• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis penelitian ini adalah case control study dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien klinik Ortodonsia dan Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), FKG USU yang memakai piranti ortodonti cekat dan yang tidak memakai piranti ortodonti. Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara accidental sampling

technique dan didapat 64 sampel

berdasarkan rumus perhitungan sampel yang terdiri atas 32 orang kelompok kasus dan 32 orang kelompok kontrol. Seluruh sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi : untuk kelompok kasus ; pemakai piranti ortodonti cekat, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford. Untuk kelompok kontrol ; tidak memakai piranti ortodonti, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi Ramford.

Seluruh sampel ini diberi pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner. Setelah itu, sampel dilakukan pemeriksaan klinis dengan Indeks gingiva, Oral Higiene Index-Simplified (OHIS), Indeks plak, Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks resesi gingiva, dan Indeks hiperplasia gingiva. Skor plak dan skor gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks plak dan indeks gingiva

Loe&Sillness. Skor OHIS dihitung

menggunakan kriteria indeks OHIS

Greene&Vermillion. Skor IPPD dihitung

dengan menggunakan kriteria indeks IPPD

Saxer&Muhlemann. Skor resesi gingiva

dihitung dengan menggunakan kriteria indeks Resesi Gingiva Miller.Jr. Skor

hiperplasia gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks hiperplasia gingiva Seymour.

Data yang diperoleh dianalisis

dengan cara non parametrik menggunakan uji-T dan uji Mann Whitney

untuk melihat perbedaan kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat di klinik ortodonsia RSGM, FKG, USU. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P<0,05

HASIL

Data demografis sampel pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat dapat dilihat pada tabel 1.

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah (%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 2 12 18 0 6,3 37,5 56,3 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1 1 16 14 3,1 3,1 50,0 43,8 2. Frekuensi menyikat gigi

Kasus 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari Tidak tentu 2 17 10 3 6,3 53,1 31,3 9,4 Kontrol 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari Tidak tentu 0 25 6 1 0 78,1 18,8 3,1 3. Frekuensi mengganti sikat gigi

Kasus 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 13 10 9 40,6 31,3 28,1 Kontrol 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 12 2 18 37,5 6,3 56,3 4. Alat bantu pembersih gigi yang digunakan

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Tidak ada 12 2 18 37,5 6,3 56,3 Kontrol Sikat gigi interdental

Dental floss Tidak ada 0 0 100 0 0 100 5. Menerima pembersihan karang gigi Kasus Pernah Rutin Tidak pernah 23 4 5 71,9 12,5 15,6 Kontrol Pernah Rutin Tidak pernah 7 0 25 21,9 0 78,1 6. Menggunakan obat kumur Kasus Ada Tidak ada 13 19 40,6 59,4 Kontrol Ada Tidak ada 10 22 31,3 68,8

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara garis besar kelompok kasus yang melakukan prosedur menyikat gigi terbanyak terdapat pada waktu sehabis makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%). Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu

pembersih gigi (sikat gigi interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga didapat frekuensi yang lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang (100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat gigi 2 kali sehari. Gambar 1. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

Gambar 2. Prevalensi gingivitis pada kelompok kasus

Gambar 3. Prevalensi gingivitis pada kelompok kontrol

Dari gambar 2 dan gambar 3 diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Gambar 4. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 4 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok kasus pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik.

PEMBAHASAN

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Tetapi, ada sebagian dari kelompok kasus dan kontrol tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari. Pada pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima pembersihan karang gigi yang lebih banyak juga terdapat pada kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena kelompok kasus sering mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan perawatan pembersihan karang gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel baik kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat maupun pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat Gingivitis Tidak gingivitis Gingivitis Tidak gingivitis

menderita gingivitis ringan. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing indeks.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi mereka untuk dilakukan perawatan gigi sehingga kebersihan higiena oral mereka lebih baik. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan indeks gingiva pasien juga bertambah baik. 9 Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.10

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling

sedangkan pasien kasus adalah

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk yang menyatakan bahwa perawatan

ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak dental apabila pasien memiliki higiena oral yang baik.

9

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan alat bantu pembersih gigi.

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Hal ini terjadi karena tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat menyebabkan terjadi perubahan pada gingiva yang mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

12

4,5 Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan 93,8% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang menyatakan bahwa tidak ada destruksi

pada struktur periodontal yang signifikan pada pasien dengan perawatan ortodonti.

12

13

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Disarankan untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran tentang cara menjaga higiena oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat, dapat dilakukan dengan program pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti ortodonti cekat. Program ini dapat mencegah timbul dan berkembangnya inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal. Selain itu, disarankan agar sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jumlah sampel diperbanyak agar penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang lebih signifikan tentang hubungan

piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.

DAFTAR PUSTAKA

29.Bhalajhi SI. Fixed Appliance : Orthodontics The Art and Science. 4th

30.Nasir N, Ali S, Bashir U, Ullah A. Effect of orthodontic treatment on periodontal health. Pakistan oral & Dent J June 2011; 31(1): 111-4.

Ed, Tahun : 319 – 28.

31.Travess H, Harry DR, Sandy J. Orthodontics.Part 6: Risks in

Orthodontic treatment. Bri Dent J

2004; 196(2): 71-7.

32.Yenni YB. Pengaruh perawatan ortodonti cekat terhadap anak

biologis jaringan periodontal.

Tahun 2002.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2002: 19-26.

33.Mulyani. Biomekanik Dalam

ortodonti. 1997 : 8-10.

34.Bathla S.

Periodontics-Orthodontics : Periodontics

revisited: 437.

35.Dr.Micheal Guy. Orthodontic

Treatment for Children.

36.Cernochova P, Augustin P,

Fassmann A. Occurrence of

periodontal pathogens in patients treated with fixed orthodontic

appliances. Scripta Medica

(BRNO) June 2008; 81(2): 85-96.

37.Bue AM, dkk. Microbiological and clinical periodontal effects of fixed orthodontic appliances in pediatric

patients. New microbiologica

2008; 31: 299-302.

38.Belem A, Scombatti SL, Taba M et

a., Control of gingival

inflammation in a teenager population using ultrasonic

prophylaxis. Braz Dent J 2004;

15(1): 41-5.

39.Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW et al. The effects of orthodontic therapy on periodontal health : a systemic review of controlled

evidence. The journal of the

American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

40.Sheibaninia A, Sahhiri MA, dkk. Determining the relationship between the application of fixed appliances and periodontal

conditions. African J Biotech

2011; 10(72) : 16347-50.

41. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and complications in Orthodontic

Treatment. Hong Kong Dent J

2006; 3: 15-22.

42.Newman MJ. Classification of Diseases and Conditions Affecting The Periodontium. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza.

Carranza’s Clinical

Periodontology. 11th Ed, 2012: 34-54.

Dokumen terkait