomunikasi sesuai dengan kata-kata sendiri.

ii. Language dan copywork

Charlotte menggunakan dikte untuk mengajar ejaan dan menguatkan ketrampilan-ketrampilan tata bahasa dan komposisi. Di dalam dikte yang disiapkan, anak itu diberi suatu kalimat atau kata kunci untuk belajar sampai ia mengetahui semua ejaan, huruf kapital, dan pemberian tanda baca. Guru lalu mendikte kata kunci kepada murid, pada waktu yang sama, anak menangkap setiap kata yang dieja salah dan mengoreksinya dengan segera. Dengan cara ini, ejaan yang diajarkan dalam konteks pikiran anak menjadi besar dan kaya bahasa.

Tulisan tangan adalah juga diajarkan dalam konteks gagasan-gagasan, tulisan harus tegas dan tidak boleh diulangi lebih dari satu garis atau satu halaman. Untuk copywork, anak-anak diberi suatu ungkapan, kalimat, atau alinea untuk menyalin didalam tulisan tangan terbaik mereka. Latihan itu perlu mengambil hanya sedikit beberapa menit setiap hari agar supaya mendorong kebiasaan-kebiasaan perhatian dan eksekusi sempurna tanpa menjadi melelahkan.

iii. Nature notebook

Mason mengajakan bahwa anak-anak perlu diberikan waktu keluar rumah. Untuk mempelajari alam, anak membawa sket untuk menggambar dan mencitrakan aspek yang berbeda dari alam yang diobervasi. Studi alam yang dilakukan rutin akan menyiapkan jalan untuk pengetahuan yang penuh arti.

iv. Fine art

Seni adalah tempat lain dimana gagasan-gagasan hidup diemukan. Ide besar dari para laki-laki dan perempuan dari sejarah diungkapkan di dalam pekerjaan-pekerjaan mereka, apakah lukisan atau tulisan atau musik. Charlotte juga mengajarkan puisi sebagai bagian integral tentang hidup sehari-hari. Karya seni puisi tidak diperkenankan untuk diteliti, dikritik dan diberitau apa yang harus dipikirnya.

v. Literature Based Curriculum

Dalam subjek ini Charlotte Mason menggunakan Living books dan narasi sebagai acuan untuk pelaksanaan kurikulum. d) The classical approach

The classical approach adalah model pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan kurikulum yang distrukturkan pada tiga tahap perkembangan anak yang disebut trivium. Trivium terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap pertama adalah gramatika, yaitu tahap mengumpulkan dan mengingat informasi.

2. Tahap kedua adalah dialektika, yaitu tahap menganalisa informasi dan penalaran dikembangkan

3. Tahap terakhir rhetorika, yaitu tahap dimana kemampuan anak dimatangkan.

Pencarian jati diri dan kemampuan mengekspresikan diri dikembangkan dengan mengapilkasikan informasi yang didapat dari dua tahap sebelumnya.

e) The Waldorf approach

The Waldorf approach adalah model pendidikan yang bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child). Metode ini memberikan pemahaman bahwa anak telah memiliki potensi dengan berusaha untuk tidak menanamkan materi intelektual, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar. Waldorf menerapkan pendekatan membantu para siswa mengembangkan suatu perasaan untuk berkompetensi, tanggung jawab dan manfaat, untuk membantu perkembangan suatu pemahaman prinsip etis dan untuk membangun perasaan dari tanggung jawab sosial. Hal yang khas diterapkan Waldorf adalah Eurythmy yaitu suatu seni gerakan yang biasanya menyertakan teks-teks atau musik yang mana terdapat elemen dari bermain peran dan tari dan didesain untuk menyediakan individu dan kelas-kelas dengan “sense of integration and harmony”. Seni-seni secara

umum memainkan suatu peran yang penting sepanjang ilmu pendidikan anak (pedadody) dan pendidikan Waldorf mengintegrasikan dari seni ke dalam isi tradisional.

f) The Montessori approach

The Montessori approach adalah model pendidikan yang

dikembangkan oleh Maria Montessori. Pendekatan ini memberikan pemahaman bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa bertugas mendukung proses belajar anak melalui penciptaan situasi nyata dan natural, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya secara fisik, mental dan spiritual. Dalam pendekatan Montesori masing-masing anak diperlakukan sebagai perorangan dan aktifitas yang mengacu pada diri sendiri, mengoreksi diri, dan dapat diperluas. Aspek tertentu dari Metode Montesori yang digunakan pada lingkungan homeschooling yaitu:

i. Membagi tugas ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana, mengasingkan bagian yang sulit, penekanan pada pekerjaan (seperti bermain) dalam batasan-batasan.

ii. Lingkungan yang bersih, rapi, tenang dan ramah terhadap anak diciptakan dan dipertahankan.

iii. Mengarah pada anak, bertanggung jawab untuk membereskan dan menghormati orang dan mempraktikan berbagai hal.

g) Unschooling approach

Unschooling approach adalah pendekatan yang sangat tidak

terstruktur. Metode ini didasarkan bahwa setiap anak memiliki keinginan belajar secara alami. Pendekatan ini memberikan kebebasan anak belajar sesuai dengan materi yang tidak disukai. Pada pendekatan ini anak diberikan kebebasan untuk memilih materi yang disukai. Anak akan memilih apa (what), bagaimana (how), kapan (when) dan mengapa (why) sesuai dengan apa yang mereka kejar. Orang tua homeschool bertindak sebagai “fasilitator” yang menyediakan sumber dengan jangkauan yang luas, membantu akses anak-anak, melayani dan membantu anak memahami dunia. Dalam unshooling peran orang tua membantu anak mengeksplorasi minat mereka terhadap sesuatu dan membantu anak mencapai tujuan serta membantu memahami untuk mencapai tujuan. Sifat unschooling tidak memberi ijin orang tua melakukan campur tangan terhadap minat anak, seperti orang tua yang menyuruh anak mengikuti les balet tanpa menanyakan minat anak.

h) The electic approach

The electic approach adalah pendekatan yang memberikan

kesempatan pada keluarga untuk mendisain program belajar sesuai dengan keinginan sendiri. Bagi para pelaku homeschooling dapat melakukan penggabungan dari metode yang ada. Misalnya pendekatan tradisional untuk matematika, pndekatan Charlotte Mason untuk membaca, pendekatan studi unit untuk ilmu alam dan pendekatan klasikal untuk

sejarah. Orang tua dapat mengkombinasikan berbagai macam metode untuk mata pelajaran tertentu.

4. Proses Homeschooling

Bila setiap anak unik maka setiap keluarga juga unik. Bila setiap keluarga unik maka setiap homeschool juga unik. Tidak ada dua homeschool yang persis sama seperti juga ada dua anak yang persis sama. Tidak akan pernah ada metode ampuh atau kurikulum tertentu yang dapat digunakan secara seragam di dua home school dengan hasil yang sama sempurnanya. Setiap orang tua yang bertindak menjadi guru bagi anak-anaknya akan memilih, memilah dan mengutak-atik kurikulum, kegiatan ekstra kurikuler, dan lain sebagainya sesuai situasi dan kondisi yang optimum bagi proses keluarga tersebut (Kho, 2008: 17).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan sekolah rumah tiap keluarga berbeda namun tetap ada panduan umum bagi pelaksana homeschooling.

Menurut Ratedgunswing (2009) langkah-langkah berikut adalah bagaimana melaksanakan sekolah rumah:

a. Orang tua perlu mempersiapkan diri.

b. Menentukan gaya mengajar yang akan dipakai untuk mengajar.

c. Merencanakan kurikulum yang akan anda terapkan pada homeschool anda. d. Orang tua homeschool dapat mencari dukungan homeschooling di sekitar

tempat tinggal.

e. Melegalkan homeschool anda.

f. Mempersiapkan anak untuk mengikuti homeschool.

g. Menyebarkan informasi tentang homeschool kepada orang-orang di sekitar.

h. Orang tua harus memberikan waktu kepada anak anda untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi terutama jika anak yang dahulu sekolah kemudian mengikuti sekolah rumah.

i. Menyediakan sarana pendukung.

j. Merencanakan jadwal kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari. k. Mencari aktifitas langsung.

l. Membuat catatan dari pekerjaan setiap anak.

m. Melakukan evaluasi kemajuan sekolah rumah pada waktu tertentu. n. Tetap percaya pada diri sendiri untuk maju bersama anak anda.

o. Pastikan anak-anak homeschool anda tidak memiliki kelemahan sosial dalam aktifitas pergaulan mereka.

Dari uraian diatas maka pelaksanaan homeschooling dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Persiapan

Dalam tahap ini persiapan yang dilakukan orang tua dalam melaksanakan homeschooling dimulai dengan mempersiapkan diri dan mempersiapkan anak-anak sebelum mengikuti homeschooling. Persiapan yang dilakukan adalah menentukan arah dan tujuan serta persiapan psikis dan spiritual sebagai dasar sebelum memulai homeschooling. Hal lain yang harus diperhatikan adalah memberikan waktu bagi anak untuk menyesuaikan diri jika anak sebelumnya mengikuti sekolah sehingga anak akan beradaptasi dengan kebiasaan baru di homeschool.

Memberitahukan kegiatan sekolah rumah yang dilakukan pada tetangga maupun saudara. Dengan memberitahukan mereka dapat membantu mereka dalam memahami kegiatan belajar sekolah rumah dan dapat menjadi dukungan bagi anda untuk melaksanakan homeschooling dengan baik.

Selain itu orang tua bertugas mempersiapkan metode atau cara mngajar yang akan dipakai sesuai dengan kondisi. Banyak metode pendidikan yang dapat diterapkan untuk homeschooling. Menurut Saputra

(2007: 35) pilihlah yang sesuai dengan gaya anak-anak anda belajar, metode Homeschooling sangat beragam, mulai yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur (school at home)

Persiapan kurikulum juga perlu diperhatikan karena dalam homeschooling pelaksana bebas menerapkan kurikulum yang dapat dilakukan dengan mengikuti panduan dari Depdiknas, komunitas homeschooling atau memakai gabungan kurikulum sesuai kebutuhan belajar. Layne (2005:301) mengemukakan bahwa kurikulum berdasarkan pada apa saja yang menarik minat anak-anak saya. Dengan menggunakan minat ini, saya membantu mereka meguasai ketrampilan yang menurut saya dibutuhkan untuk kehidupan di dunia dewasa ini

Orang tua juga harus mempersiapkan sarana pendukung homeschoool, sarana yang dimiliki dapat merangsang anak agar lebih kreatif. Sarana yang disediakan tidak harus alat atau benda yang dibeli, sarana dalam homeschool adalah berbagai media belajar yang dapat mendukung kegiatan belajar. Misalnya ketika anak mempelajari tema transportasi maka sarana yang digunakan bisa dengan menaiki busway, becak, sepeda dan lainnya.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan homeschooling orang tua hendaknya merencakan jadwal yang akan menjadi panduan anak dalam belajar setiap hari yaitu kegiatan yang akan dilakukan anak sepanjang hari. Rencana jadwal yang dilakukan termasuk aktifitas yang akan dilakukan anak-anak,

menerapkan metode dan kurikulum serta mempersiapkan sarana. Namun ada juga keluarga yang tidak memliki jadwal khusus dalam

homeschooling. Kho (2008:69) mengemukakan bahwa homeschooling

yang dilakukannya tidak mempunyai jadwal, tetapi tetap memiliki kegiatan rutin. Jadwal homeschooling yang dilakukan sangat lentur, dalam arti tidak ada jam tertentu untuk bangun tidur, makan, belajar dan bermain.

Pada homeschooling aktitas anak lebih difokuskan terhadap kegiatan-kegiatan langsung atau yang bersifat praktek. Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya yang bersifat teori, dalam homeschooling cenderung bersifat praktek. Aktfitas yang dilakukan dapat berupa membongkar kipas angin, merawat binatang, meneropong bintang dan kegiatan lain yang bersifat aman sesuai dengan materi yang dipelajari.

Orang tua membuat catatan berupa portofolio dalam setiap kegiatan anak yang berisi pengalaman belajar anak yang telah dilakukan seharian, contohnya anak telah mempelajari matematika, bahasa, IPA (dari objek apapun yang telah dipelajari). Catatan ini dapat menjadi indikator pencapaian belajar anak dan dapat menjadi persyaratan masuk pada sekolah atau universitas tertentu apabila ingin melanjutkan ke sekolah atau universitas. Dalam membuat portofolio kegiatan anak orang tua juga dapat memberikan evaluasi harian sebagai indikator atas tercapainya kegiatan belajar yang dilakukan.

3) Evaluasi

Evaluasi homeschooling dapat dilakukan dengan memberikan soal-soal atau berupa tes (pada homeschooling terstruktur) atau melihat berdasarkan atas catatan portofolio maupun hasil kegiatan yang telah dilakukan. Menurut Permana (2007: 55) sistem penilaian pendidikan kesetaraan bisa dilakukan dengan:

a) Penilaian mandiri dengan mengerjakan berbagai latihan yang terintegrasi dalam modul.

b) Penilaian formatif oleh tutor melalui pengamatan diskusi, penugasan, ulangan, proyek dan portofolio dalam proses tutorial.

c) Penilaian semester.

d) Ujian Nasional oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Masih menurut Permana (2007: 50) persekolahan di rumah dapat didaftarkan ke dinas pendidikan setempat sebagai komunitas pendidikan nonformal. Pesertanya kemudian dapat mengikuti ujian nasional kesetaraan paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).

E. Kajian Penelitian Yang relevan

Untuk mendukung teori yang telah diuraikan terdahulu berikut disajikan hasil penelitian yang relevan:

1. Penelitian mengenai pola asuh orang tua dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia sekolah dasar di DIY(Daerah Istimewa

Yogyakarta) tahun 2008 oleh Heni Nuraeni. Ditemukan bahwa pelaksanaan pola asuh orang tua cenderung menerapkan pola asuh demokratis yakni memberikan pemahaman kepada anak akan segala sesuatu yang diperintahkan, melibatkan anak dalam mengambil keputusan, perhatian dan disiplin, serta memberikan hadiah dan hukuman pada anak. Pelaksanaanya dipengaruhi oleh sikap orang tua seperti pemikiran orang tua dalam kebermaknaan dan nilai, pembiasaan dari kecil, penerapan disiplin serta kemampuan orang tua membaca karakter anak.

2. Penelitian mengenai pendapat orang tua tentang partisipasi dalam pendidikan di SD Mendiro, Kulonprogo oleh Sarinem (1999). Ditemukan bahwa 70% orang tua sadar untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Kesadaran orang tua dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan kondisi ekonomi keluarga.

3. Penelitian mengenai hubungan antara perhatian orang tua terhadap belajar anak dan cara belajar dengan prestasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah VII Yogyakarta oleh Slamet Windarto (1996). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signitifikan antara perhatian orang tua dan cara belajar dengan prestasi belajar siswa.

4. Penelitian mengenai peran homeschooling dalam mengembangkan diri anak seutuhnya: studi kasus yang dilakukan oleh Komunitas berkemas di Jakarta oleh Henny Helmi (2008). Ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan yang layak bagi anak yang tidak dapat diperoleh di sekolah formal mendasari alasan munculnya kebutuhan homeschooling. Ketidakpuasan orang tua terhadap

kualitas sekolah konvensional dan ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak di sekolah yang dianggap bermutu membuat keluarga memutuskan untuk menerapkan homeschooling bagi anak-anak mereka.

F. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri seorang. Pendidikan juga berperan penting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan pertama kali diperoleh seseorang dari keluarga. Keluarga seungguhnya adalah lembaga pendidikan yang paling utama dan mendasar sebelum seseorang memasuki lingkungan masyarakat.

Dalam keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir hingga seterusnya. Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan anak yaitu sebagai peletak pondasi watak, agama dan spiritualnya. Pembentukan watak/karakter anak dipengaruhi oleh perlakuan sikap yang diterima dalam keluarga.

Keluarga yang sadar akan tanggung jawabnya senantiasa berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi pengembangan bakat anak. Orang tua sadar bahwa pendidikan akan menentukan masa depan anak. Pehatian keluarga untuk memberikan layanan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya ditempuh dengan melaksanakan sekolah rumah atau homeschooling. Homeschooling sesungguhnya adalah pendidikan berbasis keluarga. Peran orang tua dalam homeschooling essensial sebagai pendidik. Orang tua memegang kunci utama dan sebagai penanggung jawab dalam membina dan mengembangkan potensi diri anak.

Dengan mengupayakan pendidikan secara sendiri tanpa pihak sekolah, orang tua harus memiliki komitmen untuk selalu menyelenggarakan homeschool dengan baik. Meski dalam homeschooling anak didik untuk belajar mandiri, namun pihak orang tua bertugas mengawasi maupun memonitor segala aktifitas yang dilakukan anak.

Alasan orang tua yang menerapkan homeschooling berkeinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan anak. Di samping itu orang tua merasa terpanggil untuk mendidik anaknya sendiri karena ingin memberikan kasih sayang yang lebih terhadap anak. Hal tersebut dapat dipenuhi pada homeschooling.

Dalam homeschooling penekanan proses pendidikan ada pada partisipasi orang tua adalah mendampingi masa pertumbuhan dan perkembangan anak dengan merancang pola didik yang sesuai dengan karakter, minat dan bakat si anak. Dengan adanya pendampingan yang baik akan melekatkan hubungan antara orang tua dan anak sehingga mewujudkan suasana pembelajaran yang harmonis dan dinamis.

Dokumen terkait