Penelitian ini dilaksanakan di ”Peternakan Tawakkal”, Kampung Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Nopember 2008.
Materi
Penelitian ini menggunakan ternak domba yang ada di ”Peternakan Tawakkal”, Kampung Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor . Ternak domba yang diamati sebanyak 92 ekor domba jantan berumur 1-2 tahun (I1-I2) yang akan dipotong sebagai hewan qurban. Sampel berupa 32 ekor domba keturunan Garut dan 60 ekor domba lokal ekor tipis. Masing-masing bangsa domba tersebut dibagi menjadi 3 grade, yaitu grade A yang merupakan domba dengan bobot badan 32-35 kg, grade B 28-31 kg dan grade C 24-27 kg. Jumlah domba keturunan Garut yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 13 ekor kategori grade A, 10 ekor kategori grade B dan 9 ekor kategori grade C sedangkan domba lokal ekor tipis yang dipakai sebanyak 20 ekor pada tiap kategori grade.
Ternak domba yang dipelihara di ”Peternakan Tawakkal” diberi pakan berupa hijauan dan pakan tambahan (ampas tahu). Peralatan yang digunakan antara lain pita ukur, tongkat ukur dan kamera digital.
Rancangan
Guna menganalisis pengaruh grade terhadap panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model matematikanya sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991) :
үij = µ + αi + εij
үij : Hasil pengukuran µ : Nilai rataan umum
αi : Pengaruh grade domba ke-i εij : Pengaruh galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA). Apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Tukey.
Peubah
Peubah yang diamati yaitu fenotip dari sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Pengamatan peubah sifat kualitatif meliputi: profil muka, bentuk telinga, warna bulu, bentuk tanduk, bentuk ekor dan warna tanduk. Sedangkan parameter sifat kuantitatif meliputi panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada.
Analisis Data
Sebelum diolah lebih lanjut, data dikelompokkan berdasarkan grade domba, bangsa domba dan secara keseluruhan data domba. Data sifat kualitatif yang diamati dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Digunakan perhitungan Frekuensi Relatif untuk menghitung persentase dari sifat yang diamati (Mulliadi, 1996) :
Frekuensi Relatif: Frekuensi sifat X = N sifat Χ ∑ x 100%
Keterangan: X= sifat kualitatif yang diamati N= total sampel yang diamati
Sementara untuk melihat korelasi antara beberapa sifat kuantitatif dengan sifat kualitatif maka digunakan analisis korelasi berdasarkan Steel dan Torrie (1981). Analisis korelasi diolah dengan bantuan paket program software (perangkat lunak) MINITAB 14.
Prosedur Persiapan
Tahap awal dilakukan pemilihan domba qurban sebanyak 92 ekor domba jantan berumur 1,5-2,5 tahun (I2). Sampel berupa 32 ekor domba keturunan Garut dan 60 ekor domba loka ekor tipis. Pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara mengambil sampel yang berasal dari seluruh kandang yang ada di ”Peternakan Tawakkal”. Data bobot badan pada masing-masing domba telah diketahui melalui penimbangan yang dilakukan setiap bulan. Berdasarkan data bobot badan tersebut kemudian dilakukan pengelompokkan domba menurut tingkatan bobot badannya atau grade. Pertimbangan pengelompokan berdasarkan grade karena tren yang berkembang saat ini harga pembelian hewan qurban ditetapkan berdasarkan grade.
Pengumpulan Data
Data yang diambil terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder berasal dari peternak yaitu berupa data bobot badan. Data primer didapatkan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung. Data primer dikelompokkan menjadi dua, yaitu data sifat kualitatif dan data sifat kuantitatif. Data sifat kualitatif merupakan hasil deskripsi mengenai penampilan luar domba yang meliputi profil muka, bentuk telinga, warna bulu, bentuk tanduk, bentuk ekor, dan warna tanduk. Sedangkan data sifat kuantitatif diperoleh dengan melakukan pengukuran bagian-bagian tubuh domba. Data sifat kuantitatif yang diambil ialah ukuran lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Berikut ini adalah cara pengukuran sifat kuantitatif dan pengamatan sifat kualitatif:
1) Sifat Kuantitatif, metode pengukurannya (Gambar 1), yaitu : a) Panjang Badan (PB)
Mengukur panjang badan ialah dengan menghitung jarak antara penonjolan tulang bahu (Os scapula) dan penonjolan tulang duduk (Os ischium). Pengukuran menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.
b) Tinggi Pundak (TP)
Tinggi Pundak diukur menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. Tinggi pundak adalah jarak antara tanah sampai dengan bagian titik tertinggi dari pundak ternak.
c) Lingkar Dada (LD)
Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita ukur dalam satuan cm. Cara mengukur lingkar dada yaitu melingkarkan pita ukur di sekeliling rongga dada dibelakang bahu dan kaki depan.
2) Sifat Kualitatif
Pengamatan sifat kualitatif dengan melihat morfologi dari tubuh ternak (bulu, tanduk, telinga, ekor, profil muka dan warna tanduk) meliputi:
a) Bulu: dilihat warna dan motif bulunya, dikelompokkan ke dalam 11 macam pola warna seperti pada Gambar 3, yaitu :
i) Belang Sapi, merupakan kombinasi hitam putih seperti belang batu namun dengan belang yang lebih besar, biasanya terdapat warna hitam yang besar-besar di atas warna putih (mirip sapi FH).
ii) Hitam
iii) Jogja, merupakan warna bulu domba coklat muda pada seluruh tubuhnya iv) Belang Batu, merupakan kombinasi warna bulu domba hitam putih
dengan dominansi salah satu dari keduanya da bercaknya mirip batu-batuan.
v) Coklat Tua
vi) Baracak, merupakan kombinasi warna bulu domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih yang tidak teratur pada sekujur tubuh atau pada sebagian tubuh.
vii)Putih
viii) Kondang, merupakan warna bulu domba putih kekuningan/warna gading pada seluruh tubuhnya.
ix) Laken, merupakan istilah untuk bulu domba dengan warna abu-abu atau hitam mirip topi laken atau sutera yang keputih-putihan.
x) Riben, merupakan warna bulu domba dengan ciri terdapat lingkaran warna bulu hitam di sekitar mata.
xi) Sela, merupakan kombinasi warna bulu putih hitam atau putih coklat dengan warna putih pada tubuh sedangkan pada bagian kaki dan leher berwarna hitam atau coklat.
a. Warna Bulu Belang Sapi b. Warna Bulu Hitam
c. Warna Bulu Jogja d. Warna Bulu Belang Batu
e. Warna Bulu Coklat Tua f. Warna Bulu Baracak
g. Warna Bulu Putih h. Warna Bulu kondang
i. Warna Bulu laken j. Warna Bulu Riben
k. Warna Bulu Sela
Gambar 3. Warna Bulu Belang Sapi (a), Hitam (b), Jogja (c), Belang Batu (d), Coklat Tua (e), Baracak (f), Putih (g), Kondang (h), Laken (i), Riben (j), dan Sela (k).
b) Tanduk: memperhatikan sifat penampakannya yaitu ada tidaknya tanduk atau hanya berupa tonjolan kecil serta bentuk tanduk, berdasarkan bentuknya diklasifikasikan menjadi empat model bentuk tanduk seperti pada Gambar 4, antara lain:
i) Leang-leang, merupakan bentuk tanduk domba dengan sedikit lengkungan mulai dari bagian bawah telinga mengarah ke samping dan tidak melebihi lebar muka.
ii) Sogong, merupakan bentuk tanduk domba yang melengkung ke arah depan dan jatuh lurus ke arah bawah sampai melebihi lebar muka, ujung tanduk lurus tidak ada lengkungan ke arah samping (mirip gayor).
iii) Bendo, merupakan bentuk tanduk yang melingkar ke arah belakang satu putaran dan ujungnya tidak melebihi batas mulut.
iv) Gayor, merupakan bentuk tanduk domba yang mengarah ke bawah sampai melebihi lebar muka dan bagian akhir tanduk sedikit melengkung ke luar (nanggeuy pipi, seperti posisi tangan orang yang sedang berdo’a, di daerah Bogor terkenal dengan tanduk hamin lebe).
v) Golong Tambang, merupakan bentuk tanduk domba yang melingkar satu putaran (ngagolong), termasuk bentuk tanduk yang tergolong gayor, japlang, atau leang-leang namun bila ada satu putaran maka dimasukkan pada golong tambang.
a. Bentuk Tanduk Leang-leang b. Bentuk Tanduk Sogong
c. Bentuk Tanduk Bendo d. Bentuk Tanduk Gayor
e. Bentuk Tanduk Golong Tambang
Gambar 4. Bentuk Tanduk Leang-leang (a), Sogong (b), Bendo (c), Gayor (d), dan Golong Tambang (e).
c) Telinga: melihat tipe telinganya dibagi dalam dua kelompok seperti pada Gambar 5, yaitu:
i) Rumpung, yaitu bentuk daun telinga menguncup (seperti bunga ros) atau menggulung, berukuran pendek, kecil, daun telinga tidak tampak jelas dan tampak hampir seperti tidak berdaun telinga (Salamena, 2006).
ii) Rubak, yaitu bentuk daun telinga lebar dan panjang, ujung telinga tidak runcing (bulat) dan lubang telinga tampak jelas (Salamena, 2006).
a. Bentuk Telinga Rumpung b. Bentuk Telinga Rubak
Gambar 4. Bentuk telinga Rumpung (a) dan Rubak (b).
d) Ekor: diklasifikasikan menjadi tiga seperti pada Gambar 6, yaitu:
i) Gabus, pangkal ekor hingga ujungnya memiliki ketebalan yang hampir sama.
ii) Bagong, bagian pangkal ekor lebih tebal dan semakin ke ujung ketebalan ekornya semakin berkurang.
iii) Beurit, bagian tengah ekornya lebih tipis dibandingkan bagian pangkal dan ujung.
a. Bentuk Ekor Gabus b. Bentuk Ekor Bagong
c. Bentuk Ekor Beurit
e) Profil muka: dikelompokkan menjadi dua (Gambar 7), yaitu;
i) Cembung, yaitu jika dilihat dari samping terdapat penonjolan tulang hidung yang melebihi tulang dahi.
ii) Datar, yaitu jika dilihat dari samping penonjolan tulang hidung sama rata dengan tulang dahi.
a. Bentuk Muka Cembung b. BentukMuka Datar Gambar 7. Bentuk Muka Cembung (a) dan Muka Datar (b).
f) Warna tanduk: digolongkan kedalam tiga jenis warna (Gambar 8), yaitu: i) Cinta, warna untuk tanduk domba kombinasi hitam dengan kuning
keputihan/warna gading.
ii) Wulung, warna untuk tanduk domba berwarna hitam.
iii) Berumbun, warna untuk tanduk domba berwarna kuning keputihan/warna gading.
a.Warna Tanduk Cinta b. Warna Tanduk Wulung
c. Warna Tanduk Berumbun