• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Periodontal Akibat Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat Pada Pasien Di Klinik Ortodonti Rsgm Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kondisi Periodontal Akibat Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat Pada Pasien Di Klinik Ortodonti Rsgm Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI PERIODONTAL AKIBAT PEMAKAIAN

PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA PASIEN DI

KLINIK ORTODONTI RSGM FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

NUR ADILA BINTI YAHYA NIM : 080600170

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2013

Nur Adila Binti Yahya

Penelitian kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat pada

pasien di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera

Utara.

Ix + 38 Halaman

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan

tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat

menyebabkan komplikasi karena terjadinya kesukaran dalam penjagaan higiena oral.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasi dengan rancangan

penelitian Cross-sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 64

orang yang diperoleh dari klinik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan

pasien klinik periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Sampel terdiri dari pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang

dan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang.

Pembentukan plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang

menghambat oral higine dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan

debris sekaligus meningkatkan jumlah mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi

periodontal dan untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian

(3)

Data yang diambil diuji dengan Uji-T dan Uji Mann-Whitney. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti

ortodonti cekat dengan kondisi periodontal. Hasil ini tidak bermakna secara statistik.

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada pasien yang memakai piranti ortodonti

cekat lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti

cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi

periodontal pasien namun terdapat perbedaan keparahan hiperplasia gingiva antara

pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai

piranti ortodonti cekat. Keparahan hiperplasia gingiva pasien yang memakai piranti

ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak memakai piranti

ortodonti cekat. Program tentang penjagaan kebersihan rongga mulut yang benar

selama pemakaian piranti ortodonti cekat yang sifatnya pencegahan dapat membantu

dalam menjaga kesehatan gingiva dan mencegah timbul serta berkembangnya

inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal.

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2013

Nur Adila Binti Yahya

Evaluation on correlation of fixed orthodontic appliance with periodontal

conditions on patients in Orthodontic clinic (RSGM) of Dentistry Faculty, University

of North Sumatera.

IX + 38 pages

Fixed orthodontic appliance is an appliance that is fixed on teeth that cannot

be opened by patients. Fixed orthodontic appliance may cause many oral

complications due to the difficulities in maintaining good oral hygiene. Plaque is

formed with the appliance of fixed orthodontic appliance which obstruct the

maintaince of oral hygiene, by forming a new retention area for plaque and debris

which directly increases the number of microbes. The aim of this study is to evaluate

the correlation of patients with fixed orthodontic appliance with periodontal

conditions and also to determine the prevelance of gingivitis patients which uses

fixed orthodontic appliance in Dentistry Faculty, University of North Sumatera.

The type of study that was used is analytic observation with Cross-sectional.

Total sample in this study was 64 clinical patients from the department of

Orthodontic Rumah Sakit Gigi dan Mulut and clinical patients from the department of

(5)

32 patients which used fixed orthodontic appliance and another 32 patients which

doesn’t use fixed orthodontic appliance.

The data was then tested using T-test and Mann-Whitney test. Result from

this study shows that there are no correlation between patients with fixed orthodontic

appliance with periodontal condition. This result was not significant statistically.

Mean of Gingiva Hyperplasia Index on patients with fixed orthodontic appliances

was higher than patients without fixed orthodontic appliance. These differences was

statistically significant.

The conclusion of this study was there are no correlations between the usage

of fixed orthodontic appliances with periodontal condition on patients, but there was

a difference in the degree of severity in gingival hyperplasia between patients with

fixed orthodontic appliance and patients without fixed orthodontic appliance. The

degree of gingival hyperplasia severity was higher on patients which used fixed

orthodontic appliance compared to those who did not. Programs on maintaining good

oral hygiene while using fixed orthodontic appliances should be taught as a

prevention measure in maintaining healthy gingival and prevents gingival

inflammation until the risk of periodontal disease can be reduced. References : 26 (

(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………

HALAMAN PERSETUJUAN………..

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………

KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR GAMBAR ……… vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………. 3

1.4 Manfaat Penelitian ……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pesawat Ortodonti Cekat ………. 4

2.2 Definisi Gingivitis ………. 5

2.3 Resesi Gingiva ……….. 5

2.4 Hiperplasia Gingiva ……….. 5

2.5 Faktor-Faktor Terjadi Gingivitis ……….. 6

2.6 Mekanisme Terjadinya Gingivitis Pada Pasien Yang Memakai Pesawat Ortodonti Cekat ……….. 9

2.7 Kerangka Teori ………. 11

2.8 Kerangka Konsep ……….. 12

(7)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ……… 13

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 13

3.2.1 Tempat ……… 13

3.2.2 Waktu Penelitian ……… 13

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ………. 13

3.3.1 Populasi ……….. 13

3.3.2 Sampel ……… 14

3.3.3 Besar Sampel ……….. 15

3.4 Definisi Operasional ……….. 16

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ………. 22

3.5.1 Alat Penelitian ……… 22

3.5.2 Bahan Penelitian ………. 22

3.6 Prosedur Penelitian ………. 22

3.7 Analisa Data ……….. 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel ……… 24

4.2 Perbedaan Rata-Rata Dan Standard Deviasi Indeks Gingiva, Indeks plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva, Indeks Hiperplasia Gingiva ……….. 27

4.3 Prevalensi Gingivitis...………. 28

4.4 Tingkat Keparahan gingivitis ………. 29

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 34

DAFTAR PUSTAKA ……….. 35

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Kriteria Skor Indeks Gingiva ………. 17

2 Level kebersihan oral dari debris yang melekat dan level higiene oral.. 19

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skor hiperplasia indeks (HI) ……….. 22

2 Perbedaan Rata-Rata Dan Standard Deviasi Indeks Gingiva, Indeks plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva, Indeks Hiperplasia Gingiva ……….. 27

3 Prevalensi Gingivitis pada kelompok kasus ……… 28

4 Prevalensi Gingivitis pada kelompok kontrol …...………. 28

(10)

KONDISI PERIODONTAL AKIBAT PEMAKAIAN PIRANTI

ORTODONTI CEKAT PADA PASIEN DI KLINIK ORTODONTI

RSGM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

(PERIODONTAL CONDITION DUE TO THE USE OF FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE ON PATIENT IN ORTHODONTIC CLINIC RSGM OF DENTISTRY

FACULTY, UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA)

Nur Adila, Irma Ervina

Departement of Periodontia

Faculty of Dentistry University of Sumatera Utara Jl. Alumni no.2 Kampus USU Medan 20155

Telp. 061 8216131, Fax. 061 8213421 Email. Nuradila89@yahoo.com

_____________________________________________________________________________________

Abstract

Fixed orthodontic appliance is an appliance that is fixed on teeth that cannot be opened by patients. Fixed orthodontic appliance may cause many oral complications due to the difficulities in maintaining good oral hygiene. Plaque is formed with the appliance of fixed orthodontic appliance which obstruct the maintaince of oral hygiene, by forming a new retention area for plaque and debris which directly increases the number of microbes. The aim of this study is to evaluate the correlation of patients with fixed orthodontic appliance with periodontal conditions in Dentistry Faculty (FKG), University of North Sumatera (USU). The type of study that was used is analytic observation with Cross-sectional design. Total sample in this study was 64 clinical patients from the clinic of Orthodontic and clinic of Periodontia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), FKG, USU were selected with accidental sampling technique. The sample consists of 32 patients which used fixed orthodontic appliance and another 32 patients which doesn’t use fixed orthodontic appliance. Clinical examinations on the samples was done using the Gingival Index, Oral Hygiene-Simplified Index (OHIS), Plaque Index, Papilla Bleeding Modified Index, Gingival Recession Index and Gingival Hyperplasia Index. The result of this research showed that the increase of the index was only in gingival hyperplasia index which is case group is higher than the control group. Based on research conducted can be concluded that there is no relationship between the use of fixed orthodontic appliances with periodontal conditions in patients but there is a statistically meaningful differences in the severity of hyperplasia of the gingiva between groups who wear fixed orthodontic appliance with the group who doesn’t wear orthodontic appliance.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan

tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Perawatan ortodonti merupakan suatu

perawatan bertujuan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis

seseorang.

Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan komplikasi pada

gingiva karena terjadinya kesukaran dalam penjagaan higiena oral. 1

2

Pembentukan

plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang menghambat higiena oral

dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan debris sekaligus

meningkatkan jumlah mikroba.

Selain itu, akibat tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti

cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva. Kekuatan tekanan yang memberikan

respon biologis dari struktur jaringan pendukung gigi adalah kekuatan yang tidak

melebihi tekanan pembuluh darah kapiler yaitu 20-26 gr/cm 3

2

. Gingiva akan

beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah tetapi kemampuannya beradaptasi

tidak sama pada setiap orang.

Respon jaringan periodontal terhadap kekuatan yang diberikan tergantung dari

besar kekuatan. Kekuatan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrosis elemen

seluler dalam ligamen periodontal dan terjadinya undermining resorption atau

(12)

akibat kekuatan ortodonti yang besar akan menyebabkan gigi bergerak dari soketnya

dan jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak sehingga jaringan gingiva akan

berubah sesuai dengan kekuatan yang diterimanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva

berwarna merah dan odematus.

Piranti ortodonti cekat ini juga mempunyai kelebihan setelah selesai

perawatan yaitu dapat mengurangi daerah retensi plak. Hal ini terjadi karena gigi

yang tersusun rapi lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan gigi yang berjejal.

Dengan mudahnya gigi tersebut dibersihkan maka dapat mengurangi penumpukan

sisa-sisa makanan sekaligus mengurangi daerah retensi plak. 4,5

Menurut penelitian Lee dkk., terdapat peningkatan bakteri oral Treponema

denticola dan Tannarelle forystensis yang signifikan pada pasien dewasa yang

menderita gingivitis dan memakai piranti ortodonti cekat. Pada penderita gingivitis,

telah ditemukan sejumlah mikroba, diantaranya adalah Actinomyces species,

Streptococcus species, Veillonella species, Treponema denticola, Prevotella

intermedia, dan Fusobacterium nucleatum. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi terjadinya patogen periodontal pada pasien yang dirawat dengan piranti

ortodonti cekat.

6,7

1.2Perumusan Masalah

8

Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1.Apakah ada hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan

(13)

2.Berapakah prevalensi penderita gingivitis pada pemakai piranti ortodonti

cekat di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera

Utara?

1.3Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat

dengan kondisi periodontal.

2.Untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian piranti

ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

1.4Manfaat penelitian

1.Memberikan informasi kepada pemakai piranti ortodonti cekat tentang

peningkatan risiko menderita gingivitis.

2.Meningkatkan kesadaran tentang penjagaan higiena oral yang baik pada

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan untuk memperbaiki fungsi

mastikasi, bicara dan estetis seseorang, tetapi perawatan ortodonti dapat juga

menyebabkan komplikasi karena terjadinya kesukaran di dalam penjagaan higiena

oral.9 Piranti ortodonti cekat dapat membentuk daerah retensi yang baru bagi plak

maupun debris dan juga meningkatkan jumlah mikroba sehingga akumulasi plak

dalam rongga mulut meningkat.10 Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi

gingivitis meningkat pada pemakai piranti ortodonti cekat.

2.1 Definisi piranti ortodonti cekat.

11

Piranti ortodonti cekat merupakan suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi

dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Piranti ortodonti cekat ini mampu

menggerakkan gigi dengan beberapa macam gerakan seperti rotasi, tiping, intrusi,

ekstrusi dan juga dapat menggerakkan akar gigi. Oleh karena itu, piranti ortodonti

cekat dapat digunakan untuk merawat maloklusi. Kekurangan dalam pemakaian

ortodonti cekat ini adalah penjagaan higiena oral menjadi lebih sukar. Plak dan debris

makanan cenderung untuk berakumulasi diantara perlekatan piranti dengan gigi

sehingga semakin sukar untuk pasien membersihkan gigi. Hal tersebut memicu

(15)

2.2 Definisi Gingivitis

Gingivitis merupakan suatu kondisi inflamasi pada jaringan ikat disekeliling

gigi ataupun gingiva yang belum melibatkan destruksi struktur periodontal

pendukung yaitu ligamen periodontal,tulang alveolar, dan sementum.

2.3 Resesi Gingiva

13

Resesi gingiva pada satu gigi atau beberapa gigi sering menjadi suatu

permasalahan umum. Gingiva yang mengalami resesi mungkin terinflamasi atau

bebas dari penyakit tergantung ada atau tidak iritasi lokal yang bisa menyebabkan

resesi gingiva. Terdapat banyak faktor etiologi terjadinya resesi gingiva antaranya

adalah kesalahan di dalam prosedur menyikat gigi, malposisi gigi, inflamasi gingiva

dan pelekatan frenulum yang abnormal. Resesi gingiva terjadi pada gigi yang berada

dalam posisi labio versi dan pada gigi yang mengalami rotasi atau miring sehingga

menyebabkan akar gigi tersebut mengarah ke arah labial. Gigitan terbuka anterior

juga meningkatkan prevalensi resesi gingiva. Resesi gingiva bisa terjadi sewaktu

berada dalam fase transisi erupsi gigi atau dalam perawatan ortodonti dan akan

terkoreksi dengan sendirinya jika gigi sudah berada dalam susunan yang benar.

Resesi pada interproksimal gingiva menyebabkan masalah dalam penjagaan higiena

oral sehingga menyebabkan akumulasi plak terjadi.

2.4 Hiperplasia Gingiva

13

Hiperplasia Gingiva atau pembesaran gingiva merupakan akibat dari

perubahan inflamasi gingiva kronis maupun akut. Inflamasi gingiva kronis pada

(16)

pada margin gingiva gigi yang terlibat. Penggembungan tersebut bisa membesar

sehingga bisa menutup sebagian dari mahkota gigi. Pembesaran gingiva tersebut bisa

secara lokalisata atau generalisata dan akan berkembang secara perlahan dan tanpa

rasa sakit kecuali disebabkan oleh infeksi akut atau trauma. Pembesaran inflamasi

kronis gingiva adalah disebabkan karena pemaparan yang panjang terhadap plak

dental. Faktor yang mendukung akumulasi dan retensi plak adalah termasuk higiena

oral yang buruk disebabkan oleh restorasi yang tidak benar dan pemakaian piranti

ortodonti sewaktu perawatan ortodonti.

2.5 Faktor-faktor terjadinya gingivitis

13

Gingivitis merupakan reaksi inflamasi yang paling umum pada gingiva yang

disebabkan oleh kolonisasi bakteri plak pada permukaan gigi dan invasi

mikroorganisme ke dalam sulkus gingiva. Kondisi gingiva yang sudah mengalami

gingivitis adalah oedematous, konsistensinya lunak dan mudah berdarah apabila

diprobing.14

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat

antara insiden terjadinya gingivitis dengan higiena oral. Perubahan inflamasi pada

margin gingiva disebabkan oleh akumulasi bakteri periodontopathogenic pada

permukaan gigi. Kebanyakan individu secara klinis menghasilkan gingivitis setelah

10-21 hari pertumbuhan biofilm bakteri secara terus menerus. Jika dalam tempo

waktu tersebut bakteri biofilm disingkirkan dan kontrol plak secara efektif

dilaksanakan maka inflamasi gingiva tidak akan terjadi.

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya gingivitis yaitu oral

higiene yang jelek, kebiasaan merokok, infeksi, konsumsi obat-obatan, perubahan

hormonal, kekurangan nutrisi dan penyakit sistemik.

(17)

Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke

permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut. Proses pembentukan

plak dibagi atas tiga tahap yaitu:

i.Pembentukan pelikel dental

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari

pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi ( cekat

maupun lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari

saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan

debris.

Komponen khas pelikel pada berbagai daerah adalah bervariasi komposisinya.

Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk ( dua jam) menunjukkan

bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal mana berarti

bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.

Mekanisme yang terlibat dalam pembentukan pelikel enamel adalah tekanan

elektrostatis, tekanan van der waals, dan tekanan hidrofobik. Permukaan

hidroksiapatit didominasi oleh grup fosfat yang bermuatan listrik negatif yang

secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan komponen makromolekul

saliva dan cairan sulkular yang bermuatan listrik positif. 16

Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif yang bertindak sebagai

pelumas permukaan dan mencegah desikasi ( pengeringan) jaringan. Selain itu,

pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat. 16

ii.Kolonisasi awal dan perlekatan bakteri pada permukaan gigi.

(18)

Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri

yang pertama sekali mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah

didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif seperti Actinomyces

viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel

dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan

bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Sebagai

contoh, sel-sel Actinomyces viscosus memiliki struktur protein yang fibrous yang

dinamakan fimbria yang menjulur dari permukaan sel bakteri. Adhesin protein pada

fimbria tersebut berikatan dengan protein kaya-prolin yang terdapat pada plak

dental sehingga terjadi perlekatan sel bakteri ke permukaan gigi yang dibalut

pelikel.

Massa plak kemudian mengalami permatangan bersamaan dengan

pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan

spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm,

yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif

gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan

adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif. 16

iii.Kolonisasi sekunder dan pematangan plak 16

Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai

pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Provotella intermedia,

Provotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan

(19)

Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam

massa plak. Proses perlekatannya adan berupa interaksi stereokemikal yang sangat

spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan

sel bakteri dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan hidrofobik,

tekanan elektrostatis dan tekanan van der waals.

Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke

bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi pengkoloni sekunder

ke bakteri pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan

Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus dan

Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus. Pada stadium akhir

pembentukan plak yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif,

misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas

gingivalis.

16

2.6 Mekanisme terjadinya gingivitis pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat.

16

Menurut penelitian Sheibanina A, Saghiri MA, dkk, penyakit periodontal

merupakan kompromi sejumlah inflamasi dan proses degeneratif struktur pendukung

periodontal termasuk gingivitis, resesi gingiva, perdarahan gingiva dan hiperplasia

gingiva25

Menurut penelitian Naranjo dkk, pemakaian piranti ortodonti cekat

(20)

mikroflora aerob menjadi mikroflora anaerob yang membahayakan integritas jaringan

lunak dan keras. Dalam penelitian klinis, peningkatan insiden lesi dan gingivitis

generalisata ditemukan pada pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonti

cekat.

Penelitian Hagg dkk dan Boyd dkk menunjukkan bahwa perubahan ekologi

dalam mikrobiota oral berpengaruh terhadap komposisi, aktivitas metabolik dan

patogenitas biofilm dengan jumlah daerah retentif bagi plak yang tinggi dan kesulitan

di dalam menyingkirkan plak dan menjaga higiena oral. 17

Menurut penelitian Eliades dkk dan Anhoury dkk telah diobervasi bahwa

material dan permukaan piranti cekat dapat mempengaruhi perlekatan bakteri dan

kapasitas retensi plak.

17

Penelitian Hannig menunjukkan bahwa pembentukan pelikel terjadi dari

biopolimer saliva yang terabsorbasi setelah terpaparnya semua jaringan keras dan

lunak dalam rongga mulut. 17

Menurut penelitian Bussher dan Van der Mei dan Bos dkk menunjukkan

bahwa lapisan pertama ini terbentuk diantara permukaan gigi dengan kolonisasi

mikroorganisme.

17

17

Penelitian Liljemark dan Bloomduist menunjukkan bahwa kolonisasi awal

bakteri adalah pre-kondisi untuk pembentukan biofim yang matang. Jika plak/biofilm

tidak disingkirkan dalam waktu 72 jam, plak akan mengeras menjadi kalkulus dan

tidak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi dan flossing sehingga dapat

menyebabkan terjadinya gingivitis.

(21)

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan hubungan signifikan antara

keparahan penyakit periodontal dengan jumlah plak dental dan tahap oral higiene

dengan penyebab dan hubungan diantara pembentukan dan penumpukan plak dengan

pembentukan gingivitis.

2.7 Kerangka Teori

18-2

Pemakaian piranti ortodonti cekat

Sukar memelihara higiena oral

Akumulasi plak daerah retensi plak

Kolonisasi bakteri plak

Invasi bakteri ke daerah subgingiva

(22)

2.8 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis nol yaitu :

1. Tidak ada hubungan antara piranti ortodonti cekat dengan kondisi

periodontal.

Status periodontal :

- Indeks Plak

- Indeks Oral Higiene Simplified

(OHIS)

- Indeks Gingiva

- Indeks Perdarahan papila dimodifikasi

(IPPD)

- Indeks resesi gingiva

- Indeks hiperplasia gingiva Pemakai piranti ortodonti

(23)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross-sectional yaitu

kelompok kasus dan kelompok kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi

perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu

diobservasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara Medan

3.2.2 Waktu Penelitian

Agustus 2012 - Oktober 2012

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien klinik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan

Mulut (RSGM) dan pasien klinik periodonsia, FKG USU yang memakai piranti

(24)

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi.

Untuk kelompok kasus:

Kriteria inklusi:

1. Pemakai piranti ortodonti.

2. Berusia 15 – 30 tahun.

3. Harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford.

4. Laki-laki dan Perempuan

Kriteria eksklusi :

1. Perokok, alkoholik, dan penggunaan obat-obatan.

2. Penderita penyakit sistemik.

3. Memakai protesa.

4. Ibu hamil.

5. Menderita gingivitis sebelum pemakaian piranti ortodonti.

Untuk kelompok kontrol:

Kriteria inklusi:

1. Tidak memakai piranti ortodonti

2. Berusia 15 – 30 tahun.

3. Harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford.

(25)

Kriteria eksklusi:

1. Perokok, alkoholik, dan penggunaan obat-obatan.

2. Penderita penyakit sistemik.

3. Memakai protesa.

4. Ibu hamil.

3.3.3 Besar Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini,

penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

n1 = n2 = [Zα √(2PQ) + Zβ √ (P1Q1 + P2Q2)]

(P

2

1 – P2)

α = taraf signifikan 10% (arrow) =1,64 2

β = kekuatan uji 20 % (arrow) = 0,90

P1

P = (P

= proporsi kejadian unit yang diteliti

1 +P2

Za = α = 0,10 Za = 1,64 ) /2

ZB= β = 0,20 ZB

P

= 0,90

1

Q

= Proporsi gingivitis pada pemakai piranti ortodonti cekat = 0,80

1 = 1 – P1

P

= 0,20

2

= 0,50

(26)

Q2 = 1 – P2

P = P

= 0,50

1 + P

2 2

P = 0,80 + 0,50

2

= 0,65

Q = 1 – P = 0,35

n1 = n2 = [ 1,64 √(2 x 0,65 x 0,35) + 0.90 √ (0,8 x 0,2) + (0,5 x 0,5)]

( 0,80 – 0,50 )

2

=

2

[ 1,64( 0,675) + 0.90 ( 0,640)]

0,04

2

=

0,09 2.832

= 31.46 31

3.4 Definisi Operasional

a. Piranti ortodonti cekat adalah suatu pesawat ortodonti yang cekat pada gigi

dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien.

b. Gingivitis adalah suatu kondisi inflamasi jaringan ikat disekeliling gigi

ataupun gingiva yang belum melibatkan destruksi struktur pendukung. Kondisi

gingiva yang mengalami gingivitis adalah edematus, konsistensinya lunak dan mudah

berdarah apabila diprobing dengan lembut. 1

(27)

c. Indeks gingiva adalah indeks yang digunakan untuk menilai derajat

keparahan inflamasi. Indeks ini dikemukakan oleh Loe dan Silness. Pengukuran

dilakukan pada empat sisi gingiva gigi-geliga yang diperiksa yaitu: papila

distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular, dan tepi gingiva

oral.22

Kriteria penentuan skor indeks gingiva :

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna,

sedikit oedema, pada palpasi tidak terjadi perdarahan.

2 : Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat,

pada palpasi terjadi perdarahan.

3 : Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, odematous,

terjadi ulserasi, gingiva cenderung berdarah spontan.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari Indeks

Gingiva dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 1 : KRITERIA SKOR INDEKS GINGIVA

Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva

0,1 – 1,0 1,1 – 2,0 2,1 – 3,0

(28)

d. Indeks oral higine (OHIS) adalah indeks digunakan untuk mengukur

tingkat kebersihan gigi dengan mengukur indeks kalkulus dan indeks debris dan

kemudiannya dicampurkan untuk mendapatkan indeks oral higienenya. Indeks ini

telah dikemukakan oleh Greene dan Vermillion. 23,24

Indeks debris

0 : tidak ada debris atau stein. :

1 : ada debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya

stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan tidak memperhitungkan

perluasannya.

2 : adanya debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi belum

sampai 2/3 permukaan gigi.

3: adanya debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

0 : tidak dijumpai kalkulus. Indeks kalkulus :

1 : adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan

gigi.

2 : adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi belum

melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingival

sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya.

3 : adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

atau kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi atau kedua-duanya.

C.I.S / O.D.I.S = ____

(29)

Table 2 : LEVEL KEBERSIHAN ORAL DARI DEBRIS YANG MELEKAT DAN LEVEL HIGIENE ORAL

Level kebersihan oral dari

debris yang melekat.

Skor debris Level hygiene oral Skor OHI

Baik

Sedang

jelek

0,0 – 0,6

0,7 – 1,8

1,9 – 3,0

Baik

Sedang

Jelek

0,0 – 1-2

1,3 – 3,0

3,1 – 6,0

e. Indeks plak adalah indeks yang digunakan untuk memeriksa/ mengukur

ketebalan plak yang terdapat pada gigi. Indeks ini dikemukakan oleh Loe dan Silness.

Pemeriksaan dilakukan pada semua gigi. Lokasi untuk tiap gigi yang diperiksa adalah

: distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan oral.

Kriterianya adalah :

23

0 : tidak ada plak pada daerah gingiva.

1 : ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan

gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde

sepanjang permukaan gigi.

2 : penumpukan yang sedang dari deposit lunak di dalam saku dan tepi

gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan

mata telanjang.

(30)

3 : penumpukan plak yang banyak dari deposit lunak didalam saku dan/atau

pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

f. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) adalah indeks yang

digunakan untuk mengukur perdarahan gingiva. Indeks yang dipakai adalah indeks

perdarahan papilla dimodifikasi dari Saxer dan Muhlemann. Indeks ini didasarkan

pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan

dari arah vestibular ke col (lembah) sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. Dengan

tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan

prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar

dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang

akan diukur indeks perdarahannya.

Kriteria pemberian skor IPPD : 22

0 : tidak terjadi perdarahan.

1 : perdarahan berupa titik kecil.

2 : perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis.

3 : perdarahan menggenang di interdental.

Skor IPPD

Jumlah gigi yang diperiksa (6)

(31)

g. Indeks resesi gingiva yang dikemukakan oleh Miller Jr.. Resesi dibedakan

atas:

klas I = resesi pada tepi gingiva yang belum meluas ke batas mukosa-gingiva

dan belum ada kehilangan tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental. Resesi

bisa sempit atau lebar.

Klas II = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas

mukosa-gingiva, namun belum ada kehilangan tulang maupun kehilangan

jaringan lunak pada daerah interdental. Resesinya bisa sempit atau lebar.

Klas III = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas

mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang dan/atau kehilangan jaringan

lunak pada daerah interdental, atau adanya malposisi gigi yang ringan.

Klas IV = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas

mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah

pada daerah interdental, atau malposisi gigi yang berat.

h. Indeks hiperplasia gingiva digunakan sebagai parameter mengukur derajat

pembesaran gingiva. Menurut Seymour penentuannya dilihat dengan skor berikut :

0 = tidak ada pembesaran pada interdental papil ke permukaan gigi.

1 = sedikit pembesaran pada interdental papil, ujung papil tampak membulat.

2 = pembesaran sedang, papil mengembang meliputi bagian lateral yang

melintasi permukaan bukal. Pembesaran gingiva kurang dari separuh panjang

mahkota gigi.

3 = pembesaran papil yaitu pembesaran gingiva lebih dari separuh panjang

(32)

Gambar 1 : Skor hiperplasia indeks (HI)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

1. Prob periodontal (Kohler, Germany)

2. Kaca Mulut

3. Pinset

4. Sonde

5. Senter

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Handscoon disposable

2. Masker disposable

3. Kapas

4. Alkohol 70%

5. Betadin (Desinfektan)

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap pasien klinik ortodonti dan periodonsia yang

memakai piranti ortodonti cekat sebagai kasus dan yang tidak memakai piranti

(33)

Skema Alur Penelitian

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan.

Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuestioner.

Melakukan pemeriksaan klinis dengan Indeks gingiva, OHIS, Indeks plak, IPPD,

Indeks resesi gingiva, dan Indeks hyperplasia gingiva.

Pencatatan hasil pemeriksaan

Analisis data.

3.7 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program

SPSS versi 17. Ini adalah untuk memperlihatkan kondisi periodontal akibat

pemakaian piranti ortodonti cekat di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran

Gigi, Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan uji-T dan uji Mann Whitney.

Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika

(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 64 orang yang diperoleh

dari klnik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan pasien klinik

periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sampel terdiri

dari pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang dan pasien yang

tidak memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang.

4.1 Data Demografis Sampel Penelitian

(35)

Tabel 3. DATA DEMOGRAFIS SAMPEL PENELITIAN

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah

(%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1

6 bulan sekali Tidak tentu

6 bulan sekali Tidak tentu

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Kontrol Sikat gigi interdental

(36)

Dari tabel 3 di dapat bahwa secara garis besar kelompok kasus yang

melakukan prosedur menyikat gigi terbesar terdapat pada waktu sehabis makan dan

sebelum tidur yaitu sebesar 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol

terbesar pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%).

Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu pembersih gigi (sikat gigi

interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga

didapat frekuensi yang lebih tinggi pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%)

pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur

pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang

(100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada

prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak

yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebesar 13 orang

(40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat

(37)

4.2 Perbedaan rata-rata dan standar deviasi Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papilla Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva dan Indeks Hiperplasia Gingiva untuk kelompok kasus dan kontrol.

Gambar 2. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 2 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks

Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada

kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi

perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 2 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada

kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan

(38)

Dari gambar 2 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada

kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan

tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

4.3 Prevalensi Gingivitis

Perbandingan prevalensi gingivitis pada kelompok yang memakai piranti

ortodonti cekat dan pada kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat

disajikan pada gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3 : Prevalensi gingivitis pada Gambar 4 : Prevalensi gingivitis pada kelompok kasus kelompok kontrol

Dari gambar 3 dan gambar 4 diketahui bahwa prevalensi sampel yang

mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok

kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak

(39)

4.4 Tingkat Keparahan Gingivitis

Perbandingan tingkat keparahan gingivitis pada kelompok yang memakai

piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat

disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 5 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok

kasus adalah pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%)

sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada

gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik. 0

(40)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti

ortodonti cekat dengan kondisi periodontal dan untuk menentukan prevalensi

gingivitis pada pemakai piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Sumatera Utara. Sampel pada penelitian ini diperoleh dari Fakultas

Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada

kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Namun, ada sebagian dari

kelompok tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari.

Untuk pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih tinggi

dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima

pembersihan karang gigi yang lebih tinggi juga terdapat pada kelompok kasus

dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena sampel kasus sering

mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan

perawatan pembersihan karang gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel baik kelompok

yang memakai piranti ortodonti cekat maupun pasien yang tidak memakai piranti

ortodonti cekat menderita gingivitis. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara

statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing

(41)

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks

Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok

kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi

karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi

mereka untuk dilakukan perawatan gigi sekaligus menyebabkan higiena oral mereka

lebih tinggi. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan

indeks gingiva pasien juga bertambah baik. 26 Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling

dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.14

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih tinggi dibanding

dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan

karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang

pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling sedangkan

pasien kasus adalah sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk

yang menyatakan bahwa perawatan ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak

dental apabila pasien memiliki higiena oral yang tinggi.

26

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih

tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna

secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena

oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan

bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi

interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan

sebarang alat bantu pembersih gigi.

(42)

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih

tinggi dibanding dengan sampel kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara

statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi

gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan

penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang

tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi

dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara

statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sheibanina A, Saghiri

MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi

gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat. 12

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti

ortodonti cekat adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak

memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan Indeks Hiperplasia Gingiva tersebut

bermakna secara statistik. Hal ini terjadi adalah karena tekanan yang diberikan di

dalam perawatan piranti ortodonti cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva yang

mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah. 25

4,5

Hasil tersebut

didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri

MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara

hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi

(43)

yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan

93,8% namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan

perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka

waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang

menyatakan bahwa tidak ada destruksi pada struktur periodontal yang signifikan pada

pasien dengan perawatan ortodonti. 9 Penelitian ini juga didukung oleh hasil

penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis

yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi

periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik

pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti

cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

6.2 Saran

Untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran tentang cara menjaga higiena

oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat dapat dilakukan melalui program

tentang penjagaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti

ortodonti cekat. Program ini dapat mencegah timbul dan berkembangnya inflamasi

pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal.

Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jumlah

sampel diperbanyakkan agar penelitian yang dilakukan lebih menampakkan hasil

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhalajhi SI. Fixed Appliance : Orthodontics The Art and Science. 4th

2. Nasir N, Ali S, Bashir U, Ullah A. Effect of orthodontic treatment on periodontal

health. Pakistan oral & Dent J June 2011; 31(1): 111-4.

Ed, Tahun :

319 – 28.

3. Travess H, Harry DR, Sandy J. Orthodontics.Part 6: Risks in Orthodontic

treatment. Bri Dent J 2004; 196(2): 71-7.

4. Yenni YB. Pengaruh perawatan ortodonti cekat terhadap anak biologis jaringan

periodontal. Tahun 2002.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, 2002: 19-26.

5. Mulyani. Biomekanik Dalam ortodonti. 1997 : 8-10.

6. Bathla S. Periodontics-Orthodontics : Periodontics revisited: 437.

7. Dr.Micheal Guy. Orthodontic Treatment for Children.

8. Cernochova P, Augustin P, Fassmann A. Occurrence of periodontal pathogens in

patients treated with fixed orthodontic appliances. Scripta Medica (BRNO) June

2008; 81(2): 85-96.

9. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and Complications in Orthodontic Treatment. Hong

Kong Dent J 2006 ; 3: 15-22.

10.Hagg. U, Kaveewatcharanont.R, Samaranayeke Y.H, et al. The effect of fixed

orthodontic appliances on the oral carriage of Candida Species and

(46)

11.Clocheret K, Dekeyser C, Carels C, Willems G. Idiopathic gingival hyperplasia

and orthodontic treatment : a case report. Journal of Ortho 2003; 30: 13-9.

12.Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW et al. The effects of orthodontic therapy on

periodontal health : a systemic review of controlled evidence. The Journal of the

American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

13.Newman MJ. Classification of Diseases and Conditions Affecting the

Periodontium. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza. Carranza’s Clinical

Periodontology. 11th

14.Belem A, Scombatti SL, Taba M et a., Control of gingival inflammation in a

teenager population using ultrasonic prophylaxis. Braz Dent J 2004; 15 (1): 41-5. Ed, 2012: 34-54.

15.Martinez B, Ruiz F. Periodontal diseases as a bacterial infection. AV Periodon

Implantol 2005; 17(3): 111-8.

16.Quirynen M, Teurhels W, Haake SK, Newman MG. Microbiology of Periodontal

Diseases. In: Newman MG, Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s

Clinical Periodontology. 10th

17.Demling A, Heuer W, Elter C, Heidenblut T. Analysis of supra- and subgingival

long-term biofilm formation on orthodontic bands. Euro J of Orthodon 2009; 31:

202-6.

ed. Missouri : Saunders Elsevier, 2006: 140-3.

18.Gomes SC, Varela CC, Veiga SL, Rosing. K, Oppermann RV. Periodontal

conditions in subjects following orthodontic therapy. A preliminary study. Euro J

(47)

19.Gastel JV, Quirynen M, Teughels W et al. Influence of bracket design on

microbial and periodontal parameters in vivo. J Clin Periodontal 2007; 34:

423-31.

20.Aksoy A, Duran N, Toroglu S, Koksal F. Short-term effect of mastic gum on

salivary concentrations of cariogenic bacteria in orthodontic patients. Angle

Orthodontist 2007; 77(1): 124-7.

21.Ellis PE, Benson PE. Potential Hazards or orthodontic treatment- what your

patient should know. Dent update 2002; 29: 492-6.

22.Rebelo MAB, Queiroz AC. Gingival Indices: State of Art. In: Sotinos S,

Panagakos, Davies RM. Gingival Disease-Their aetiology prevention and

treatment. Brazil: InTech,2011:41-54.

23.Wong EJ. Indices of Periodontal Disease. Tahun 1983. Tesis. Department of

Preventive Denstistry University of Sydney, 1983: 25-6,28-9,53-4.

24.Debnath T. Epidemiologic Indices. In: Public Health and Preventive Dentistry.

Delhi: AITBS, 2002: 50-1.

25.Sheibaninia A, Sahhiri MA, dkk. Determining the relationship between the

application of fixed appliances and periodontal conditions. African J Biotech

2011; 10(72): 16347-50.

26.Bue AM, dkk. Microbiological and clinical periodontal effects of fixed

orthodontic appliances in pediatric patients. New microbiologica 2008; 31: 299-

(48)

27.Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinical Features of Gingivitis. In: Newman,

Takei, Klokkerold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th

28.Carranza FA, Hogan EL. Gingival Enlargement. In: Newman, Takei, Klokkerold,

Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11

Ed, 2012:

76.

th

(49)

PENDAHULUAN

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis seseorang.1 Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan komplikasi pada gingiva karena menyebabkan kesulitan di dalam

memelihara kebersihan mulut.2

Pembentukan plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang menghambat higiena oral dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan debris sekaligus meningkatkan jumlah mikroba.3 Selain itu, akibat tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva. Kekuatan tekanan yang memberikan respon biologis dari struktur jaringan pendukung gigi adalah kekuatan yang tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler yaitu 20-26 gr/cm2.Gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah tetapi kemampuannya beradaptasi tidak sama pada setiap orang.

Respon jaringan periodontal terhadap kekuatan yang diberikan tergantung dari besar kekuatan. Kekuatan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrosis elemen seluler dalam ligamen periodontal dan terjadinya undermining resorption atau indirect resorption pada tulang alveolar. Kerusakan pada gingival yang akan terjadi akibat kekuatan ortodonti yang besar akan menyebabkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak sehingga jaringan gingiva akan berubah sesuai dengan kekuatan yang diterimanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan odematus.

4,5

4,5

Piranti ortodonti cekat ini juga mempunyai kelebihan setelah selesai perawatan yaitu dapat mengurangi daerah retensi plak. Hal ini terjadi karena gigi yang tersusun rapi lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan gigi yang berjejal. Apabila gigi tersebut mudah dibersihkan maka penumpukan sisa-sisa makanan berkurang sekaligus daerah retensi plak juga berkurang.6,7

Lee dkk. melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengevaluasi

terjadinya patogen periodontal pada pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat.8

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal dan untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pemakai piranti ortodonti cekat tentang peningkatan risiko menderita gingivitis dan untuk meningkatkan kesadaran tentang pemeliharaan higiena

Dari hasil penelitian mereka, terdapat peningkatan bakteri oral

Treponema denticola dan Tannarelle

forystensis yang signifikan pada pasien

dewasa yang menderita gingivitis dan memakai piranti ortodonti cekat. Pada penderita gingivitis, telah ditemukan sejumlah mikroba, diantaranya adalah Actinomyces species, Streptococcus species, Veillonella species, Treponema

denticola, Prevotella intermedia, dan

(50)

oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah case control study dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien klinik Ortodonsia dan Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), FKG USU yang memakai piranti ortodonti cekat dan yang tidak memakai piranti ortodonti. Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara accidental sampling

technique dan didapat 64 sampel

berdasarkan rumus perhitungan sampel yang terdiri atas 32 orang kelompok kasus dan 32 orang kelompok kontrol. Seluruh sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi : untuk kelompok kasus ; pemakai piranti ortodonti cekat, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford. Untuk kelompok kontrol ; tidak memakai piranti ortodonti, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi Ramford.

Seluruh sampel ini diberi pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner. Setelah itu, sampel dilakukan pemeriksaan klinis dengan Indeks gingiva, Oral Higiene Index-Simplified (OHIS), Indeks plak, Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks resesi gingiva, dan Indeks hiperplasia gingiva. Skor plak dan skor gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks plak dan indeks gingiva

Loe&Sillness. Skor OHIS dihitung

menggunakan kriteria indeks OHIS

Greene&Vermillion. Skor IPPD dihitung

dengan menggunakan kriteria indeks IPPD

Saxer&Muhlemann. Skor resesi gingiva

dihitung dengan menggunakan kriteria indeks Resesi Gingiva Miller.Jr. Skor

hiperplasia gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks hiperplasia gingiva Seymour.

Data yang diperoleh dianalisis

dengan cara non parametrik menggunakan uji-T dan uji Mann Whitney

untuk melihat perbedaan kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat di klinik ortodonsia RSGM, FKG, USU. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P<0,05

HASIL

(51)

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah (%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1

6 bulan sekali Tidak tentu

6 bulan sekali Tidak tentu

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Kontrol Sikat gigi interdental

(52)

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara garis besar kelompok kasus yang melakukan prosedur menyikat gigi terbanyak terdapat pada waktu sehabis makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%). Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu

pembersih gigi (sikat gigi interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga didapat frekuensi yang lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang (100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat gigi 2 kali sehari.

Gambar 1. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

(53)

Gambar 3. Prevalensi gingivitis pada kelompok kontrol

Dari gambar 2 dan gambar 3 diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Gambar 4. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 4 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok kasus pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik.

PEMBAHASAN

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Tetapi, ada sebagian dari kelompok kasus dan kontrol tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari. Pada pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima pembersihan karang gigi yang lebih banyak juga terdapat pada kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena kelompok kasus sering mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan perawatan pembersihan karang gigi.

(54)

menderita gingivitis ringan. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing indeks.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi mereka untuk dilakukan perawatan gigi sehingga kebersihan higiena oral mereka lebih baik. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan indeks gingiva pasien juga bertambah baik. 9 Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.10

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling

sedangkan pasien kasus adalah

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk yang menyatakan bahwa perawatan

ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak dental apabila pasien memiliki higiena oral yang baik.

9

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan alat bantu pembersih gigi.

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

(55)

oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Hal ini terjadi karena tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat menyebabkan terjadi perubahan pada gingiva yang mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

12

4,5 Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan 93,8% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang menyatakan bahwa tidak ada destruksi

pada struktur periodontal yang signifikan pada pasien dengan perawatan ortodonti.

12

13

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Gambar

Tabel 1 : KRITERIA SKOR INDEKS GINGIVA
Table 2 : LEVEL KEBERSIHAN ORAL DARI DEBRIS YANG MELEKAT DAN
Tabel 3. DATA DEMOGRAFIS SAMPEL PENELITIAN
Gambar 2. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika diambil secara acak sebuah kelereng dari kaleng tersebut, maka peluang kelereng yang terambil berwarna putih adalah .... Sebuah dadu dilambungkan

Keberhasilan dalam perang Riddah, ancaman dari dalam Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar sedang bergerak. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah

Pendidikan Nasional Indonesia, ialah Pendidikan yang baik materiil maupun spiritual membina Manusia dan Bangsa Sosialis Indonesia yang berjiwa

Penentuan sejumlah kemampuan (CP) wajib merujuk kepada jenjang kualifikasi KKNI, terutama yang berkaitan dengan unsur ketrampilan khusus (kemampuan kerja) dan

mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional... Schools,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Self-Regulated Learning yang layak digunakan dalam pembelajaran Biologi SMA

Dalam komponen dukungan jaringan sosial sebanyak 22 responden (62,9%) memilih jawaban tidak tentang ada yang membantu anda untuk menyelasaikan urusan rumah

Teori yang digunakan dalam mengkaji peran Aek terhadap harmonisasi sosial masyarakat di Kelurahan Tuatunu Indah adalah teori tindakan sosial Weber yang dimana