• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Keseimbangan Lini

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 33-40)

Line Balancing atau penyeimbangan lini adalah suatu lini produksi yang

terdiri dari urutan-urutan pengerjaan suatu rakitan dimana dikerjakan oleh manusia. Adapun ciri-ciri dari penggunaan keseimbangan lini didalam perusahaan adalah permintaan (demand) produk tinggi atau menangah, produk yang dihasilkan identik atau sama, dan keseluruhan kerja pembuatan produk (assembly) dapat dibagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Tujuan utama dari line balancing ini adalah untuk meminimasi waktu menganggur di setiap stasiun kerja dan mencapai suatu efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja.

Dalam menyeimbangkan suatu lini produksi terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode heuristic. Model heuristic ini menggunakan aturan-aturan yang logis dalam memecahkan masalah. Inti dari pendekatan secara heuristic ini adalah untuk mengaplikasikan kegiatan yang dapat mengurangi bentuk permasalahan secara efektif, sehingga model ini dirancang untuk menghasilkan strategi yang relative baik dengan dengan mengacu pada batasan-batasan tertentu. Model heuristic ini banyak digunakan dalam masalah yang berkaitan dengan keseimbangan lini produksi. Kriteria pokok pendekatan dengan metode ini adalah pemecahan yang lebih baik dan lebih cepat. Berikuti ini adalah beberapa metode

heuristic yang umum dikenal dalam menyelesaikan masalah keseimbangan lini, yaitu :

2.12.1. Metode Largest Candidate Rule

Menurut Mikell P. Groover dalam buku “Automation, Production

Systems, and Computer-Integrated Manufacturing” (2001, p535), merupakan

metode yang paling sederhana. Adapun prosedur tersebut secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mengurutkan work element berdasarkan waktu operasinya dari yang terbesar sampai yang terkecil.

2. Melakukan penugasan untuk setiap stasiun kerja dimulai dari daftar teratas pada urutan yang telah ditentukan pada langkah pertama. Penugasan dilakukan dengan memperhitungkan waktu operasi tiap elemen apakah melebihi waktu maksimum stasiun kerja atau tidak. Jika melebihi, maka penugasan dilakukan pada stasiun kerja selanjutnya, serta memperhitungkan urutan operasi sebelumnya.

3. Apabila telah menemukan work element, maka pengurutan dilakukan dari daftar paling atas lagi.

4. Jika tidak ada work element yang bisa dilakukan penugasan pada statiun kerja tersebut, maka dapat dilanjutkan ke stasiun kerja selanjutnya.

5. Ulangi langkah 2 dan 3 tersebut sampai semua work element memperoleh penugasan.

6. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya.

Idle = CTR – STk

CTR = STk terbesar

7. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu siklus revisi).

8. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

9. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur. 10. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.2. Metode Killbridge & Wester

Menurut Elsayed dalam buku “Analysis and Control of Production

Systems” (1994, p353), prosedur pengelompokkan operasi menurut metode yang

dikemukakan oleh Kilbridge-Wester adalah sebagai berikut :

1. Lakukan pembagian region atau kolom pada precedence diagram.

2. Urutkan work element berdasarkan kolom, apabila dalam satu kolom terdapat lebih dari satu work element, maka pengurutan juga dilakukan berdasarkan waktu operasi terbesar.

3. Melakukan penugasan untuk setiap stasiun kerja dimulai dari daftar teratas pada urutan yang telah ditentukan pada langkah kedua. Penugasan dilakukan dengan memperhitungkan waktu operasi tiap elemen apakah melebihi waktu maksimum stasiun kerja atau tidak. Jika melebihi, maka penugasan dilakukan pada stasiun kerja selanjutnya, serta memperhitungkan urutan operasi sebelumnya.

4. Apabila telah menemukan work element, maka pengurutann dilakukan dari daftar paling atas lagi.

5. Jika tidak ada work element yang bisa dilakukan penugasan pada statiun kerja tersebut, maka dapat dilanjutkan ke stasiun kerja selanjutnya.

6. Ulangi langkah 3 dan 4 tersebut sampai semua work element memperoleh penugasan.

7. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya.

Idle = CTR – STk

CTR = STk terbesar

8. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu siklus revisi).

9. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

10. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur. 11. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.3. Metode Ranked Positional Weights (RPW)

RPW merupakan salah satu teknik heuristik yang diperkenalkan oleh

Helgeson & Bernie. Pada metode ini, nilai ranked positional weight dihitung dari

waktu proses masing-masing operasi yang mengikutinya (Elsayed, 1994, p360). Adapun prosedur tersebut secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembuatan precedence diagram.

2. Tentukan bobot dan operasi yang mendahului.

¾ Tentukan bobot posisi untuk setiap elemen pekerjaan dari suatu operasi dengan memperhatikan precedence diagram.

Cara penentuan bobotnya adalah sebagai berikut:

Bobot operasi i = Waktu proses operasi i + Waktu proses operasi berikutnya ¾ Urutkan elemen operasi berdasarkan bobot posisi yang telah didapat. Pengurutan

dimulai dari elemen operasi yang memiliki bobot posisi yang terbesar. 3. Tentukan waktu siklus

hari per produksi Jumlah lini jumlah x hari per efektif kerja Jam CT = (satuan = menit) Jika ada hari per produksi Jumlah lini jumlah x hari per efektif kerja Jam

Wbmaks > maka CT =Wbmaks

CT Wb Σ

k= i

5. Tentukan waktu maksimum dari waktu stasiun kerja

k Wb W i maks =

Jika k Wb Wb i i>

maka Wbi maks W =

Dimana : Wmaks = Waktu maksimum dari stasiun kerja Wbi = Waktu baku setiap elemen

k = Jumlah stasiun kerja

6. Melakukan penugasan untuk menentukan stasiun kerja

¾ Jika pada setiap stasiun kerja terdapat waktu yang berlebihan (waktu tiap stasiun kerja > waktu maksimum seharusnya), maka penugasan setiap stasiun kerja dilakukan dengan waktu yang tidak melebihi Wmaks.

7. Apabila penugasan dengan waktu tiap stasiun kerja (STk) masih melebihi Wmaks juga, maka buat penugasan dengan jumlah stasiun kerja (k) lebih besar daripada k yang telah dihitung sebelumnya.

8. Ulangi lagi langkah diatas sampai seluruh elemen pekerjaan telah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.

9. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya

Idle = CTR – STk

10. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu siklus revisi).

11. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

12. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur 13. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.4. Metode Moodie Young

Langkah penugasan pekerjaan pada stasiun kerja dengan menggunakan metode ini berbeda pada urutan prioritas pembebanan pekerjaan. Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode pembebanan berurut ini adalah sebagai berikut:

1. Hitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi terbesar itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.

2. Buat matriks operasi pendahulu (P) dan operasi pengikut (F) untuk tiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakitan.

3. Perhatikan baris di matriks kegiatan pendahuluan P yang semuanya terdiri dari angka 0, dan bebankan elemen pekerjaan terbesar yang mungkin terjadi, jika ada lebih dari 1 baris yang dimiliki seluruh elemen sama dengan nol.

4. Perhatikan nomor elemen dibaris matriks kegiatan pengikut F yang bersesuaian dengan elemen yang telah ditugaskan.

5. Lanjutkan penugasan elemen-elemen pekerjaan itu pada tiap stasiun kerja dengan ketentuan bahwa waktu total operasi tidak melebihi waktu siklus.

7. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur 8. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.5. Metode J-Wagon

Metode heuristic ini mengutamakan jumlah elemen kerja yang terbanyak, dimana elemen kerja tersebut akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja lain yang memiliki jumlah elemen kerja yang lebih sedikit (Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano , 1995, p407). Apabila terdapat dua elemen kerja yang memiliki nilai bobot yang sama, maka prioritas akan diberikan kepada elemen kerja yang memiliki waktu pengerjaan lebih besar. Sedangkan prosedur selanjutnya, sama dengan metode

Helgesson-Birnie (Ranked Positional Weight), hanya saja dalam menentukan bobot

yang dihitung adalah jumlah operasi (bukan waktu operasi).

Bobot (J-Wagon) = jumlah proses operasi-operasi yang bergantung pada operasi tersebut.

Gambar 2.4 Contoh Precedence Diagram J-Wagon Keterangan :

ƒ bobot untuk operasi 4 adalah 0

ƒ bobot untuk operasi 3 adalah 1 yaitu operasi 4 ƒ bobot untuk operasi 2 adalah 2 yaitu operasi 3 dan 4 ƒ bobot untuk operasi 1 adalah 2 yaitu operasi 3 dan 4

2.12.6. Metode Reserved Ranked Positional Weights

Sebelum masuk ke metode Reverse RPW, kita harus mengenal Metode RPW terlebih dahulu (David D. Bedworth dan James E. Bale, 1987, p364). Cara penentuan bobot dari precedence diagram dimulai dari proses akhir. Bobot RPW = waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasi-operasi yang mengikutinya.

Pengelompokkan operasi ke dalam stasiun kerja dilakukan berdasarkan urutan RPW (dari yang terbesar) dan juga memperhatikan pembatas berupa waktu siklus dan elemen pendahulunya. Metode Heuristic ini mengutamakan waktu elemen kerja yang terpanjang, dimana elemen kerja ini akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja yang lain yang memiliki waktu elemen yang lebih rendah. Proses ini dilakukan dengan memberikan bobot. Bobot ini diberikan pada setiap elemen kerja dengan memperhatikan diagram precedence. Dengan sendirinya elemen pekerjaan yang memiliki ketergantungan yang besar akan memiliki bobot yang semakin besar pula, dengan kata lain akan lebih diprioritaskan.

Metode Reversed RPW memiliki cara pengerjaan yang hampir sama dengan metode RPW. Hanya saja pengerjaannya dibalik. Metode ini memberikan prioritas bagi operasi-operasi kerja yang lebih lama berada di lintasan lini.

2.13. Sistem Informasi

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 33-40)

Dokumen terkait