• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

2.8.5. Metode mengatasi keterlambatan proyek

Dalam menghindari kemungkinan keterlambatan proyek, tentu perlu adanya treatments atau cara-cara yang dapat meminimalisir hal tersebut. Bukan hanya pada tingkatan tertentu saja, akan tetapi melingkupi keseluruhan bagian.

Menurut Istimawan Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai bentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang kesemuanya mengacu pada

II - 34

dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Cara mengendalikan keterlambatan adalah:

1. Mengerahkan sumber daya tambahan

2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan meningkat dan

membawa kembali ke garis rencana

3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya.

Menurut Agus Ahyari (1987), untuk mengatasi keterlambatan bahan yang terjadi karena pemasok mengalami suatu hal, maka perlu adanya pemasok cadangan. Dalam penyusunan daftar prioritas pemasok, tidak cukup sekali disusun dan digunakan selanjutnya. Daftar tersebut setiap periode tertentu harus diadakan evaluasi mengenai pemasok biasa dilakukan berdasarkan hubungan pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui kualitas pemasok bisa dilihat dari karakteristik pola kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian atas barang yang rusak.

Sedangkan menurut Donal S Baffie (1990), sekalipun sudah dipergunakan prosedur yang terbaik, namun permasalahan akan timbul juga. Kadang-kadang terjadi suatu perubahan rencana kontraktor itu sendiri yang memerlukan barang kritis harus lebih dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal yang sudah disetujui sebelumnya.

II - 35

Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok atau kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain. Tugas dari ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara yang efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material tidak dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus mengetahui tempat memperoleh material pengganti (substitusi) yang akan dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya.

Budisuanda (2011) menyatakan strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan membuat risk management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk management tersebut adalah adanya risk response dan tentu monitoringnya. Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi, resiko yang terjadi adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk management yang dibuat. Berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi strategi dalam melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu:

1. Manajerial

a. Menjaga kedisiplinan tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di proyek.

II - 36

b. Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

c. Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini.

d. Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan mental kerja lebih baik.

e. Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk hal-hal yang bersifat emergency.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Membuat checklist daftar sisa pekerjaan.

b. Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah-kurang.

3. Critical Path Method

a. Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya pekerjaan dibuat lebih maju untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga.

b. Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan kritis agar pekerjaan kritis tersebut tidak delay dari yang direncanakan.

c. Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis sehingga total durasi pelaksanaan menjadi lebih singkat.

II - 37

d. Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga kuantitas pekerjaan kritis menjadi lebih kecil.

4. Material dan Suplier

a. Pengusahaan pengiriman material dengan menggunakan transportasi udara.

b. Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan dikirim ke proyek untuk memastikan bahwa material dalam kondisi siap untuk dikirim.

c. Mengganti material import dengan material yang ready stock dengan spesifikasi yang setara.

d. Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready stock dengan tetap memperhatikan kualitas pekerjaan.

5. Alat

a. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur.

b. Mengganti alat yang tidak sesuai dan cocok.

c. Menambah jumlah alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar.

6. Subkontraktor

a. Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan menggantinya dengan subkontraktor yang terpercaya.

b. Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.

II - 38

c. Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang dapat memutuskan masalah.

7. Tenaga Kerja

a. Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif.

b. Menambah jam kerja atau lembur.

c. Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja.

d. Memberikan training secara rutin kepada pekerja agar keahlian pekerja meningkat sehingga akhirnya produktifitasnya bertambah.

e. Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja. Ini akan memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas.

8. Design dan Metode Pelaksanaan

a. Menentukan metode pelaksanaan baru yang lebih efisiean dan efektif.

b. Mengevalusi metode pelaksanaan yang ada, sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang paling efisien dan efektif.

9. Kontrak

a. Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah karena kontrak.

II - 39

b. Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi penyebab keterlambatan serta menyampaikan dengan surat kepada owner.

10. Site

a. Mengevaluasi lokasi proyek dan penataannya.

b. Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak terhambat.

c. Lokasi proyek harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi.

2. 9 Analisis Regresi Linier

Istilah “regresi” pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1886. Galton menemukan adanya tendensi bawah orang tua yang memiliki tubuh tinggi, memiliki anak-anak yang tinggi pula dan orang tua yang pendek memiliki anak-anak yang pendek pula. Kendati demikian, ia mengamati ada kecenderungan bahwa tinggi anak bergerak menuju rata-rata tinggi populasi secara keseluruhan. Dengan kata lain ketinggian anak yang amat tinggi atau orang tua yang amat pendek cenderung bergerak kearah rata-rata tinggi populasi. Inilah yang disebut hukum Galton mengenai regresi universal. Dalam bahasa Galton ia menyebutnya sebagai regresi menuju medikritas (Maddala, 1992).

Interpretasi modern mengenai regresi agak berlainan dengan regresi versi Galton. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi

II - 40

mengenai ketergantungan variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. (Gujarati, 2003).

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus yaitu pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada (Tabachnick, 1996).

Dalam analisis regresi, variabel bebas dapat pula disebut dengan prediktor dan variabel terikatnya sering disebut dengan istilah kriterium.

Hal ini tidak ditemukan pada analisis korelasi. Pada analisis korelasi variabel-variabel yang akan dikorelasikan cukup disebut dengan istilah variabel penelitian. Dalam analisi korelasi tidak terdapat variabel yang disebut berbagai variabel terikat atau tergantung (Sudarmanto, 2005:2).

Dalam penggunaannya analisis regresi linier dibedakan menjadi dua macam yaitu analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Untuk lebih dalam memahami kedua bentuk analisis regresi diatas maka akan diuraikan dibawah ini:

2. 9. 1 Analisis regresi linier sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara veriabel

II - 41

independen dengan variabel dependen. Apakah positif atau negatif dan untuk meprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y’ = a + bX :...(2.1)

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

2. 9. 2 Analisis regresi linier berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3.... Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen. Apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan

II - 42

biasanya berskala interval atau rasio. Berikut ini diuraikan beberapa koefisien yang akan didapatkan dalam analisis regresi linier berganda:

a Uji Korelasi

Analisis ini digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara variabel perencanaan (identifikasi, durasi, dan perencanaan urutan kerja yang tidak lengkap dan tersusun dengan baik) dengan variabel (kurangnya pengalaman kontraktor), serta Kesulitan Finansial dengan dana dari pemilik yang tidak mencukupi. rumusnya adalah sebagai berikut:

rxy N

XY 

 

X

 

Y

…..(Rumus 2.2)

√

N

X² 

∑

X

²

N

Y² 

Y

²

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi variabel X dan Y N = Banyaknya pasangan data X dan Y

∑X = Jumlah total dari variabel X

∑Y = Jumlah total dari variabel Y

∑X² = Kuadrat dari jumlah total variabel X

∑Y² = Kuadrat dari jumlah total variabel Y

∑YX = Hasil perkalian dari jumlah total variabel X dan Y

Untuk menarik kesimpulan tentang hubungan tersebut digunakan interprestasi nilai r sebagai berikut:

II - 43

a Bila r = 0, berarti tidak ada korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b Bila r = 1 atau mendekati 1, berarti ada korelasi sempurna positif, berarti ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

c Bila r = -1 atau mendekati -1, berarti korelasi sempurna negatif, berarti bahwa variabel bebas mengalami kenaikan, maka variabel terikat akan mengalami penurunan.

b Uji Hipotesis

Tidak seperti variabel moderating, variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat/tidak bebas). Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis regresi linier berganda. Adapun rumus persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1 + b2X2 + ... bnXn :...(2.3) Keterangan:

Y’ = Varaiabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2 = Variabel independen

II - 44

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1 X 2 ... Xn = 0) b1 dan b2 = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun

penurunan)

Sebagai kesimpulan, memperhatikan pengertian dan penggunaan kedua model analisis regresi yang diuraikan diatas.

Maka dalam penulisan penelitian ini, data yang akan diolah yaitu tidak dapat menggunakan analisis regresi linier sederhana, sebab variabel independen berjumlah lebih dari 2 (dua) sehingga peneliti menggunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.

1. Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2) a. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2001: 98). Salah satu cara melakukan uji F adalah dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel, apabila nilai F hasil perhitungan > nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Kuncoro, 2001: 99).

Rumus Uji F yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh Bambang Setiaji (2006: 31) sebagai berikut:

II - 45

... (2.4)

Di mana:

Freg = Nilai garis korelasi

k = Jumlah variabel bebas (X) 1 = konstanta.

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah data

Jika F hitung sudah lebih besar dari F tabel maka model di atas sudah tepat (fit) (Setiaji; 2006: 32).

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2001: 100). Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen, dengan kata lain dapat diartikan.

II - 46

Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan variabel independen terhadap variabel dependen, dengan menggunakan rumus:

...…..(Rumus 3.5)

ˆ

: Y estimasi

~

: Y rata-rata

Nilai koefisien R2 berkisar 0 sampai 1, jika nilai koefisien R2 hitung semakin mendekati angka 1 maka variabel independennya semakin kuat berpengaruh terhadap variabel dependennya.

c. Uji t Statistik (Uji Parameter Penduga/Estimate)

Uji t statistik digunakan untuk menguji apakah variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Pengujian ini dilakukan dengan asumsi bahwa variabel-variabel lain adalah nol. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis

Ho :  = 0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Ha: = 0 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

2) Menentukan batas derajat signifikan

II - 47

t b

= Sb

Batas derajat signifikansi yang digunakan adalah 5%.

3) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila thit  ttabel atau Asymp.sig > 0,05 H0

ditolak apabila thit > ttabel atau Asymp.sig < 0,05. Perhitungan nilai t dengan rumus sebagai berikut:

. : ...(Rumus 3.6)

Keterangan :

b = koefisien regresi Sb = standar error t = Nilai t hitung

2. 10 Cara pemilihan Sampling

Metode pemilihan dan pengambilan sampling penelitian sebagaimana digambarkan dibawah ini:

Gambar 2. 5 Pemilihan sampling (Sumber : Ismiyati, 2007) TEKNIKSAMPLING

Probability Sampling NonProbabilitySampling

1. Simple Random Sampling

2. Propotionate Stratified Random Sampling 3. Dispropotionate

Stratified Random Sampling

4. Area (Cluster) Sampling

1. Sampling Sistematis 2. Samplin Kuota 3. Samlping Aksidental 4. Purposive Sampling 5. Sampling Jenuh 6. Snowball Sampling

II - 48 1. Probability Sampling

Probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.

Ada 4 cara pengambilan sampel yang termasuk secara Probability Sampling, adalah sebagai berikut:

a) Simple Random Sampling

Simple random sampling adalah suatu tipe sampling probabilitas, di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel. Dengan teknik semacam itu maka terpilihnya individu menjadi anggota sampel benar-benar atas dasar faktor kesempatan (chance), dalam arti memiliki kesempatan yang sama, bukan karena adanya pertimbangan subjektif dari peneliti. Teknik ini merupakan teknik yang paling objektif, dibandingkan dengan teknik-teknik sampling yang lain.

b) Propotionate Stratified Random Sampling

Propotionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).

II - 49

c) Dispropotionate Stratified Random Sampling

Dispropotionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota populasi heterogen (tidak sejenis)

d) Area (Cluster) Sampling (Sampel menurut daerah)

Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.

2. Non Probability Sampling

Non probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel.

Ada 6 cara pengambilan sampel yang termasuk secara Non probability sampling, adalah sebagai berikut:

a) Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan dari suatu daftar berdasarkan suatu urutan tertentu.

b) Sampling Kuota

Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan.

II - 50 c) Sampling aksidental

Samping aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa yang kebetulan ada.

d) Purposive Sampling

Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri khas khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Sampel yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian.

e) Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.

f) Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan cara purposive sampling.

II - 51

2. 11 Analisis program SPSS (Statistical Product and Service Solutions)

Statistik adalah ilmu yang berhubungan dengan angka. Oleh karena itu statistik sering dikaitkan dengan data-data yang bersifat kuantitatif (angka), yang salah satunya adalah program SPSS.

Untuk dapat memahami cara kerja software SPSS, berikut dikemukakan kaitan antara cara kerja computer dengan SPSS dalam mengolah data. Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS (Sumber : Singgih Santoso, 2001)

Penjelasan proses statistik dengan SPSS :

1. Data yang akan diproses dimasukan lewat menu DATA EDITOR yang otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan

2. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDIT

INPUT DATA dengan data Editor

PROSES DATA dengan data Editor

OUTPUT DATA dengan output

Navigator

 Pivot tabel Editor

 Teks output Editor

 Chart Editor

II - 52

3. Hasil pengolahan data muncul dilayar (window) yang lain dari SPSS, yaitu OUTPUT NAVIGATOR

Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistic dapat ditampilkan secara :

a. Teks atau tulisan. Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk teks dapat dilakukan lewat menu Teks Output Editor.

b. Tabel. Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan label dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel dapat dilakukan lewat menu Pivot table Editor.

c. Chart atau grafik. Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan lewat menu Chart Editor.

2. 12 Peneletian yang relevan

Berikut ini penulis sajikan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, sebagai bahan perbandingan:

1. Tri Vadli Setia Budi (2001).

a. Permasalahan.

II - 53

1. Faktor-faktor apa saja yang diidentivikasi oleh penyedia jasa dan pengguna jasa yang mengakibatkan keterlambatan proyek bangunan gedung.

2. Faktor-faktor utama manakah yang menjadi penyebab keterlambatan proyek konstruksi bangunan gedung dan seberapa besar factor tersebut berpengaruh.

b. Ruang lingkup Penelitian

1. Daerah penelitian dibatasi hanya di Daerah Istimewa

Yugyakarta dan Jawa Tengah dengan mengambil sampel kota Yugyakarta dan Semarang.

2. Responden penyedia jasa dan pengguna jasa, yang pernah menangani proyek konstruksi bangunan gedung jumlah lantai dua atau lebih, proyek antara tahun 1998 sampai dengan 2000.

c. Hasil penelitian

1. Kekurangan bahan/ material konstruksi, kelangkaan material dilapangan.

2. Kekurangan tenaga kerja, keterlambatan pembayaran termin oleh owner.

3. Force majeure (gempa,banjir, kebakaran, dll)

2. Arifal Hidayat (2004) a. Permasalahan

II - 54

1. Seperti apa persepsi para kontraktor terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan diproyek konstruksi yang disebabkan oleh faktor material.

2. Apakah faktor-faktor perbedaan jabatan responden, pengalaman responden, terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan yang disebabkan oleh faktor material.

b. Lingkup penelitian

1. Penelitian ini dibatasi hanya pada proyek konstuksi bangunan gedung bertingkat 2 atau lebih dengan luas lantai minimal 1000 m2.

2. Daerah penelitian dibatasi hanya pada proyek diwilayah Pekan Baru, penelitian ini tidak membedakan domisili responden, hanya untuk memenuhi jumlah sampel yang direncanakan 3. Penelitian ini dibatasi pada proyek konstruksi bangunan gedung

yang telah dibangun antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2004.

c. Hasil penelitian.

1. Faktor-faktor penyebab keterlambatan yang disebabkan oleh faktor material yang dianggap penting adalah : (1) Kekurangan bahan/material konstruksi, (2) Perubahan type dan spesifikasi material, (3) Keterlambatan pengiriman material ke proyek, (4) kerusakan material akibat penyimpanan, (5) Keterlambatan akibat fabrikasi material kusus. (6) Kanaikan harga material, (7)

II - 55

Kelangkaan material dipasaran dan (8) Kesalahan pengiriman tipe material.

2. Rangking sub faktor keterlambatan yang disebabkan oleh faktor material adalah :

(1) Kekurangan bahan/material konstruksi, (2) Kalangkaan material dipasaran, (3) Keterlambatan pengiriman material keproyek, (4) Kenaikan harga material, (5) Keterlambatan akibat fabrikasi material kusus.

3. Dari hasil penelitian ini ternyata ada perbedaan persepsi responden terhadap semua sub faktor penyebab keterlambatan yang desebabkan oleh faktor material, adapun perbedaan persepsi tersebut ditinjau dari Jabatan responden, pengalaman responden, nilai proyek, jenis proyek dan luas lantai bangunan gedung.

3. Suyatno (2010) a. Permasalahan

1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keterlambatan penyelesaian proyek – proyek DPU dilingkungan Karesidenan Surakarta

2. Bagaimana tingkat faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap keterlambatan penyelesaian proyek - proyek DPU dilingkungan Karesidenan Surakarta.

b. Lingkup penelitian

II - 56

1. Penelitian ini dibatasi pada proyek-proyek Dinas Pekerjaan Umum (DPU) diKaresidenan Surakarta, yaitu proyek

pemerintah.

2. Penelitian ini dibatasi pada proyek Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang telah dibangun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

3. Responden dalam penelitian ini adalah individu yang berpengalaman sebagai pelaksana pada proyek-Proyek Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dilingkungan karesidenan Surakarta, dan pernah memegang jabatan sebagai manajer proyek atau manajer lapangan.

4. Penelitian ini tidak bertujuan membedakan domisili

responden , namun hanya untuk memenuhi jumlah sampel yang direncanakan.

c. Hasil penelitian.

1. 1. Kekurangan tenaga kerja, 2. Kesalahan dalam

perencanaan dan spesifikasi, 3. Cuaca buruk (hujan deras, lokasi tergenang), 4. Produktivitas tidak optimum oleh kontraktor, 5. Kesalahan pengelolaan material, 6.

Perubahan scope pekerjaan oleh konsultan.

2. Hasil penelitian ini ternyata secara umum menurut persepsi responden ada persamaan persepsi responden terhadap faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek

II - 57

berdasarkan Jabatan responden, Pengalaman responden, Nilai proyek, Jenis proyek, dan Luas lantai, dimana nilai asymptotic signifikansi lebih besar dari 0.05 atau Ho diterima dan H1 ditolak.

2. 13 Hipotesis

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pemyelesaian proyek pekerjaan pelabuhan di Kepulauan Sailus kabupaten Pangkep di sebabkan oleh variabel-variabel dibawah ini:

1. Ketersedianya peralatan yang tidak memadai, 2. Kekurangan material di lapangan,

3. Kekurangan tenaga kerja terampil, 4. Terjadi perubahan scope pekerjaan,

5. Pemanfaatan atau penggunaan waktu yang tidak efektif, 6. Pengawasan pada proyek yang tidak maksimal,

7. Cuaca buruk (hujan dan badai) dan

Dokumen terkait