• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 13 Februari-13 Mei 2012. Kegiatan magang berlokasi di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Group, Wilayah IV Metro Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan umum yang dilakukan selama magang yaitu kegiatan kerja langsung di lapangan menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial dimulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Kegiatan penulis selama magang dapat dilihat dalam Lampiran 1, 2 dan 3.

Pada tiga minggu pertama, penulis melakukan kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL). Selama menjadi karyawan harian lepas, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pemupukan, pemanenan, penyemprotan dan perawatan, mencatat prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan kemudian dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan tersebut, serta membuat catatan kegiatan.

Pada tiga minggu berikutnya penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor. Selama menjadi pendamping mandor kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi karyawan harian, membantu menghitung kebutuhan pupuk, racun, membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, dan membuat laporan harian mandor (LHM). Selain itu penulis melaksanakan pengambilan contoh pengamatan pada kegiatan pemupukan, melakukan diskusi dengan mandor, asisten divisi, mantri tanaman, manager (Estate Manager), serta membuat catatan dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan.

Pada enam minggu berikutnya penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu menyusun

rencana kegiatan bulanan (RKB), membantu menyusun laporan asisten, serta membuat catatan dari kegiatan yang dilakukan. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah menganalisis manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis yang dilaksanakan, sedangkan data sekunder diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanaman, iklim dan jenis tanah, luas areal dan tata guna lahan, produksi kebun, norma kerja di lapangan, data rekomendasi dan realisasi pemupukan 2012.

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung yang dipusatkan pada kegiatan pemupukan yaitu dari pengadaan pupuk sampai aplikasi di lapangan, prinsip 5T, kehilangan pupuk akibat pengangkutan, upaya efisiensi pupuk dan produktivitas kebun.

Penulis melakukan kegiatan di lapangan mulai dari pemupukan, pemanenan, perawatan, pengendalian gulma, dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di SDME. Kegiatan tersebut dilakukan dengan disertai pencatatan alat dan bahan yang digunakan, prestasi kerja, dan informasi yang diperoleh dalam jurnal harian. Informasi dan pengetahuan juga diperoleh dari kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor, dan pendamping asisten.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dipusatkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan pemupukan, yaitu:

1. Pengamatan dilakukan pada prinsip 5T

Tepat Jenis : Mengamati jenis pupuk yang di aplikasikan dan membandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan SDME divisi 2 tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA.

Tepat Waktu : Mengamati waktu aplikasi pemupukan yang direkomendasikan dengan realisasi di lapangan berdasarkan curah hujan bulanan pada buku rekomendasi pemupukan SDME divisi 2 tahun 2012.

Tepat Dosis : Ketepatan bobot untilan dilakukan pada pupuk

HGFBorat, Urea, dan MOP dengan melakukan penimbangan contoh 10 untilan di gudang pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh contoh untilan sebanyak 30 untuk setiap jenis pupuk. Ketepatan dosis untilan per pokok dilakukan pada pupuk Palmo, Urea, dan MOP di tiga blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk dengan pengambilan contoh masing-masing 10 untilan pada tujuh penabur, sehingga diperoleh contoh 210 untilan untuk setiap jenis pupuk yang diamati.

Tepat Cara : Ketepatan cara dilakukan dengan pengamatan pada

aplikasi jenis pupuk tabur dan tugal. Pengamatan pupuk dengan cara tabur dilakukan pada pupuk Urea dan MOP pada dua blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, sedangkan pengamatan cara tugal pada pupuk Palmo dan Chelated Zincooper pada dua blok yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk. Ketepatan cara tabur maupun tugal dilakukan dengan pengamatan 20 contoh tanaman untuk masing-masing tujuh penabur, sehingga diperoleh 280 contoh tanaman untuk setiap pupuk yang diamati setiap bloknya.

Tepat Administrasi : Pengamatan dilakukan secara langsung mengenai administrasi yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan pemupukan.

2. Kehilangan Pupuk Akibat Pengangkutan

Penimbangan dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu penimbangan 10 until pupuk HGFB di gudang, dan dari 10 until tersebut diambil lima contoh untuk dilakukan penimbangan akhir di lapangan ketika pupuk sampai di tangan penabur untuk diaplikasi. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh contoh sebanyak 15 untilan.

3. Upaya Efisiensi Pupuk

Melakukan pengamatan terhadap langkah perusahaan dalam upaya mengefisiensikan biaya pupuk dan kehilangan pupuk.

4. Produktivitas Kebun

Membandingkan data produktivitas selama 4 tahun terakhir dengan produktivitas standar Marihat dengan kelas kesesuaian S3.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan magang dianalisis secara kuantitatif seperti nilai rata-rata, persentase dan perhitungan statistik sederhana lalu dijelaskan secara deskriptif dengan membandingkan norma yang berlaku di perkebunan kelapa sawit yang ditetapkan perusahaan. Data tersebut diolah sesuai dengan kebutuhan penulis dan akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik maupun diagram.

KEADAAN UMUM

Lokasi dan Letak Geografis

Serawak Damai Estate (SDME) terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Perbatasan wilayah kebun sebelah utara dengan PT. Bisma, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan kebun masyarakat, dan sebelah barat berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE).

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan data stasiun klimatologi Departemen Riset BGA Metro Pundu pada tahun 2011, suhu udara rata-rata di SDME adalah 26.7oC dengan suhu maksimal mencapai 31.4oC dan suhu minimal mencapai 23.7oC. Rata-rata curah hujan pada tahun 2008-2011 di SDME adalah 3298.15 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 108 hari/tahun. Berdasarkan klasifikasi menurut Schmidt Ferguson, tipe iklim di SDME adalah tipe iklim A.

Jenis tanah SDME berdasarkan data jenis tanah 2011 terdiri dari tanah inceptisol sebesar 64.7%, entisol sebesar 30.4% dan ultisol sebesar 4.7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa SDME mayoritas memiliki jenis tanah inceptisol. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SDME termasuk dalam kelas S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir.

Luas Area dan Tata Guna Lahan

Bumitama Gunajaya Agro (Group) memiliki Sembilan area yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Riau. Di Kalimantan Tengah terdapat dua anak perusahaan dari Bumitama Gunajaya Agro (Group) yaitu PT. Windu Nabatindo Abadi dan PT Windu Nabatindo Lestari. PT Windu Nabatindo Lestari terdiri dari tiga kebun yaitu Pelantaran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate, sedangkan PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Bahaure Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate

(SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). Penulis melakukan kegiatan magang di Serawak Damai Estate divisi 2.

Serawak Damai Estate memiliki luas area sebesar 3765 ha yang dibagi menjadi lima divisi. Divisi 1 memiliki luas areal sebesar 850 ha, Divisi II 756 ha, Divisi III 705 ha, Divisi IV 725 ha, dan Divisi V 730 ha. Setiap divisi dipimpin oleh seorang asisten kebun.

Kondisi Tanaman dan Produktivitas

Varietas kelapa sawit yang digunakan di Serawak Damai Estate adalah varietas Tenera Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi per hektar 136 pokok.

Tanaman kelapa sawit di Serawak Damai Estate terdiri dari tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Terdapat enam tahun tanam di SDME yaitu tahun tanam 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009. Produktivitas (ton/ha/tahun) TBS kebun SDME dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di SDME

Tahun Produksi dan Produktivitas TBS

Jumlah Janjang Ton TBS Ton/ha TBS

2008 334 686 1376 2.26

2009 683 590 2897 4.47

2010 1 159 035 5346 7.60

2011 556 729 4497 5.95

Sumber : Kantor Serawak Damai Estate (2012).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Bumitama Gunajaya Agro memiliki sembilan wilayah yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Riau. Wilayah-wilayah tersebut dipimpin langsung oleh seorang General Manager Plantation (GMP). GMP memiliki tanggung jawab terhadap dua wilayah kebun. Masing-masing wilayah

dikepalai oleh Kepala Wilayah (Kawil). Kepala Wilayah dibantu oleh Agronomi Controller (AGC), Departement Support (CSR, SDA, dan Akuisi), chief keamanan, Estate Manager, Mill Manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah.

Serawak Damai Estate dipimpin oleh Estate Manager (EM) dan dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi, dan kepala administrasi. Asisten divisi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Mandor 1, mandor dan kerani divisi. Struktur organisasi SDME dapat dilihat pada Lampiran 7. dan jumlah staf dan non staf di SDME dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di SDME

No Status Pegawai KHT KHL Bulanan Jumlah

Orang 1 Staff 7 2 Pekerja Langsung  Perawatan 157 146 - 303  Panen 125 71 - 196 3 Pekerja Tidak Langsung  Mandor 16 6 13 35  Kerani Divisi 10 7 5 22 4 Lain-lain 26 15 3 44 Total 607

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Hama

Penanaman tanaman yang bermanfaat sebagai inang alternatif agensia pengendali hayati dilakukan untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan hama tanaman kelapa sawit seperti ulat api. Contoh dari beberapa tumbuhan yang digunakan adalah Turnera subulata, Erechites sp., Urena lobata, Casia tora, Antigonon, Euphorbia spp., Displazium asperium, Nephrolepis bisserata, dan Ageratum spp. Di SDME dilakukan penanaman Turnera subulata dan Casia tora dengan perbandingan 60% : 40%, karena Casia tora menyediakan nektar sepanjang hari dan tidak hanya di kelopak saja tetapi di ketiak batangnya, sedangkan Turnera subulata hanya menyediakan nektar sampai siang hari. Tanaman tersebut ditanam di pinggir blok sepanjang jalan CR dan MR. Beberapa hama yang menyerang tanaman kelapa sawit di SDME khususnya divisi 2 yaitu tikus, rayap, Tirathaba, kumbang tanduk, ulat api, dan ulat kantong.

Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling banyak menyerang tanaman kelapa sawit di SDME divisi 2, karena aplikasi janjang kosong yang belum terorganisasi dengan baik. Aplikasi janjang kosong yang tidak tepat (tidak satu lapis) dapat menyebabkan perkembangan serangan Oryctes. Kumbang ini dapat menyerang sejak di pembibitan tanaman muda di lapangan, dan bahkan tanaman dewasa di atas tujuh tahun. Pada tanaman muda, kumbang ini menggerek bagian samping pangkal pelepah terbawah langsung mencapai titik tumbuh, sedangkan pada tanaman yang lebih tua, kumbang menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan kearah bawah menuju ke titik tumbuh, akibatnya dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman. Serangan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan kematian tanaman.

(a) (b)

Gambar 1. Pokok Terserang Kumbang Tanduk (a), Bekas Geretan Kumbang Tanduk (b)

Pengendalian hama kumbang tanduk yang dilakukan di SDME divisi 2 yaitu diawali dengan deteksi dini dengan pengambilan contoh pokok yang terserang. Jika serangan baru di atas 5%, maka dilakukan langkah pengendalian. Sensus hama yang dilakukan oleh petugas di SDME divisi 2 dengan mengamati setiap pokok. Serangan baru ditunjukkan adanya gundukan bekas gerekan berwarna putih dan lubang bekas gerekan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan perangkap ferotrap dengan menggunakan senyawa feromon yang menyerupai hormon yang dihasilkan kumbang jantan untuk menarik kumbang betina. Ketinggian perangkap yaitu 1 m dari kanopi pokok. Penggantian feromon dilakukan setiap dua bulan. Pemasangan perangkap dilakukan pada blok terserang setiap 200 m dipinggir blok. Prinsip kerja perangkap tersebut yaitu kumbang tanduk selalu terbang dengan arah lurus, ketika terbang kumbang tersebut menambrak perangkap, sehingga kumbang jatuh ke lubang yang berada di bawah perangkap.

Hama Rayap. Dua jenis rayap yang sering ditemukan di perkebunan kelapa sawit yaitu Captotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus. Hewan dari ordo Isoptera ini umumnya menyerang batang, akar, dan pelepah daun yang telah mati maupun yang masih hidup. Lahan yang beresiko terserang rayap adalah lahan gambut dan pasir. Serangan rayap jenis Captotermes curvignathus merusak jaringan hidup tanaman yang akibatnya mematikan tanaman kelapa sawit. Rayap jenis Macrotermes gilvus mengganggu jaringan akar sehingga tanaman berpotensi tumbang. Koloni rayap ini bergerak di sekitar batang. Jika rayap ini bergerak jauh dari pohon maka tidak akan mematikan jaringan sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif kloripirofos atau dengan manual dengan membongkar sarang utama dan membunuh semua rayap yang ada di dalamnya terutama ratunya. Pengendalian yang dilakukan pihak kebun yaitu aplikasi Fipronil 50 SC atau Curbix 100 EC dengan dosis 5 ml per pokok yang disiramkan mengelilingi pokok. Fipronil bekerja dengan cara mengganggu sinyal rayap tersebut untuk kembali pada ratu mereka. Cara semprotnya yaitu setengah larutan semprot di kawasan pucuk dan setengah larutan disemprot keliling pangkal pokok.

Hama Tirathaba. Hama yang sedang menyerang hampir di seluruh divisi di SDME adalah hama Tirathaba. Terdapat dua jenis Tirathaba, yaitu hama Tirathaba mundella dan Tirathaba rufivena. Stadia hama yang merugikan adalah pada stadia ulat yang menyerang adalah bunga dan buah, terutama yang masih muda. Apabila buah muda mendapat serangan dari hama ini maka buah akan terlambat tumbuh. Jika menyerang bunga dapat menyebabkan kerontokan bunga. Gejala yang nampak dari serangan Tirathaba adalah terdapat gumpalan kotoran ulat yang bercampur dengan sisa-sisa makanan yang menempel pada buah kelapa sawit dan terdapat bekas gerekan atau alur-alur pada permukaan atas buah. Pada serangan berat dapat menyebabkan lubang pada pangkal buah, sehingga menyebabkan busuknya brondolan. Pada serangan yang ringan dapat menyebabkan buah kering berwarna kecoklatan di bagian ujung akibat dari lapisan atas yang dimakan ulat. Tempat yang menjadi pilihan hama ini adalah daerah yang lembab. Kelembaban dapat disebabkan terlambatnya sanitasi dan kastrasi pokok.

Pengendalian yang terpenting dilakukan adalah menjaga kebersihan pokok dengan melakukan kebijakan kastrasi dan sanitasi pada tanaman belum menghasilkan dengan tepat waktu dan mempertahankan agar musuh alami hama Tirathaba yaitu ulat Braconidae, parasit pupa Ichneumonidae dan Chelisoches moris dapat berperan mengontrol perkembangan hama Tirathaba. Langkah pertama yang dilakukan adalah deteksi dini di TPH dengan menghitung persentase jumlah janjang yang terserang. Apabila serangan kurang dari 5%, dilakukan tindakan kontrol dan jika serangan di atas 5%, dilakukan tindakan selanjutnya yaitu sensus terhadap pokok dari asal buah tersebut. Jika hasil sensus menunjukkan serangan di atas 5%, maka dilakukan tindakan penyemprotan Bacillus turingiensis dengan konsentrasi 1g/1l air. Petugas yang melaksanakan penyemprotan adalah petugas yang melakukan sensus serangan Tirathaba sebelumnya. Hal ini dilakukan agar penyemprotan yang dilakukan lebih tepat sasaran.

(a) (b)

Gambar 3. Ulat Tirathaba (a), Buah Akibat Serangan Tirathaba (b)

Hama Tikus. Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tikus memakan

pangkal pelepah daun, sedangkan pada tanaman menghasilkan (TM) menyerang buah baik buah mentah maupun buah masak. Bekas gigitan dari hama tikus terlihat lebih rapi dari gigitan hewan lainnya seperti tupai. Langkah awal yang dilakukan adalah deteksi dini dari buah yang terserang di TPH. Jika persentase diatas 5% dilakukan sensus terhadap pokok sawit tersebut. Pengendalian hama tikus yaitu dengan rodentisida yang dilakukan serentak karena untuk hama tikus harus dilakukan satu blok satu hari. Rodentisida yang dipakai adalah Durat atau

Klerat RMB dengan dosis 0.7 kg/ha/rotasi. Selain itu secara alami pengendalian serangan tikus yaitu dengan pengembangbiakan burung hantu Tyto alba.

Hama Ulat Kantong. Jenis hama ulat kantong yang menyerang adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, Crematosphisa. Penyebaran hama ini sangat cepat, karena sifatnya yang mudah berpindah dari satu daun ke daun lain atau dari satu pohon ke pohon lain. Pada setiap perpindahan, ulat betina akan membentuk kantong-kantong. Setelah terbungkus kantong, ulat hanya bergerak dan memakan daun dengan cara mengeluarkan kepala dan tungkai depannya (Fauzi et al., 2007).

Hama Ulat Api. Ulat Api merupakan ulat pemakan daun kelapa sawit. Di

SDME keberadaan ulat api masih dalam keadaan normal, sehingga tidak menyebabkan kerugian. Jenis ulat api yang terdapat di divisi 2 adalah jenis Setora nitens, Setothosea asigna Van Eecke, dan Darna trima Moore. Gejala serangannya yaitu daun berlubang bekas gigitan, dan dalam serangan berat daun kelapa sawit hanya tersisa tulang daun saja. Populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan dengan adanya musuh alami predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata dan Sycanus leucomesus, sedangkan parasitoid ulat api adalah Trichogrammatoidea thoseae, Brachimeria lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, dan Dolichogenidae metesae. Parasitoid tersebut diperbanyak dan dikonservasi dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti tanaman Turnera subulata, Turnera ulmifolia, dan Cassia tora.

Penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di SDME divisi 2 yaitu busuk pucuk, busuk akar, dan marasmius. Busuk pucuk disebabkan oleh jamur Erwinea. Pada tingkat TBM pengendalian dilakukan dengan mencabut semua pucuk yang sudah busuk kemudian menghamparnya di sinar matahari atau membakarnya agar tidak menular ke pokok yang lain dan pada batang yang terkena serangan disemprot atau disiram dengan Dithane. Penyakit marasmius dapat menyerang buah dan jika tidak dikendalikan, penyakit ini dapat menyebabkan busuk pada semua buah. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan membuang semua buah busuknya.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang tidak diharapkan keberadaannya pada suatu tanaman produksi. Gulma yang tumbuh di sekitar pokok tanaman kelapa sawit perlu dikendalikan karena dapat menyebabkan kerugian bagi tanaman kelapa sawit sehingga dapat menghambat pekerjaan pemupukan dan panen TBS. Gulma menjadikan tanaman utama berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun CO2. Selain itu gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit. Gulma yang sering ditemukan di perkebunan kelapa sawit diantaranya adalah Mikania micrantha, Ageratum conizoides, Glichenia linearis, Chromolaena odorata, Imperata cylindrical, dan lain-lain. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan tanaman utama.

Tujuan pengendalian gulma adalah menjaga piringan, jalan pikul, jalan tengah, jalan kumis, dan TPH bersih sepanjang tahun, sehingga dapat mempermudah pekerjaan panen dan pemupukan.

Pada dasarnya terdapat tiga cara pengendalian gulma yaitu secara manual, kimiawi dan biologis (Fauzi et al., 2007). Di SDME pengendalian gulma dilakukan dengan ketiga cara tersebut. Langkah awal pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit seperti di SDME dilakukan dengan cara biologi, yaitu penanaman LCC (Legum Cover Crop) di gawangan mati dan diantara pokok dalam baris tanaman setelah tahapan Land Clearing dilakukan. Penanaman bibit kelapa sawit baru dilakukan apabila penutupan dari LCC tersebut sekitar 40% dari area yang akan ditanam. Di Serawak Damai Estate, jenis LCC yang digunakan adalah MB (Mucuna bracteata).

Pengendalian Gulma Secara Manual. Pengendalian gulma secara manual

dilakukan terhadap gulma yang tidak bisa dikerjakan dengan penyemprotan. Kegiatan manual ini dilakukan untuk membersihkan gulma pada gawangan mati, apabila ketinggian gulma sudah melebihi 1,5 m, sedangkan untuk piringan dan jalan pikul, pengendalian gulma secara manual disebabkan karena posisi gulma terlalu dekat dengan kelapa sawit terutama pada TBM, Mucuna bracteta yang melilit ke pokok dan ketebalan gulma sudah tidak memungkinkan lagi untuk

langsung disemprot. Kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan pokok kelapa sawit dari kacangan yang melilit dan dongkel anak kayu tumbuhan pengganggu di gawangan. Norma kerja untuk pengendalian gulma secara manual disesuaikan berdasarkan tiga kondisi area, yaitu ringan, sedang, dan berat.

Tabel 3. Norma Kerja Manual Piringan dan Jalan Rintis

Umur Tanaman Ringan Sedang Berat

………(hk/ha/rotasi)………

TBM I 2 3 4

TBM II dan III 2 3 4

TM 1 2 3

Sumber : Pedoman Teknis BGA (2012).

Tabel 4. Norma Kerja Manual Gawangan Mati

Umur Tanaman Ringan Sedang Berat

………(hk/ha/rotasi)………

TBM I - - -

TBM II dan III 2 3 4

TM - 2 4

Sumber : Pedoman Teknis BGA (2012).

Pengendalian Gulma Secara Kimia. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan

dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara kimia membutuhkan biaya yang cukup besar, oleh karena itu penggunaan herbisida dan aplikasi yang tepat dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan.

SDME memiliki dua tim semprot yaitu Tim BGA Spraying System dan tim Semprot Divisi.

a) Tim BSS

BSS bertugas menyemprot gulma di piringan, jalan pikul, TPH, dan melakukan rehabilitasi terhadap area yang sudah clean weeding yaitu dengan penanaman Nephrolepis biserrata dan Mucuna bracteata. Di SDME terdapat dua BSS yaitu BSS Rayon A dengan area kerja divisi 1, 2, 3, dan BSS Rayon B dengan area kerja divisi 4 dan 5.

Metode Pelaksanaan. Tim BSS menggunakan satu unit truk yang dilengkapi dengan tangki berkapasitas 2500 l untuk kebutuhan air penyemprot. Truk tersebut juga digunakan untuk membawa para pekerja ke area kerja. Pengisian air dalam tangki dilakukan pada sore hari sehari sebelum penyemprotan, sedangkan pencampuran racun dilakukan pada pagi hari sebelum berangkat ke lapangan. Pengadukan larutan harus dilakukan secara merata dan menggunakan pengaduk yang disediakan dalam tangki. Pengisian larutan dilakukan oleh satu orang yang bertugas sebagai tenaga pengairan.

Dokumen terkait