• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Metode Index Card Match

Secara etimologis, “metode” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode

berarti “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan” (Arifin, 1996: 61). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara keija yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai yang telah ditentukan” (Poerwadarminta, 1994: 652). Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa metode adalah suatu cara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Secara terminologis, banyak ahli pendidikan yang mendefinisikan tentang metode. Mahmud Yunus sebagaimana dikutip oleh Armai Arief mendefinisikan metode adalah “jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya” (Arief, 2002: 87).

Ahmad Tafsir mendefinisikan “metode pembelajaran semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik” (Tafsir, 1991:131) Sementara itu, al- Syaibany menjelaskan, bahwa metode pendidikan adalah “segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian- kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar mengajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka” (Al-Syaibany, 1979: 553).

Mengajar merupakan suatu proses yang komplek, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, tetapi merupakan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

21

Sedangkan menurut Roestiah N.K mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar (Roestiah, 1982: 34).

Metode merupakan cara yang dipergunakan dalam pengajaran sebagai strategi, metode ikut memperlancar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan respon pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Djamaroh, 2000,: 70).

Kenyataan menunjukkan bahwa manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pengajaran di sekolah. Para pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pengajaran yang setepat- tepatnya, yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar- benar menjadi milik murid.

Jadi jelaslah bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat-alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut (Subroto, 1997 :

148-149).

Bertitik tolak pada pengertian di atas, bahwa dengan metode mengajar tertentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik. Dengan memberi

tugas atau latihan, siswa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Ini adalah dorongan untuk teijadinya proses belajar yang lebih baik, sehingga terlihat bahwa proses belajar siswa yang secara aktif sangat penting dalam pengajaran. Jadi yang penting dalam mengajar bukan upaya guru dalam menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan yang dicapai, sehingga dapat diartikan bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa teijadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa tersebut dibuat dan dirancang oleh guru dengan harapan dapat memberi kemungkinan teijadinya proses belajar. Dan peristiwa yang teijadi dalam proses belajar sangat bervariasi.

Guru harus mengetahui bahwa metode pengajaran sifatnya luwes dan fleksibel. Jadi mudah digunakan pada keadaan yang bagaimanapun, semua tergantung pada ketrampilan guru itu sendiri, metode juga tidak ada yang paling baik yang ada hanyalah metode yang sesuai (Darwis: 1998: 229).

Guru dalam menggunakan metode pengajaran harus selektif dan profesional, banyak hal yang harus menjadi pertimbangan dan perhatian khusus oleh guru karena penggunaan metode pengajaran berhubungan dengan beberapa unsur termasuk di dalamnya adalah siswa.

Menurut Djamaludin Darwis, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode sebagai berikut:

1. Faktor tujuan yang hendak dicapai.

23

3. Faktor situasi dan kondisi.

4. Faktor materi dan fasilitas.

5. Faktor pribadi guru sebagai tenaga profesional (Darwis: 1998: 228-229).

Peran metode tergantung kepada keahlian guru, sebaik-baiknya metode tanpa diimbangi peran guru yang profesional, metode tersebut tidak akan biasa berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi dengan kemampuan guru yang profesional dalam wawasan metodologi pengajaran akan dapat mengembangkan fungsi metode pengajaran yang baik.

Aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa, namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisihkan, melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar oleh karena itu metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran haruslah berorientasi pada keaktifan siswa, salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menciptakan keaktifan siswa adalah metode index card match pembiasaan, stimulus atau rangsangan, keteladanan, pemberian hukuman, ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, karya wisata, drill, sosiodrama, simulasi kerja lapangan, demonstrasi, kerja kelompok dan lain lain.

Metode Index Card Match adalah metode yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan diri

sendiri dan seorang siswa memiliki kreatifitas maupun mengusai ketrampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran yang bernuansa inovatif tentu sangat dibutuhkan dalam kondisi kelas yang sangat menyenangkan atau ada kebebasan, sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya .

Metode Index Card Match dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan dibagi menjadi dua kelompok.

2. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan sebelumnya pada potongan kertas yang telah dipersiapkan. Setiap kertas satu pertanyaan. 3. Pada potongan kertas yang lain, tulislah jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang telah dibuat.

4. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. 5. Bagikan setiap peserta satu kertas. Jelaskan bahwa ini aktivitas yang

dilakukan berpasangan. Sebagian peserta akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain mendapatkan jawaban.

6. Mintalah peserta untuk mencari pasangan. Jika sudah ada yang

7. menemukan pasangannya, mintalah mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8. Setelah semua peserta menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah setiap pasangan secara bergantian membacakan soal yang

25

diperoleh dengan suara keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh teman pasangannya. Demikian seterusnya. 9. Akhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut

(Ismail, 2008 :81).

Prosedur yang bisa dikembangkan dalam penerapan metode index card match

1. Beri setiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori.

2. Perintahkan siswa untuk berkeliling raungan dan menari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama. (Anda dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa menemukannya sendiri). 3. Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk

menawarkan diri kepada siswa lain

4. Ketika tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut anda penting

Variasi yang bisa dikembangkan dalam penenarapan metode index card match:

1. Perintahkan tiap kelompok untuk membaut presentasi pengajaran tentang Kategorinya

2. Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berikan tiap tim satu dus kartu. Pastikan bahwa mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka tidak jelas dimana letaknya. Perintahkan tiap tim untuk memilah-milah kartu menjadi sejumlah kategori. Tiap tim bisa

mendapatkan skor untuk jumlah kartu yang dipilih dengan benar (Muttaqin: 2004: 179-180).

Manfaat yang bisa di dapat ketika menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode index card match adalah guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdependence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah (Abdurrahman, 2003: 121).

Selain itu kelebihan menggunakan metode index card match adalah 1. Peserta didik belajar untuk selalu mengambil inisiatif sendiri dalam segala

tugas yang diberikan oleh guru.

2. Dapat memupuk rasa tanggung jawab, karena dari hasil-hasil yang dikeijakan dipertanggungjawabkan didepan guru

3. Mendorong peserta didik supaya berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan.

4. Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan siswa.

5. Hasil belajar akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik.

6. Waktu yang digunakan tidak hanya sebatas jam-jam pelajaran di sekolah (Ramayulis, 2004: 295).

27

Dalam penerapan metode index card match oleh pendidik atau guru bisa dilihat dan dicermati berbagai indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan diantranya sebagai berikut: (Ismail, 2008: 50- 57).

INDIKATOR PROSES PENJELASAN 1. Pekerjaan Peserta Didik

(diungkapkan dengan bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)

PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berfikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri

2. Kegiatan Peserta Didik

(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri)

Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti tentang apa saja.

3. Ruang Kelas

(penuh pajangan hasil alat peraga sederhana buatan guru dan peserta didik)

Banyak yang dapat dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan strategis.

4. Penataan Meja Kursi

(Meja kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel)

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/teknik, misalnya, diskusi, atau aktivitas peserta didik secara individual.

5. Suasana Bebas

(peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau mengungkapkan pendapat)

Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.

6. Umpan Balik Guru

(Guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan)

Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi, dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal penyelesaian masalah.

7. Sudut Baca

(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didik)

Sudut baca di ruang kelas akan mendorong peserta didik gemar membaca. (Peserta didik didekatkan dengan buku-buku, jurnal, koran, dll)

8. Lingkungan Sekitar

(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran)

Sawah, lapangan, pohon, sungai. Kantor pos. puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran

C. Proses Pembelajaran Membaca Huruf hijaiyah dengan Metode Index Card Match

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode diharapkan tumbuh beberapa kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan denikian maka akan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksis ini dimana guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, proses interaksi ini akan beijalan dengan lancar apabila siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru, oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 1989: 76).

Jadi sorang pendidik atau guru itu tidak hanya mendidik yang berfungsi sebagai orang dewasa yang bertugas profesional memindahkan ilmu pengetahuan (transfer o f knowledge) atau penyalur pengetahuan (transmitter o f knowledge) yang dikuasai kepada anak didik, melainkan lebih dari itu sebagai penuntun, pendidik dan pembimbing dikalangan anak didik (Arifin, 1993: 193). Jadi disini pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

Di era kompetensi ada satu metode yang dikenal yang dapat menjadikan pembelajaran yang lebih berarti bagi peserta didik adalah metode pembelajaran index card match, pada pembelajaran membaca huruf hijaiyah

29

metode ini menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan selanjutnya mereka dapat membaca huruf hijaiyah karena proses keaktifan yang mereka lakukan bukan karena pendiktean yang dilakukan guru. Berikut penerapan metode Index Card Match pada pembelajaran membaca huruf hijaiyah.

Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan tindakan upaya Guru membuka pelajaran.

1. Guru menerangkan materi tentang huruf hijaiyah

2. Guru mengadakan tanya jawab

3. Guru menyuruh peserta didik untuk memilih kartu dan mencari pasangan kartunya

4. Guru menyuruh peserta didik untuk membaca dengan keras kartu pasangannya

5. Evaluasi 6. Penutup.

Dokumen terkait