• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode LIFO (Last In First Out)

C. Metode Penilaian Persediaan

2) Metode LIFO (Last In First Out)

Cara ini didasarkan anggapan bahwa barang yang telah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada atau stock dinilai berdasarkan harga pembelian barang terdahulu.

Kelebihan penggunaan metode LIFO adalah, perusahaan dapat lebih cermat memonitor nilai persediaan perusahaan karena untuk menentukan apakah ada kenaikan ataupun penurunan perusahaan terlebih dahulu membandingkan persediaan dari dua tanggal yang berbeda sedangkan kelemahannya adalah, perusahaan harus memberikan waktu khusus mengidentifikasi nilai persediaan perusahaan, hal ini karena proses penilaian memakan waktu yang lama.

Bagi perusahaan yang menggunakan periodical inventory system dalam menghitung nilai persediaan akhir dan barang terjual bisa menggunakan metode LIFO. Akan tetapi penggunaan masing-masing cara akan memberikan nilai persediaan yang berbeda.

Perbedaan ini disebabkan perhitungan secara periodic tidak dipengaruhi oleh waktu transaksi pemakaian atau penjualan. Sedangkan pada perpetual inventory system penentuan nilai persediaan akhir sangat dipengaruhi jumlah dan nilai yang ada setiap saat transaksi terjadi.

Untuk mengetahui perhitungan persediaan dengan menggunakan metode LIFO, dengan menggunakan data seperti persediaan pada metode FIFO dapat diketahui perputaran persediaan sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Metode LIFO

(000 kg/ Rp.000)

Tanggal Penerimaan Penjualan Saldo

Februari Unit Unit Cost (Rp) Total Cost (Rp) Unit Unit Cost (Rp) Total Cost (Rp) Unit Unit Cost (Rp) Total Cost (Rp) 2 500 1000 500.000 500 1000 500.000 3 s/d 15 300 1.000 300.000 200 1.000 200.000 16 750 1.200 900.000 100 1.000 100.000 750 1.200 900.000 100 1.000 100.000 19 100 1200 120.000 650 1.200 700.000 100 1.000 100.000 23 s/d 27 550 1.200 660.000 100 1.200 120.000 100 1.000 100.000

Setelah dilakukan perhitungan dari data diatas maka dapat diketahui bahwa nilai persediaan tanggal 28 Februari 2008 adalah:

100.000 kg x Rp. 1.200,- = Rp. 120.000.000,-

Persediaan = Rp. 220.000.000,-

100.000 kg x Rp. 1.000,- = Rp. 100.000.000,- +

Sedangkan harga pokok yang terjual

= Rp. 400.000.000,- + Rp. 780.000.000,- = Rp. 1.180.000,- 3) Metode Rata-Rata Tertimbang (Weight Average Method)

Metode ini merupakan suatu cara menetapkan biaya persediaan yang dicantumkan pada neraca maupun perhitungan harga pokok produksi dilaporkan laba rugi berdasarkan biaya rata-rata per unit barang dalam suatu periode tertentu. Metode ini dipakai apabila perusahaan mencatat berdasarkan periodical inventory system.

Dengan cara ini biaya rata-rata dari bahan yang diperoleh atau barang yang dihasilkan dihitung secara rata-rata atau tertimbang yaitu dengan menghitung semua biaya perolehan dan kemudian membaginya dengan unit yang dihasilkan atau diperoleh.Harga rata-rata ini sangat dipengaruhi oleh jumlah unit sebagai factor penimbang. Dengan kata lain biaya unit barang yang diperoleh atau dihasilkan tidak dapat dipisahkan dari unit yang lain.

Kebaikan menggunakan metode ini adalah, penentuan harga pokok persediaan untuk dijual selalu mengikuti harga pokok pembelian terakhir yang dilakukan perusahaan. Hal ini memperkecil kemungkinan bagi perusahaan menderita kerugian yang amat besar.

Sedangkan kelemahannya adalah, metode ini selalu mengikuti harga yang berlaku saat pembelian diperoleh akhir. Sehingga perusahaan harus terus memantau nilai persediaan (harga rata-rata) setiap ada pemasukan atau pengeluaran. Apabila terjadi pengeluaran persediaan disaat harga rata-ratanya sedang turun maka secara otomatis harga rata-rata perusahaan juga turun walaupun saat pembelian barang tersebut harga rata-ratanya tinggi.

Dari studi kasus yang dilakukan pada PT. BELFOODS INDONESIA cabang Medan diketahui bahwa penilaian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode FIFO. Namun karena pada akhir-akhir ini harga barang menunjukkan tendensi yang meningkat perusahaan mengganti metode yang digunakan dengan metode LIFO. Perubahan metode FIFO ke LIFO dengan sendirinya akan mempengaruhi pengukuran laba perusahaan. Ketidak konsistenan ini dapat menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Pemakai laporan tidak melihat manfaat dari perubahan metode tersebut, karena tidak ada pengungkapan yang dapat meyakinkan mereka akan kepentingan dilakukan perubahan metode tersebut. Oleh karena itu perubahan metode FIFO ke metode LIFO perlu diungkapkan.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana fungsi pembelian produksi dan pengawasan harus dilakukan secara efisien dalam hubungannya dengan biaya-biaya untuk mengadakan persediaan.

Demikian juga halnya dengan PT. BELFOODS INDONESIA cabang Medan bergerak dalam distribusi penyalur makanan tentu menginginkan jumlah persediaan yang cukup baik kualitas maupun kuantita guna memperlancar operasi perusahaan selalu mengadakan persediaan yang cukup besar dibandingkan dengan aktiva-aktiva lain yang ada di perusahaan. Sebagaimana telah diuraikan diatas persediaan yang terlalu besar dapat menekan keuntungan perusahaan karena hal ini berarti lebih banyak uang atau dana yang tertanam dalam persediaan disamping kerugian lain yang timbul akibat kehilangan atau kerusakan persediaan tersebut.

Sebaiknya jika persediaan yang terlalu kecil juga akan membawa kerugian atau akan menekan keuntungan perusahaan karena perusahaan tidak dapat beroperasi secara optimal. Untuk mengatasi hal ini berbagai cara yang ditempuh oleh PT. BELFOODS INDONESIA cabang Medan salah satunya adalah melakukan perencanaan terhadap persediaan.

Adapun yang menjadi tujuan dari perencanaan terhadap persediaan adalah: 1. Dengan adanya persediaan dalam jumlah yang cukup atau yang

dibutuhkan maka kerugian atau hal-hal yang dapat menekan keuntungan perusahaan yang berhubungan dengan persediaan dapat dihindarkan. 2. Untuk menghindarkan biaya-biaya pengeluaran, biaya-biaya yang

kurang efektif dalam operasi perusahaan terutama terhadap persediaan misalnya kehilangan, penyelewengan serta kerusakan pada persediaan yang ada pada perusahaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PT. BELFOODS INDONESIA cabang Medan, perusahaan ini menggunakan pencatatan persediaan dengan system perpetual. Dimana setiap barang yang telah diterima sampai kepada pemakaian, langsung diadakan pencatatan ke dalam kartu persediaan. Hal ini sangat penting dan dapat dilakukan oleh perusahaan karena dapat dengan segera diketahui jumlah persediaan yang ada.

Sama halnya pula dengan pencatatan penjualan hasil produksi. Setiap ada transaksi penjualan persediaan langsung dicatat, yang mana nantinya transaksi ini akan mengurangi jumlah persediaan.

Dengan menggunakan system pencatatan perpetual, maka kita akan dapat mengetahui jumlah persediaan setiap saat sesuai dengan keinginan kita dengan cara melihat kartu stock yang buku besar, sedangkan apabila perusahaan menggunakan item periodic, maka kita tidak mengetahui dengan pasti jumlah persediaan fisik yang ada di gudang setiap saat. Jumlah persediaan hanya dapat diketahui pada akhir periode saja dengan melihat langsung ke gudang penyimpanan.

BAB IV

Dokumen terkait