• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

7.2 Metode Material Requirement Planning (MRP)

MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan persediaan untuk barang-barang dengan sifat permintaan dependent (terikat). Keempat bahan baku yang digunakan oleh perusahaan merupakan bahan baku untuk produksi kecap yang bersifat terikat. Oleh karena itu metode MRP ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi perusahaan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku, terutama dalam hal ukuran lot pemesanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, besarnya tingkat persediaan dan kuantitas pembelian kumulatif bahan baku. Teknik MRP yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu mengkaji Teknik LFL, Teknik EOQ, dan Teknik POQ.

Rencana pelaksanaan pesanan merupakan perhitungan waktu mundur dari rencana penerimaan pesanan. Dalam hal ini, rencana pelaksanaan pesanan sangat bergantung dari lead time pengadaan bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam. Oleh karena itu perusahaan harus memesan kedelai, gula aren, gula kelapa seminggu sebelum adanya kebutuhan bersih persediaan bahan baku tersebut, sedangkan untuk garam perusahaan harus memesan dua minggu sebelum timbulnya kebutuhan bersih.

7.2.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL)

Penggunaan metode LFL mengharuskan perusahaan melakukan pemesanan bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam sebesar kebutuhan bersih keempat bahan baku tersebut, tanpa menghendaki adanya persediaan. Dengan menggunakan teknik LFL, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku untuk setiap periode, teknik ini memiliki kelemahan bila bahan baku mengalami keterlambatan, dimana proses produksi akan terganggu dikarenakan perusahaan tidak memiliki persediaan.dalam teknik ini sebanyak 44 kali untuk bahan baku kedelai, 51 kali untuk bahan baku gula aren, 47 kali untuk gula kelapa, dan 48 kali untuk pembelian bahan baku garam. Frekuensi pemesanan pada teknik LFL ini lebih besar dari frekuensi yang dilakukan perusahaan, sehingga berdampak pada melambungnya biaya pemesanan.

Jumlah persediaan di tangan pada periode tersebut dengan metode LFL adalah sebanyak 7 640 kg untuk bahan baku kedelai, adanya persediaan pada bahan baku kedelai ini adalah karena adanya persediaan pada awal periode. Jumlah persediaan untuk bahan baku gula aren dan gula kelapa sebesar nol, karena perusahaan tidak memiliki persediaan pada awal periode tersebut, sehingga perusahaan hanya melakukan pemesanan sebesar kebutuhan bersih untuk setiap periodenya. Sedangkan untuk bahan baku garam, persediaan perusahaan sebesar 2 735.5 kg hal ini disebabkan juga karena adanya persediaan pada awal periode.

Adanya persediaan tersebut mengakibatkan perusahaan menanggung biaya penyimpanan untuk kedelai sebesar Rp 62 724.40 dan Rp 2 024.27 untuk biaya penyimpanan garam. Biaya total persediaan untuk keempat bahan baku teknik LFL lebih tinggi dari teknik perusahaan yaitu sebesar Rp 27 659748.70 dengan

bahan baku dengan biaya persediaan terbesar adalah bahanbaku kedelai sebesar Rp 11 568 724.40. Biaya persediaan yang tinggi ini disebabkan karena dalam teknik LFL frekuensi pemesanan bahan baku menjadi lebih sering karena pemesanan bahan baku berdasarkan pada kebutuhan bersih tiap periode. Secara rinci mengenai biaya persediaan bahan baku dengan teknik LFL dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga dengan Teknik Lot For Lot Periode Maret 2007-Februari 2008

Biaya Pemesanan/tahun Biaya penyimpanan /tahun Biaya Total Persediaan Bahan

Baku

Rp/pesan Frek Total biaya pemesanan per tahun (Rp/tahun) Rp/kg Jumlah persediaan setahun (Kg/tahun) Total Biaya Penyimpanan Pertahun (Rp/tahun) (Rp/tahun) Kedelai 261 500.00 44 11 506 000.00 8.21 7 640.0 62 724.40 11 568 724.40 Gula aren 111 500.00 51 5 686 500.00 8.63 0.0 0.00 5 686 500.00 Gula kelapa 109 500.00 47 5 146 500.00 7.94 0.0 0.00 5 146 500.00 garam 109 500.00 48 5 256 000.00 0.74 2 735.5 2 024.27 5 258 024.30 Total Biaya Persediaan 27 659 748.70 Sumber: Data perusahaan (diolah), 2008

Kuantitas pembelian bahan baku untuk produksi kecap pada periode yang sama, dengan teknik LFL untuk ke empat bahan baku lebih kecil dari kuantitas yang dibeli dengan teknik perusahaan, karena dalam melakukan pesanan bahan baku didasarkan pada jumlah kebutuhan bersih pada setiap periode. Kuantitas pembelian bahan baku terbesar dalam teknik ini yaitu untuk pembelian bahan baku gula aren sebesar 96 874.0 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 544 916 250.00, dan kuantitas pembelian terkecil yaitu untuk pemesanan bahan baku garam sebesar 35 579.0 kg, dengan biaya pembelian sebesar Rp 16 330 761.00. Rincian Biaya pembelian untuk ke empat bahan baku secara rinci dalam Tabel 18.

Tabel 18. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Lot For Lot Periode Maret 2007-Februari 2008

Kuantitas Harga beli Biaya pembelian total

Bahan Baku (Kg) (Rp/kg) (Rp/tahun)

kedelai 42 797.0 5 092.00 217 922 324.00

gula aren 96 874.0 5 625.00 544 916 250.00 gula kelapa 91 139.0 4 928.00 449 132 992.00 garam 35 579.0 459.00 16 330 761.00 Total biaya pembelian 1 228 302 327.00

Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008

7.2.2 Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)

Penggunaan teknik EOQ mengharuskan perusahaan melakukan pemesanan kacang kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam sebesar tingkat EOQnya atau kelipatan dari EOQ pada setiap kali melakukan pemesanan bahan baku, apabila kebutuhan bersih melebihi dari tingkat EOQ-nya. Nilai EOQ untuk kacang kedelai adalah 7 423.18 kg, untuk gula aren sebesar 6 938.23 kg, gula kelapa sebesar 6 952.91 kg, dan EOQ garam sebesar 14 560.25 kg untuk setiap kali pemesanan bahan baku.

Dengan menggunakan teknik EOQ perusahaan melakukan pemesanan bahan baku yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik yang dilakukan perusahaan. Teknik ini memungkinkan perusahaan dapat menekan biaya pemesanan dengan penghematan yang cukup besar. Pada teknik ini perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 6 kali pemesanan untuk kacang kedelai, untuk gula aren sebanyak 13 kali pemesanan, gula kelapa sebanyak 12 kali pemesanan, dan 3 kali pemesanan untuk bahan baku garam. Jumlah persediaan bahan baku yang paling besar untuk teknik ini yaitu untuk bahan baku gula kelapa sebanyak 195 614.7 kg per tahun dengan biaya persediaan sebesar Rp 3 095 014.50 dan untuk jumlah persediaan yang paling rendah yaitu untuk bahan baku gula aren

sebesar 155 462.6 kg dengan biaya persediaan sebesar Rp 2 791 142.24. Biaya persediaan total untuk keempat bahan baku dengan menggunakan teknik EOQ adalah sebesar Rp 9 365 809.48. Penghematan dari teknik ini hampir setengahnya dari biaya persediaan yang ditanggung perusahaan. Secara rinci biaya peresediaan bahan baku dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga Teknik

Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan

baku Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penyimpanan/tahun Biaya Total Persediaan

Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jumlah Total Biaya (Rp/tahun) Pemesanan persediaan Penyimpanan

Per tahun setahun per tahun (Rp/tahun) (kg/tahun) (Rp/tahun)

Kedelai 261 500.00 6 1 569 000.00 8.21 185 872.7 1 526 014.50 3 095 014.50 Gula aren 111 500.00 13 1 449 500.00 8.63 155 462.6 1 341 642.24 2 791 142.24 Gula kelapa 109 500.00 12 1 314 000.00 7.94 195 614.7 1 553 180.90 2 867 180.90 Garam 109 500.00 3 328 500.00 0.74 383 742.0 283 969.10 612 471.10 Total Biaya Persediaan 9 365 809.48 Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008

Kuantitas pembelian bahan baku gula kelapa untuk produksi kecap pada periode Maret 2007 sampai dengan Februari 2008 menempati urutan terbesar dalam pembelian bahan baku, yaitu sebesar 97 340.7 kg, dengan biaya pembelian sebesar Rp 479 694 969.60. Sedangkan kuantitas pembelian bahan baku terendah yaitu untuk bahan baku garam sebesar 43 630.8 kg, dengan biaya pembelian sebesar Rp 20 049 487.20 kuantitas tersebut masih lebih rendah daripada yang dibeli perusahaan. Perusahaan melakukan pembelian dengan kuantitas yang lebih besar, karena dalam pembelian bahan baku, perusahaan tidak melihat kebutuhan bersih yang dapat dipenuhi oleh persediaan di tangan. Biaya pembelian total untuk keempat bahan baku dengan teknik EOQ adalah Rp 1 272 921 929.00. Rincian biaya pembelian bahan baku dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Kuntitas Pembelian Bahan Baku Teknik Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008

Kuantitas Harga beli Biaya pembelian total

Bahan Baku (Kg) (Rp/kg) (Rp/tahun)

kedelai 44 539.1 5 092.00 226 793 097.20

gula aren 97 135.0 5 625.00 546 384 375.00 gula kelapa 97 340.7 4 928.00 479 694 969.60

garam 43 680.8 459.00 20 049 487.20

Total biaya pembelian 1 272 921 929.00

Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008

7.2.3 Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)

Dalam teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, kelebihan persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dapat ditekan. Keunggulan teknik POQ dibandingkan dengan teknik EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan sediaan bila kebutuhan tidak uniform, karena sediaan yang berlebihan dapat dihindari. Kebutuhan akan bahan baku perusahaan dalam produksi kecap memiliki kebutuhan yang tidak seragam tiap periodenya, oleh karena itu teknik POQ cocok diterapkan dalam menganalisis persediaan ke empat bahan baku pada Perusahaan Kecap Segitiga.

Hasil perhitungan jumlah periode yang harus dipenuhi menghasilkan nilai POQ untuk kedelai adalah 9 periode, yang berarti kebutuhan untuk sembilan periode atau sembilan minggu harus dipenuhi oleh satu kali pemesanan bahan baku kedelai. Untuk bahan baku gula aren dan gula kelapa nilai POQ-nya sebesar 4 periode, sedangkan untuk garam memiliki nilai POQ yang cukup besar yaitu, sebesar 20 periode.

Dengan menggunakan teknik POQ ini tingkat persediaan bahan baku perusahaan lebih rendah dibanding dengan teknik LFL dan teknik EOQ, sehingga

dengan teknik ini perusahaan dapat menekan biaya persediaan dari biaya penyimpanan. Pemesanan bahan baku yang dilakukan dalam teknik ini untuk bahan baku kedelai sebanyak 5 kali, bahan baku gula aren 12 kali, bahan baku gula kelapa 12 kali, dan bahan baku garam 3 kali.

Tabel 21. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga Teknik

Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008

Bahan Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penympanan/tahun Biaya Total Persediaan baku Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jumlah Total Biaya (Rp/tahun) Pemesanan persediaan Penyimpanan

Per tahun setahun per tahun (Rp/tahun) (kg/tahun) (Rp/tahun)

Kedelai 261 500.00 5 1 307 500.00 8.21 167 086.0 1 371 776.06 2 679 276.06 Gula aren 111 500.00 12 1 338 000.00 8.63 141 267.0 1 219 134.21 2 557 134.21 Gula

Kelapa 109 500.00 12 1 314 000.00 7.94 140 495.0 1 115 530.30 2 429 530.30 Garam 109 500.00 3 328 500.00 0.74 383 742.0 283 969.08 612 469.08 Biaya Total Persediaan 8 278 409.65 Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008

Tingkat persediaan bahan baku yang tertinggi dalam teknik ini yaitu, untuk bahan baku garam sebesar 383 742.0 kg, tetapi karena biaya opportunity cost nya rendah maka biaya penyimpanan untuk bahan baku garam menjadi yang paling rendah diantara keempat bahan baku yang lain. Sedangkan tingkat persediaan yang paling rendah yaitu untuk bahan baku gula kelapa sebesar 140 495.0 kg, dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 1 115 530.30. Total biaya persediaan untuk keempat bahan baku dalam teknik ini yang harus ditanggung perusahaan adalah sebesar Rp 8 278 409.65. Secara rinci biaya persediaan bahan baku yang ditanggung perusahaan dengan menggunakan teknik POQ, dapat dilihat dalam Tabel 21.

Kuantitas pembelian bahan baku dalam teknik POQ, lebih rendah dibandingkan dengan teknik LFL dan EOQ. Perusahaan melakukan pembelian

bahan baku kedelai sebesar 42 822.0 kg, gula aren sebesar 96 874.0 kg, gula kelapa sebesar 91 141.0 kg, dan garam sebesar 35 664.5 kg. Biaya pembelian terbesar adalah untuk bahan baku gula aren, yaitu mencapai Rp 544 916 250.00 dan biaya pembelian terendah yaitu untuk bahan baku garam sebesar Rp 16 370 005.50. Secara lebih rinci biaya pembelian untuk bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa dan garam dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008

Kuantitas Harga beli Biaya Pembelian total

Bahan Baku (Kg) (Rp/kg) (Rp/tahun)

kedelai 42 822.0 5 092.00 218 049 624.00 gula aren 96 874.0 5 625.00 544 916 250.00 gula kelap 91 141.0 4 928.00 449 142 848.00 garam 35 664.5 459.00 16 370 005.50

Total biaya pembelian 1 228 478 728.50

Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008

Dokumen terkait