Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Desa Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat selama 62 hari dari bulan September sampai November 2008. Pembuatan biomineral dienkapsulasi dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa mineral dalam susu dan kandungan mineral dalam pakan dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor.
Materi
Alat
Kandang yang digunakan yaitu kandang sapi kelompok dengan sistem stall. Kandang ini dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember dan pita ukur.
Bahan
Sapi percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah Friesian Holstein sebanyak 16 ekor dari 4 peternak, dengan kriteria seleksi sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 5. Pakan yang digunakan terdiri atas pakan hijauan, konsentrat, dan ampas tahu yang disediakan oleh peternak. Suplemen yang diberikan adalah biomineral dienkapsulasi yang berasal dari cairan rumen, biomineral tanpa proteksi dan mineral mix. Mineral mix yang diberikan berasal dari KPS.
Metode Pembuatan Biomineral
Proses pembuatan biomineral mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Tjakradidjaja et al. (2007) yang dapat dilihat pada Gambar 3. Cairan rumen yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH) ditambahkan dengan larutan HCl 1 M dengan pH 5,5, kemudian diaduk dan disaring. Cairan rumen yang telah disaring lalu
dibagi dua, setengah bagian dari endapan ditambahkan dengan bahan carrierberupa tepung terigu dan agar-agar. Setelah itu, endapan tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 – 3 hari. Bahan kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60OC selama 1 – 2 hari. Bahan yang telah dikeringkan lalu digiling sehingga berbentuk tepung.
Gambar 3. Diagram Pembuatan Biomineral Sumber : Tjakradidjajaet al.(2008)
Penurunan pH cairan rumen hingga 5,5
Penyaringan cairan rumen
Pengendapan cairan selama 2 malam
Biomineral tanpa proteksi
Biomineral dienkapsulasi
Penambahan bahanCarrier (tepung terigu dan agar-agar)
Pengeringan di bawah sinar
matahari selama 2-3 hari Pemanasan dengan
autoclave121oC selama 25 menit
Pengeringan dalam oven pada suhu 60OC selama 1–2 hari
Penggilingan
Cairan rumen
Tepung suplemen biomineral
Penambahanxylosa black liqoursebanyak 4%
Setengah bagian lainnya diambil dan dicampur dengan larutan xylosa black liqour (4%), kemudian dipanaskan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 20– 30 menit. Taraf xylosa black liquor sebanyak 4% berdasarkan hasil yang diperoleh Mulyawati (2009). Setelah itu ditambahkan bahan carrier berupa tepung terigu dan agar-agar, lalu dikeringkan selama 2-3 hari dengan sinar matahari, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60OC. Setelah kering, bahan tersebut digiling sehingga berbentuk tepung. Penggunaan tepung terigu sebesar 60% (600 g untuk 1000 g) dari endapan cairan rumen dan penambahan agar-agar sebanyak 70% (700 g untuk 1000 g) dari endapan cairan rumen.
Tabel 5. Kriteria Sapi Percobaan
Perlakuan Peternak Umur (Tahun) Periode Laktasi Bulan laktasi (Bulan setelah Beranak) Bobot Badan (kg) Keturunan R1 SA 2 1 3 411,59 Cisarua AG 6 4 2 420,29 Boyolali HT 5 3 5 388,72 Boyolali JF 4 2 4 452,19 Boyolali R2 SA 2 1 5 399,69 Cisarua AG 5 3 5 407,81 Boyolali HT 5 3 6 403,89 Boyolali JF 4 2 4 409,42 Boyolali R3 SA 2 1 6 389,75 Cisarua AG 5 3 5 429,99 Boyolali HT 5 3 5 356,01 Boyolali JF 3 2 4 370,12 Boyolali R4 SA 7 5 6 391,26 Cisarua AG 5 3 5 370,20 Cisarua HT 5 3 5 353,11 Boyolali JF 4 2 4 363,95 Boyolali
Pemberian Pakan dan Minum
Pakan yang diberikan yaitu konsentrat dan hijauan, pakan tersebut diberikan pada pagi dan sore hari. Pemberian biomineral dienkapsulasi dengan cara dicampur dengan konsentrat. Konsentrat diberikan lebih awal, setelah konsentrat habis kemudian ternak diberi pakan berupa hijauan. Sedangkan air minum diberikan ad libitum.
Pengukuran Bobot Badan
Pengukuran bobot badan sapi dilakukan dengan cara mengukur lingkar dada sapi. Lingkar dada sapi diketahui dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian dada sapi. Hasil pengukuran lingkar dada sapi kemudian dikonversi ke dalam bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl :
Bobot Badan Sapi = (Lingkar dada + 22)2 100
Lingkar dada diukur dalam cm dan angka 22 merupakan faktor tetap (Sudono, 1999). Pengukuran Produksi Susu
Pengukuran produksi susu dilakukan dengan cara menampung produksi susu pada pagi dan sore hari setiap harinya. Susu yang telah diperah, kemudian diukur beratnya dengan menggunakan timbangan.
Rancangan Percobaan Perlakuan
Sapi perah yang digunakan sebanyak 16 ekor dengan kriteria 2-6 bulan setelah beranak (Tabel 5). Sapi tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 perlakuan, yaitu :
R1 (kontrol) = pakan yang biasa diberikan peternak R2 = R1 + 1,5% biomineral tanpa proteksi R3 = R1 + 1,5% biomineral dienkapsulasi
R4 = R1 + 1,5% mineralmix(produksi komersil KPS)
Suplemen mineral yang ditambahkan yaitu sebanyak 1,5% dari konsentrat. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa umur sapi yang diberi perlakuan kontrol (R1) berkisar dari 2 sampai 6 tahun, umur sapi yang diberi suplemen biomineral
tanpa proteksi (R2) berkisar dari 2 sampai 5 tahun, umur sapi yang diberi suplemen biomineral dienkapsulasi (R3) berkisar dari 2 sampai 5 tahun, dan umur sapi yang diberi suplemen mineral mix (R4) berkisar dari 3 sampai 6 tahun.
Pemberian biomineral dienkapsulasi dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pemberian pakan pagi dan sore, yang pemberiannya dicampur dengan konsentrat. Data diambil setiap satu minggu, setelah sapi mengalami masa adaptasi selama 14 hari (2 minggu).
Model
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (Design Randomized Block) dengan 4 perlakuan dan 4 peternak sebagai kelompok yang dibedakan berdasarkan manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh masing-masing peternak.
Model matematika yang digunakan dalam analisis : Yij=+i+j+ij
Dimana: Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i blok ke-j
= rataan umum
i =efek perlakuan ke-i
j = efek blok ke-j
ij =error (galat) perlakuan ke-i dan blok ke-j
Steel dan Torrie (1995) mengemukakan bahwa data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Kontras Ortogonal untuk melihat perbedaan antar setiap perlakuan.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini : 1. Kandungan Mineral dalam Pakan
Kandungan mineral dalam pakan dilakukan dengan mengkoleksi hijauan, konsentrat, dan ampas tahu dari peternak kemudian dijemur matahari selama tiga hari dan dikeringkan dalam oven 60 0C selama 1-2 hari. Bahan pakan yang telah dikeringkan dalam oven dianalisa kandungan mineral yang terkandung dalam pakan di Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian di Bogor.
2. Konsumsi Pakan (BK dan Mineral Ca, P, Mg, dan S)
Konsumsi pakan dihitung dengan cara mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah pakan yang tersisa pada setiap harinya. Setelah itu dikonversi kedalam bahan kering (BK) untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Konsumsi mineral dihitung berdasarkan konsumsi ransum (BK) dikalikan dengan kandungan mineral ransum perlakuan (g/kg BK). Sedangkan untuk konsumsi pakan per BBM dihitung dengan konsumsi bahan kering dikalikan dengan bobot badan pangkat 0,75 (BB0,75).
3. Konsentrasi Mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam Susu
Konsentrasi mineral air susu dilakukan dengan pengambilan sampel susu sebanyak 100 g untuk masing– masing ternak. Data diambil setiap satu minggu dan sampel dianalisis di Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian Bogor. Kadar mineral Ca, P, Mg, dan S dalam susu per BBM dihitung dengan kadar mineral Ca, P, Mg, dan S dikalikan dengan bobot badan pangkat 0,75 (BB0,75).
4. Korelasi Konsumsi BK Mineral (Ca, P, Mg, dan S), Konsentrasi Mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam Susu, dan Produksi Susu 4% FCM
Korelasi antara konsumsi bahan kering, konsumsi mineral (Ca, P, Mg, dan S), konsentrasi mineral (Ca, P, Mg, dan S) dalam air susu, dan produksi susu 4% FCM dilakukan dengan membuat koefisien korelasi antar variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN