• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2009, di Laboratorium Lapang (kandang C), Bagian Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Analisis ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), IPB, Bogor.

Materi

Penelitian ini menggunakan hewan mencit (Mus musculus) siap kawin (umur 35 hari) sebanyak 60 ekor masing-masing terdiri dari 48 ekor betina dan 12 ekor jantan, ransum mencit komersial, air minum dan ransum perlakuan dengan ekstrak daun bangun-bangun yang dicetak dalam bentuk pellet.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan digital, gelas plastik untuk menimbang mencit, sarung tangan, masker, sekam, botol air minum, tempat pakan, sikat botol, kandang (plastik kontainer) 44 buah yang terdiri atas 12 kandang koloni dan 32 buah kandang individu serta alat tulis.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan Analysis of Variance (ANOVA), dan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur atau diamati maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan perlakuan tersebut (Steel dan Torrie, 1993).

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 2 x 4 masing-masing dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah taraf pemberian ekstrak daun bangun-bangun dalam ransum (0,00; 0,05; 0,10 dan 0,15%) dan faktor kedua adalah waktu pemberian yaitu pada kebuntingan umur 14 hari (H1) dan saat induk mencit setelah beranak (H2). Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini ( Steel dan Torrie, 1993) adalah sebagai berikut:

16 Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : Nilai rataan umum

αi : Pengaruh taraf pemberian ekstrak daun bangun-bangun ke-i; i= 0,00; 0,05; 0,10 dan 0,15%

βj : Pengaruh waktu pemberian ke-j; j = H1 (umur kebuntingan 14 hari)dan H2 (setelah beranak)

(αβ)ij : Interaksi antara taraf dan waktu pemberian ekstrak daun bangun-bangun dalam ransum

εijk : Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ke-j serta ulangan ke-k; 1, 2, 3 dan 4

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum induk,

litter size lahir, bobot lahir, produksi air susu induk (PASI) mencit, litter size sapih, bobot sapih, pertambahan bobot badan anak dan mortalitas anak selama menyusu.

Konsumsi Ransum Induk Mencit (g/e/h)

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan oleh seekor induk mencit setiap hari. Perhitungan dilakukan setiap empat hari sekali dengan cara memisahkan antara sekam dengan sisa ransum. Konsumsi ransum diperoleh dari selisih antara jumlah ransum awal yang diberikan dengan jumlah ransum sisa. Ransum diberikan ad libitum (selalu tersedia).

Produksi Air Susu Induk Mencit (g/induk/menyusui)

Pengukuran produksi air susu induk mencit menurut Sari (2004) dimulai pada hari keempat setelah beranak, dilanjutkan dengan pengukuran setiap empat hari hingga hari ke-20. Umur empat hari dimaksudkan untuk menghindari kematian anak mencit pada saat penanganan serta tidak dimakan oleh induk. Pengukuran dilakukan dengan dua kali penimbangan. Penimbangan pertama dilakukan setelah anak mencit dipuasakan empat jam dengan memisahkan anak dari induknya. Setelah dipuasakan, anak mencit dibiarkan kembali menyusu selama satu jam. Penimbangan kedua dilakukan segera setelah anak menyusu selama satu jam pada induk. Produksi air

17 susu induk mencit diperoleh dari selisih bobot badan kelompok anak pada penimbangan sebelum dan sesudah menyusu pada induk.

Litter Size Lahir (ekor)

Litter size lahir didapatkan dengan menghitung jumlah anak mencit dari seperindukan pada saat anak mencit dilahirkan baik dalam keadaan hidup maupun mati.

Bobot Lahir (g/ekor)

Bobot badan lahir anak mencit diperoleh dari hasil penimbangan kelompok anak tiap induk per kelahiran kemudian dibagi dengan jumlah anak yang dilahirkan. Bobot lahir anak mencit ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

xl : bobot lahir kelompok anak tiap induk (g) n : jumlah anak yang dilahirkan (ekor)

Litter Size Sapih (ekor)

Litter size sapih diperoleh dengan cara menghitung jumlah anak mencit dari seperindukan pada saat anak mencit telah berumur 21 hari (siap sapih).

Bobot Sapih (g/ekor)

Bobot sapih diperoleh dengan melakukan penimbangan anak mencit dari seperindukan pada saat mencit telah berumur 21 hari dan dibagi dengan jumlah anak (ekor). Bobot sapih anak mencit ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

xs : bobot sapih kelompok anak tiap induk (g) n : jumlah anak yang disapih (ekor)

Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit (g/e/h)

Pengukuran pertambahan bobot badan anak mencit dilakukan setiap empat hari sekali dimulai sejak anak mencit dilahirkan hingga disapih. Pertambahan bobot badan anak diperoleh dari selisih bobot badan anak pada saat penimbangan dengan bobot badan anak mencit pada empat hari sebelumnya kemudian dibagi dengan

18 jumlah anak. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui laju pertumbuhan anak mencit yang kemudian digambarkan dengan grafik pertumbuhan. Pertambahan bobot anak mencit ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

xb : bobot badan kelompok anak mencit pada saat pengukuran (g) xa : bobot badan kelopok anak mencit pada empat hari sebelumnya (g) n : jumlah anak mencit seperindukan (ekor)

Mortalitas (%)

Mortalitas merupakan jumlah anak mencit yang mati dari seluruh jumlah populasi anak mencit yang ada, diperoleh dengan menghitung jumlah anak mencit yang mati dari seperindukan selama penelitian. Persentase mortalitas didapatkan dengan membagi jumlah anak mencit yang mati dengan jumlah keseluruhan anak mencit seperindukan kemudian dikalikan 100%. Mortalitas anak mencit ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

y : jumlah anak mencit mati seperindukan (ekor) n : jumlah seluruh anak mencit seperindukan (ekor)

Prosedur Tahap Persiapan Ransum

Tahapan dalam penyiapan ransum penelitian meliputi pembuatan ekstrak daun bangun-bangun dari daun segar dan pembuatan ransum penelitian

Pembuatan Ekstrak Daun Bangun-bangun (EDB).

Pembuatan serbuk berdasarkan Hutajulu et al. (2008) diawali dengan membuat ekstrak daun bangun-bangun cair. Proses pembuatan ekstrak daun bangun-bangun-bangun-bangun cair adalah sebagai berikut. Daun bangun-bangun dipisahkan dari tangkai kemudian ditimbang. Setelah itu daun dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan selama satu malam. Daun bangun-bangun yang telah ditiriskan semalaman, dicacah dengan menggunakan mesin dan

19 ditambah air aquades. Ekstrak daun bangun-bangun (EDB) cair akan terpisah dari ampas daun. Ekstrak serbuk didapatkan dengan cara EDB cair ditambahkan dengan bahan pengisi (maltodekstrin) sebanyak 10% dari berat EDB cair, kemudian kedua bahan tersebut dihomogenisasi. Setelah homogen, dimasukkan kedalam mesin spray dryer pada suhu inlet 250oC dan suhu outlet 80-85oC. Proses pembuatan serbuk EDB secara sistematis tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alur Proses Pembuatan Serbuk EDB

Pembuatan Ransum Perlakuan

. Ransum perlakuan terdiri dari ransum komersial yang diberikan ekstrak daun bangun-bangun dengan taraf sebagai berikut :

R1 :Ransum komersial 100%+ekstrak daun bangun-bangun (0%) R2 : Ransum komersial 99,95%+ekstrak daun bangun-bangun (0,05%) R3 : Ransum komersial 99,9%+ekstrak daun bangun-bangun (0,10%) R4 : Ransum komersial 99,85%+ekstrak daun bangun-bangun (0,15%)

Ransum komersial mencit berbentuk pellet digiling terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan ekstrak daun bangun-bangun sesuai dengan taraf perlakuan. Dalam proses ini perlu ditambahkan 250 ml air hangat (±50oC) per 2,5 kg campuran agar dapat dicetak oleh mesin menjadi bentuk pellet. Setelah homogen, dicetak menjadi

pellet. Kemudian, pellet dimasukkan ke dalam oven pada suhu 65oC selama lima jam agar kadar airnya berkurang. Kadar air yang rendah pada pellet dapat meningkatkan

EDB cair + 10% Maltodextrin

Dihomogenkan secara manual

Dimasukkan kedalam mesin Spray dryer pada suhu inlet 250oC dan

20 umur simpannya dan meningkatkan palatabilitas. Proses pelleting ransum mencit tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses Pelleting Ransum Mencit.

Tahap Penelitian

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu meliputi persiapan kandang, identifikasi dan penimbangan bobot awal mencit.

Persiapan Kandang. Kandang beserta semua peralatan yang digunakan dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan sabun dan disterilkan dengan alkohol 70%, kemudian alas kandang dilapisi dengan sekam padi setebal kira-kira 1-2 cm atau sebanyak 50 gram tiap baki. Setiap kandang diberi label sesuai dengan perlakuan.

Ransum komersial mencit dalam bentuk pellet kemudian digiling

0,05; 0,10; dan 0,15% EDB dicampur kedalam ransum dengan ditambahkan air 250 ml air

hangat (± 50oC)

Dihomogenkan dengan mesin

Dimasukkan ke dalam mesin pencetak

pellet hingga terbentuk pellet.

Dimasukkan ke dalam oven pada suhu 65oC selama lima jam.

21 Identifikasi dan Penimbangan Bobot Awal Mencit. Setiap ekor mencit diidentifikasi jenis kelaminnya. Penimbangan mencit dilakukan setelah proses identifikasi.

Pelaksanaan Penelitian

Mencit betina dikawinkan dengan pejantan yang ditempatkan dalam satu kandang dengan perbandingan 4:1, yaitu empat ekor mencit betina dengan seekor mencit jantan. Mencit betina dipisahkan dari kandang kawin jika mencit diperkirakan telah bunting 14 hari dengan tanda perut mencit betina membesar. Pemberian ransum perlakuan dimulai pada hari ke-14 kebuntingan (H1) dan setelah induk mencit beranak (H2), dimana sebelumnya mencit mengkonsumsi ransum komersial atau tanpa penambahan ekstrak daun bangun-bangun. Ransum dan air minum diberikan

ad libitum (selalu tersedia). Alas sekam diberikan pada setiap kandang dan diganti setiap empat hari sekali. Air minum ditempatkan pada botol yang pada bagian tutupnya telah dimodifikasi dengan diberi pipa aluminium agar mencit dapat menghisap air dari pipa tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait