• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KETERLAMBATAN PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN DI KEPULAUAN SAILUS KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KETERLAMBATAN PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN DI KEPULAUAN SAILUS KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN PELABUHAN DI KEPULAUAN SAILUS KABUPATEN PANGKEP

Disusun Oleh:

NASRUN SIBELA 45 13 041 014

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kasih sayang dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan salah satu persyaratan akademik guna menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

Dalam tulisan ini penulis menyajikan pokok bahasan menyangkut masalah dibidang Manajemen, dengan judul :

“ANALISIS TINGKAT KETERLAMBATAN PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN DI KEPULAUAN SAILUS

KABUPATEN PANGKEP”

Tugas Akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik bantuan yang berupa materi maupun yang non meteri. Olehnya itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M.Eng sebagai Rektor Universitas Bosowa.

2. Ibu Dr. Ridwan, ST., MSi. sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

3. Ibu Nurhadijah Yunianti., ST. MT. Sebagai ketua Juruan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

4. Bapak Dr. Ir. M. Natsir Abduh, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

vi

5. Ibu Ir. Hj. Satriawati Cangara., MSp selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf Universitas Bosowa khususnya Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

7. Segenap Instansi dalam hal ini PT. Primatama Prima Konsultama dan PT. Palacari Perkasa yang telah membantu kami dalam memperoleh data serta informasi demi selesainya tugas akhir ini.

8. Kepada kedua orang tua, terutama nenek saya di Desa Timlonga dan seluruh keluarga yang tiada henti-hentinya mendoakan dan memberi motivasi untuk penulis dalam menyelesaikan studi.

9. Kepada Sri Wahyuni, S.Pd dan Muh. Dzarfan Al-Faizan Sibela kedua teman saya, yang selalu setia menemani penulis dalam menyusun dan memberikan masukan serta koreksi terhadap penulisan tugas akhir ini.

10. Kepada saudara-saudaraku mahasiswa Teknik Sipil dan terkhusus

saudara-saudaraku seperjuangan Teknik Sipil angkatan 2013

Universitas Bosowa atas dukungan, bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Serta semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu..

Dan kami menyadari bahwa tugas akhir ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kekurangan baik dalam penulisan maupun pembahasannya, mengingat masih dangkalnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritikan yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tugas

(7)

vii

akhir ini. Mudah-mudahan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata, hanya dalam doa kami panjatkan semoga amal dan kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Makassar, 24 September 2018

P e n u l i s

(8)

viii ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KETERLAMBATAN PROYEK PEKERJAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN DI KEPULAUAN SAILUS

KABUPATEN PANGKEP

(Oleh: Nasrun Sibela1 M. Natsir Abduh2 Satriawati Cangara3)

Pesatnya pekembangan pembangunan proyek infrastruktur suatu daerah menandakan semakin maju peradaban daerah tersebut. Namun kenyataannya tidak sedikit dari pembangun proyek infrastruktur yang mengalami keterlambatan sehingga gagal mencapai target perencanaan.

Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila perencanaan dan pengendalian tidak dilakukan dengan tepat. Tujuan dilakukan penelitian adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tingkatan variabel-variabel penyebab keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan pelabuhan di Kepulauan Sailus kabupaten Pangkep serta menerangkan hubungan variabel penelitian terhadap keterlambatan.

Pengolahan data ini menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 24.0. Teknik analisis data menggunakan uji deskriptif, uji korelasi dan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini yaitu 8 variabel yang diperoleh dari hasil ekstraksi dari metode litertur, wawancara, dan pengamatan/observasi di lapangan namun setelah diproses melalui analisa data maka hanya 5 variabel yang dinyatakan memiliki kontribusi pengaruh terhadap keterlambatan proyek diantaranya:

Penggunaan waktu yang tidak efektif, Ketersedian peralatan, Pengawasan yang tidak maksimal, Perubahan scope pekerjaan, dan Kekurangan tenaga kerja terampil serta menghasilkan satu model persamaan regresi linier berganda untuk menerangkan hubungan yang kuat antara kelima variabel di atas dengan keterlambatan proyek pelabuhan.

Kata kunci : Proyek pelabuhan, kontribusi pengaruh keterlambatan dan variabel keterlambatan Proyek

1 Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Bosowa Mkassar

2 Dosen Program Studi Teknik Sipil Univesitas Bosowa Makassar

3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Univesitas Bosowa Makassar

(9)

viii ABSTRACK

ANALYZING THE LEVEL OF PORTS DEVELOPMENT DELAY PROJECT OF THE ISLANDS OF PANGKEP IN SAILUS

REGENCY

(By: Nasrun Sibela4 M. Natsir Abduh5 Satriawati Cangara6)

The development of the infrastructure projects of a region indicated the more advance civilization of the area. But in a fact, there are some of develoment infrastructure projects that were delayed,then it made the target of planning be failed to reach. A project likely will be get delayed if the planning and controlling are not done properly. The purpose of the research were identify and classify the level of variables the causes of port infrastructure projects be delayed in Sailus island Pangkep Regency and also to explain the relation of research variable with the delays causes.

The data was processed by using computer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 24.0 version. The Data analysis techniques used descriptive test, multiple linear regression and correlation test. The results of this research were 8 variables which obtained from the results extraction method literature, interview, and observations in the field, but after be processed by using data analysis then only 5 variables that were declared have influence contributions against on project delay, including: the using of time was not effective, available of equipment, the supervision was not adequate, the changing of job scope, the lack of labor skill and just getting 1 a linear regression equation model to explain the strong relation between the fifth variables and the port project delay.

Keywords: Port project, contribution of the delay influence and variables of project delay.

4 Student Civil Engineering Universitas Bosowa Mkassar

5 Lecturer Civil Engineering Courses Bosowa Univesity Makassar

6 Lecturer Civil Engineering Courses Bosowa Univesity Makassar

(10)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGAJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR NOTASI ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-8 1.3 Tujuan Penelitian ... I-8 1.4 Manfaat Penelitian ... I-9 1.5 Batasan Masalah ... I-10 1.6 Sistematika Penulisan ... I-10

(11)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... II-1 2. 1 Proyek Konstruksi ... II-1 2. 2 Dermaga ... II-7 2. 3 Pengertian Penyedia Jasa ... II-15 2. 4 Proses Manajemen ... II-16 2. 5 Kegiatan Proyek ... II-18 2. 6 Tahapan proyek ... II-19 2. 7 Keterkaitan Biaya, Waktu dan Kualitas... II-23 2. 8 Keterlambatan Proyek ... II-25 2. 9 Analisis Regresi Linier Berganda ... II-39 2. 10 Cara pemilihan sampling ... II-47 2. 11 Analisis Program SPSS... II-51 2. 12 Penelitian yang Relevan... II-52 2. 13 Hipotesis ... II-57

BAB III METODOLOGI PENEILITIAN ... III-1 3. 1 Waktu dan Tempat ... III-1 3. 2 Jenis Penelitian ... III-2 3. 3 Populasi, Sampel dan Sampling... III-2 3. 4 Tahapan Penelitian ... III-4 3. 5 Teknik Pengumpulan Data ... III-5 3. 6 Rancangan Kuisioner ... III-6 3. 7 Defenisi Operasiaonal Variabel Penelitian ... III-16

(12)

xi

3. 8 Metode Analisa Data ... III-17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... IV-1 4. 1 Gambaran Umum Proyek ... IV-1 4.1.1 Gambaran Umum Proyek...IV-1 4.1.2 Data Responden...IV-2 4.1.3 Analisa Data...IV-4 4.1.4 Persepsi Responden terhadap Faktor penyebab

keterlambatan penyelesaian proyek...IV-8 4.1.5 Deskriptif Variabel...IV-16 4.1.6 Analisis Korelasi...IV-18 4.1.7 Analisis Regresi Linier Berganda...IV-25 4. 2 Pembahasan Penelitian ... IV-54

4.2.1 Uji Hipotesis...IV-54 4.2.2 Pembahasan Hipotesis Penelitian...IV-61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 5. 1 Kesimpulan ... V-1 5. 2 Saran ... V-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dermaga tipe Wharf/quay ... II-8 Gambar 2.2 Dermaga tipe Jetty ... II-9 Gambar 2.3 Dermaga tipe Dolphin ... II-10 Gambar 2.4 Ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas ... II-24 Gambar 2. 5 Pemilihan sampling ... II-47 Gambar 2.6 Cara kerja proses perhitungan dengan SPSS ... II-51 Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... III-1 Gambar 3. 2 Fish-bone diagram of eight effect of

contruction delays ... III-14 Gambar 3. 3 Skema bagan alir penelitian ... III-15 Gambar 4.1 Grafik Peralatan (X1) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-31 Gambar 4.2 Grafik Material (X2) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-34 Gambar 4.3 Grafik Tenaga Kerja (X3) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-38 Gambar 4.4 Grafik Perubahan pekerjaan (X4) Vs

Keterlambatan (Y) ... IV-41 Gambar 4.5 Grafik Waktu (X5) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-44 Gambar 4.6 Grafik Pengawasan (X6) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-48 Gambar 4.7 Grafik Cuaca (X7) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-51 Gambar 4.8 Grafik Dana (X8) Vs Keterlambatan (Y) ... IV-54

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Proyek ... III-10 Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... III-16 Tabel 4. 1. Data responden ... IV-3 Tabel 4.2. Pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi

Keterlambatan Pekerjaan Proyek Pembngunan

Pelabuhan di Pulau Sailus Kabupaten Pangkep ... IV-4 Tabel 4.3. Rekapitulasi berdasarkan pengisian kuisioner ... IV-7 Tabel 4.4 Hasil Penelitian Persepsi Responden terhadap Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek ... IV-8 Tabel 4.5. Deskripsi data terhadap 8 (delapan) Variabel penyebab

Keterlambatan Proyek ... IV-17 Tabel 4.6 Interpretasi nilai koefisien korelasi (R) ... IV-19 Tabel 4. 7 Hasil Analisis Korelasi terhadap 8 (delapan) variabel yang

berpengaruh pada Keterlambatan Proyek ... IV-21 Tabel 4.8 Hasil anaisis koefisien derterminasi variabel X1 ... IV-28 Tabel 4.9 Hasil analisis uji T variabel X1 ... IV-28 Tabel 4.10 Hasil analsis uji F variabel X1 ... IV-30 Tabel 4.11 Hasil anaisis koefisien derterminasi Variabel (X2) .... IV-31 Tabel 4.12 Hasil analisis uji T variabel X2 ... IV-32 Tabel 4.13 Hasil analsis uji F Variabel X2 ... IV-33 Tabel 4.14 Hasil anaisis koefisien derterminasi variabel X3 ... IV-34

(15)

xiv

Tabel 4.15 Hasil analisis uji T variabel X3 ... IV-35 Tabel 4.16 Hasil analsis uji F Variabel (X3) ... IV-37 Tabel 4.17 Hasil anaisis koefisien derterminasi Variabel X4... IV-38 Tabel 4.18 Hasil analisis uji T Variabel X4 ... IV-39 Tabel 4.19 Hasil analsis uji F variabel X4 ... IV-40 Tabel 4.20 Hasil anaisis koefisien derterminasi variabel X5 ... IV-41 Tabel 4.21 Hasil analisis uji T Variabel X5 ... IV-42 Tabel 4.22 Hasil analsis uji F variabel X5 ... IV-43 Tabel 4.23 Hasil anaisis koefisien derterminasi Variabel X6... IV-45 Tabel 4.24 Hasil analisis uji T Variabel X6 ... IV-45 Tabel 4.25 Hasil analsis uji F variabel X6 ... IV-47 Tabel 4.26 Hasil anaisis koefisien derterminasi variabel X7 .... IV-48 Tabel 4.27 Hasil analisis uji T variabel X7 ... IV-49 Tabel 4.28 Hasil analsis uji F variabel X7 ... IV-50 Tabel 4.29 Hasil Analisa koefisien derterminasi Variabel X8 ... IV-51 Tabel 4.30 Hasil analisis uji T Variabel X8 ... IV-52 Tabel 4.31 Hasil analsis uji F variabel X8 ... IV-53 Tabel 4.32 Hasil anaisis koefisien derterminasi Variabel

X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 dan X8 ... IV-55 Tabel 4.33 Hasil analisis uji T Variabel X1, X2, X3, X4, X5,

X6, X7 dan X8 ... IV-56 Tabel 4.34 Hasil analsis uji F Variabel X1, X2, X3, X4, X5,

X6, X7 dan X8 ... IV-57

(16)

xv

Tabel 4.35 Rekapitulasi hasil analisa regresi linier dan

analisa korelasi ... IV-58 Tabel 4.36 Rangking terhadap variabel-variabel penyebab

keterlambatan berdasarkan nilai korelasi (R), nilai

R square dan nilai uji F. ... IV-61 Tabel 4.31 Klasifikasi terhadap hipotesis diterima dan ditolak .... IV-62

(17)

xvi

DAFTAR NOTASI

Y’ : Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X : Variabel Independen

a : Konstanta( nilai Y’ apabila nilai x=0)

b : Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) rxy : Koefisien korelasi variabel X dan Y’

N : Banyaknya pasangan data X dan Y

∑x

: Jumlah total dari variabel X

∑Y : Jumlah total dari variabel Y

∑x2 : Kuadrat dari jumlah total variabel X

∑Y2 : Kuadrat dari jumlah total variabel Y

∑XY : Hasil perkalian dari jumlah total variabel X dan Y k : Jumlah variabel bebas (X)

1 : Konstanta

R2 : Koefisien determinasi N : Jumlah data

Freg : Nilai garis Korelasi Y : Y Rata-rata

Y^ : Y Estimasi t : Nilai t hitung b : Koefisien Regresi Sb : Standar Error

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuisioner Penelitian Lampiran II : Tabel Statistik Lampiran III : Dukumentasi

Lampiran IV : Rencana Anggaran Biaya (RAB) Lampiran V : Time Schedule (Kurva S)

(19)

I - 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan daerah dewasa ini, semakin banyak terdapat pembangunan berbagai fasilitas umum, infrastruktur, dan bangunan pribadi serta komersil terutama di perkotaan. Pesatnya perkembangan pembangunan suatu daerah menandakan semakin majunya peradaban daerah tersebut. Arus globalisasi juga mendorong proses pertumbuhan pembangunan dan perekonomian, sehingga semakin banyak terlihat proyek-proyek pembangunan.

Kenyataan sekarang pemilik proyek yang membutuhkan fasilitas tidak banyak yang mampu merencanakan dan membangun sendiri proyek- proyek tersebut. Ketidakmampuan mereka teratasi dengan hadirnya perusahaan penyedia jasa konstruksi, yang menyediakan jasa dalam merencanakan dan membangun proyek. Di Indonesia terdapat perusahaan yang menyediakan jasa konstruksi, salah satunya bahkan terdaftar sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dalam merencanakan pembangunan proyek, diperlukan perencanaan yang matang dalam berbagai hal. Mulai dari perkiraan biaya dan bahan material yang digunakan serta jumlah gaji pekerja yang harus dibayar per hari termasuk hal-hal pendukung lainnya dalam pelaksanaan

(20)

I - 2

proyek tersebut. Apabila perencanaan dilakukan tidak matang, owner dan perusahaan dapat mengalami risiko kerugian yang besar karena realisasinya tidak sesuai dengan estimasi perencanaan.

Besar pengaruh dalam perencanaan konstruksi suatu proyek menjelaskan betapa pentingnya suatu perencanaan yang matang.

Perusahaan sebagai lembaga berorientasi profit umumnya akan selalu mengejar keuntungan, oleh karenanya menggunakan kriteria efesien sebagai barometer. Sebab itulah perusahaan membutuhkan alat perencanaan dan pengendalian dalam rangka memperoleh laba yang besar. Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan jika pembuat anggaran tidak memiliki tingkat kredibilitas yang mumpuni, tidak mampu berpikir kedepan, tidak memiliki wawasan yang luas, wewenang pembuat anggaran tidak tegas, tidak didukung oleh masyarakat dan dana yang tidak cukup serta diperhadapkan dengan kondisi masyarakat yang sangat riskan dengan praktek Korupsi Kolusi daan Nepotisme (KKN).

Pekerjaan konstruksi adalah suatu pekerjaan yang kompleks dan memiliki tingkat risiko yang tinggi. Di dalam pekerjaan proyek melibatkan banyak steackhoulders. Oleh sebab itu, pada pekerjaan konstruksi perlu dilakukan sebuah manajerial yang terintegrasi dalam sebuah sistem yang kita kenal dengan manajemen konstruksi. Hal itu dilakukan agar semua elemen yang terlibat dalam pekerjaan dapat berperan aktif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing, agar tidak overlapping dalam mencapai target pelaksaan proyek konstruksi.

(21)

I - 3

Pembangunan proyek tersebut dapat berupa pembangunan gedung, jalan, pelabuhan, jembatan, pabrik dan lain-lan. Tujuan dari pembangunan fasilitas-fasiitas tadi adalah sebagai sarana dan akses untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pembangunan proyek konstruksi pelabuhan sebagai sarana transportasi dan merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat untuk mencapai kesejhateraan. Pada prinsipnya, prasana palabuhan sangat menujang laju perkembangan di berbagai sektor dalam rangka mewujudkan tujuan negara demi tercapainya pemerataan pembangunan melalui program yang terpadu, terfokus dan sustainable.

Melihat kondisi sejumlah prasarana, pelabuhan di kawasan indonesia bagian timur tepatnya pada kawasan kabupaten Pangkep di kepulauan Sailus kurang menunjang sehingga masih perlu untuk ditingkatkan. Keterbatasan infrastruktur ini jelas mengakibatkan timbulnya biaya extra, yang pada akhirnya mengakibatkan biaya produksi yang tinggi. Khususnya di lokasi penilitian tersebut, merupakan sarana yang menghubungkan arus barang dan jasa.

Penelitian diadakan pada lokasi pembangunan pelabuhan di kepulauan Sailus kabupaten Pangkep, yang menghubungkan beberapa daerah dan pulau yaitu Pulau Sailus, Desa Marabatuang, Desa Poliondro, Pulau Kapoposang Bali, Desa Sapuka, Pulau Stangger, Desa Aloang, Pelabuhan Calabahi (Kabupaten Dompu), Pelabuhan Jampea (Kabupaten

(22)

I - 4

Selayar), Pelabuhan Macini Baji (Kabupaten Pangkep), Pelabuhan Potere (Kota Makassar) dan Pelabuhan Badas (Kabupaten Sumbawa) serta pelabuhan Kota Bima dimana daerah-daerah ini sangat potensial.

Sehingga diharapkan setelah selesainya pembangunan pelabuhan, secara tidak langsung dapat mempercepat peningkatan kemajuan pada semua aspek kehidupan masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Hal terpenting dalam proyek pembangunan pelabuhan yaitu memperhitungkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang harus sesuai dengan pekerjaan di lapangan dan perencanaan. Anggaran biaya tersebut harus se-ekonomis mungkin dengan tidak melupakan aspek teknis agar tidak menimbulkan pemborosan biaya dalam pelaksanaan pekerjaan.

Sebab pada umunya anggaran yang direncanakan oleh perusahaan selalu terjadi perbedaan pada saat realisasi pekerjaan dilapangan, oleh kerena itu penyusunan anggaran proyek harus selalu memperhatikan kondisi riil proyek pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus yang akan dikerjakan, sehingga perbedaan anggaran yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan pelabuhan yang diperoleh adalah perbedaan yang bersifat favorable.

Proyek pekerjaan pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus kabupaten Pangkep, pada pelaksanaannya terjadi keterlambatan atau waktu penyelesaian pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak yang ditetapkan. Sehingga pada penelitian ini difokuskan pada permasalahan- permasalahan atau faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan pada

(23)

I - 5

pekerjaan pembangunan pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, maka selanjutnya dilakukanlah langkah yang metodis untuk mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor penyebab keterlambatan, berdasarkan indikator dan karakteristik pada ruang lingkup pekerjaan, melalui metode dan prosedur yang telah ditetapkan. Metode dan prosedur yang dimaksudkan adalah pengamatan lapangan, wawancara dengan pekerja di lapangan dan observasi lapangan sehingga dengan menggunakan mekanisme di atas akan mampuh mendapatkan informasi terhadap objek penelitian dengan akurat dan reliabel. Kemudian proses research menggunakan metode pengamatan lapangan dengan cara mendatangi lokasi pekerjaan untuk mengamati proses pekerjaan yang berlangsung, mengamati dan mengobservasi setiap kejadian di lapangan, mengamati kondisi kersediaan peralatan dan material yang digunakan, mengamati produktifitas dan motivasi pekerja, mengamati dan mengobservasi kondisi cuaca maupun karakteristik lokasi pekerjaan dan mengobservasi tingkatan kedisiplinan pengawasan pekerjaan serta perubahan-perubahan pada pekerjaan. Untuk kegiatan pengamatan lapangan berlangsung secara simultan dengan kegiatan observasi lapangan.

Selanjutnya dilakukan metode wawancara lapangan, dengan beberapa pekerja yang bertanggungjawab pada pekerjaan pembangunan pelabuhan di kepulauan Sailus kabuaten Pangkep. Pekerja yang dimaksud yakni para tenaga ahli dari pihak Kontraktor maupun Konsultan.

Teknik wawancaranya adalah dengan mengajukan pertanyaan-

(24)

I - 6

pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan/faktor penyebab keterlambatan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yaitu apakah keterlambatan disebabkan oleh kurangnya tenaga pekerja? Apakah keterlambatan terjadi disebabkan oleh keterbatasan dana? Apakah keterlambatan dipengaruhi oleh banyaknya pekerjaan tambahan (extra) dan atau terjadi perubahan rencana? Apakah keterlambatan pekerjaan dipengaruhi oleh pemanfaatan atau penggunaan waktu yang tidak efektif?

Dan Apakah pengawasan yang tidak maksimal berpengaruh pada keterlambatan pekerjaan? Dari hasil wawancara dengan pekerja di lapangan maka diperolehlah beberapa permasalahan/faktor penyebab utama keterlambatan pekerjaan pembanguanan pelabuhan tersebut.

Kemudian dari hasil pengamatan lapangan, wawancara dengan pekerja di lapangan dan observasi lapangan dalam pelaksanaan pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus kabupaten Pangkep. Maka dapat diperoleh konklusi bahwa terjadi keterlambatan diakibatkan oleh beberapa permasalahan/faktor yang berpengaruh terhadap keterlambatan penyelesaian proyek. Permasalahan-permasalahan/faktor-faktor yang menjadi penyebab di atas kemudian ditetapkan sebagai variabel dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah tidak tersedianya peralatan dengan baik, kekurangan material di lapangan disebabkan oleh akses pengangkutan material yang sangat jauh serta kondisi cuaca di perairan laut kepulauan Sailus yang buruk, kekurangan tenaga kerja terampil,

(25)

I - 7

terjadi perubahan scope pekerjaan oleh konsultan berdasarkan permintaan owner, pemanfaatan atau penggunaan waktu yang tidak efektif, cuaca buruk (hujan dan badai), keterlambatan pembayaran oleh owner, dan pengawasan pada proyek yang tidak maksimal. Sehingga terjadi delay total terhadap penyelesaian proyek pelabuhan. Dari semua masalah diatas mengakibatkan terjadinya realisasi perkerjaan proyek menjadi terlambat. Untuk itu, peralatan, material, pembagian item-item kerja, perubahan scope pekerjaan, pemanfaatan waktu yang efesien dan pengawasan yang maksimal proyek sangat berkontribusi terhadap tercapainya sasaran proyek, tepat waktu, tepat biaya dan sesuai mutu yang direncanakan pada proyek pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus kabupaten Pangkep.

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat keterlambatan yang terjadi pada pekerjaan proyek dan seberapa besarkah pengaruh setiap variabel-variabel yang disebutkan diatas terhadap keterlambatan penyelesaikan pekerjaan konstruksi pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus Kebupaten Pangkep, yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah skripsi dengan judul : “Analisis Tingkat Keterlambatan Proyek Pekerjaan Pembangunan Pelabuhan di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep”.

(26)

I - 8 1.2 Rumusan Masalah

Jika ditinjau dari uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa besarkah pengaruh setiap variabel penilitian terhadap keterlambatan proyek pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep?

2. Variabel manakah yang paling besar memberikan konstribusi terhadap keterlambatan proyek pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pennelitian ini berdasarkan permasalah diatas antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh setiap variabel penilitian terhadap keterlambatan proyek pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep.

2. Untuk mengetahui dan menganalisisa variabel yang paling besar memberikan kontribusi terhadap keterlambatan pembangunan pelabuhan di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep.

(27)

I - 9 1.4 Manfaat penelitian

1. 4. 1 Manfaat teoritis

Adapun manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

2.2.1 Manfaat bagi penulis

Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh selama dibangku perkuliahan maupun dengan hasil membaca literatur-literatur kenyataan praktis yang ada pada proyek maupun perusahaan, menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta meningkatkan kemampuan menulis dan menganalisis tingkat keterlambatan proyek.

2.2.2 Manfaat bagi pihak lain

Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan atau sebagai referensi kepada pembaca dan menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

1. 4. 2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan yakni dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya serta dapat memahami bahwa manajemen proyek merupakan

(28)

I - 10

faktor yang sangat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan penelitian ini adalah mengarah pada variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keterlembatan penyelesaian proyek pekerjaan pembangunan pelabuhan yang berada di Kepulauan Sailus Kabupaten Pangkep.

Provinsi Sulawesi Selatan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis secara terperinci dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian ini merupakan bagian awal penulisan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini secara singkat menguraikan kerangka teori yang berhubungan dengan objek penelitian, melalui teori-teori yang

(29)

I - 11

mendukung serta relevan dari buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga sebagai sumber informasi dan referensi media lainnya. Adapun isinya adalah pengertian proyek konstruksi, jenis proyek konstruksi, tahapan proyek konstruksi, pengertian dermaga, perencanaan dermaga, pemilihan tipe dermaga, pengertian penyedia jasa, proses manajemen, kegiatan proyek, tahapan proyek, keterikatan biaya, waktu dan kualitas, pengertian keterlambatan proyek, faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek, identifikasi faktor- faktor penyebab keterlambatan proyek, dampak keterlambatan, metode mengatasi keterlambatan, analisis regresi analisis program SPSS (Statistical product and Service Soluctions) dan disajikan pula penelitian terdahulu yang memiliki relasi dan relevansi dengan penelitian ini serta hipotesis penelitian

BAB III : METODE PENILITIAN

Bab ini menguraikan secara komprehensif tentang metode penelitian yang digunakan, yang berisi tentang waktu dan tempat, jenis penelitian, populasi, sampel dan sampling, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, defenisi operasisonal variabel penelitian, dan metode analisa data.

(30)

I - 12 BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis data dan hasil analisis beserta pembahasannya yang disesuaikan dengan metode penelitian pada bab tiga, sehingga akan memberikan perbandingan hasil penelitian dengan kriteria yang ada dan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah disebutkan dalam rumusan masalah.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, refleksi untuk memberikan saran berdasarkan kesimpulan penelitian untuk mengkaji dan menjawab rumusan yang sudah ada.

(31)

II - 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Proyek Konstruksi

2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi

Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan.

Menurut D.I Cleland dan W.R. King (1987), proyek adalah gabungan dari berbagai sumber daya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek berupa pembangunan atau perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian, pengembangan.

Dari pengertian di atas, maka proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir, sumber daya terbatas dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Pengertian proyek dalam pembahasan ini bidatasi dalam arti proyek konstruksi, yaitu proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan). Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa karakteristik proyek sebagai berikut:

1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai dan waktu finish sudah tertentu.

(32)

II - 2

2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin atau berulang (Pabrikasi).

3. Mempunyai tahapan kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.

4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan dan pelaksanaan).

5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.

6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.

7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi prosedur persyaratan tersebut.

2.1.2 Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan teknologi. Bidang-bidang kehidupan manusia yang makin beragam menuntut industri jasa konstruksi, membangun proyek-proyek konstruksi sesuai dengan keragaman bidang tersebut. Proyek konstruksi untuk bangunan pabrik tentu berbeda dengan bangunan gedung untuk sekolah. Proyek konstruksi bendungan, terowongan, jalan, pelabuhan, jembatan dan proyek teknik sipil lainnya

(33)

II - 3

membutuhkan spesifikasi, keahlian dan teknologi tertentu, yang tentu berbeda dengan proyek perumahan/pemukiman (Real Estate). Memang agak sulit mengkategorikan jenis-jenis proyek dalam kategori-kategori yang rinci dan tegas, namun secara umum (garis besar) klasifikasi/jenis proyek konstruksi dapat dibagi menjadi.

1. Proyek konstruksi bangunan gedung (Building Construction) Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yang

berskala rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah pengawasan/pengelolaan DPU sub Dinas Cipta Karya.

2. Proyek bangunan perumahan/pemukiman (Residential Contruction/Real Estate)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (real estate) dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klas pembangunannya serempak dengan

penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan transfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah

(34)

II - 4

mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta Karya.

3. Proyek konstruksi teknik sipil/proyek

Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction) umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain.

Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan teknologi tinggi.

4. Proyek konstruksi industri (Industrial Construction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat/industri dasar,

pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan

pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian/teknologi yang spesifik.

2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi

Secara garis besar tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi:

1. Tahap Perencanaan (planning)

Merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek, mencakup: recruitment konsultan (MK, perencana) untuk

(35)

II - 5

menterjemahkan kebutuhan pemilik, pembuatan TOR, survey, feasibility studies, studi kelayakan proyek, pemilihan design, schematic design, program dan budget/financing. Disini merupakan tahap pengelolaan (briefing), studi evaluasi dan program yang mencakup hal-hal teknis ekonomis, lingkungan, dll.

Hasil dari tahap ini adalah:

a. Laporan survey b. Studi kelayakan c. Program dan budget d. TOR (Term Of Reference) e. Master plan

2. Tahap Perancangan (design) Tahap Perancangan terdiri dari:

a. Prelimenery Design (Pra Rancangan)

Yang mencakup kriteria desain, skematik desain, proses diagram blok plan, rencana tapak, potongan, denah, gambar situasi/site plan tata ruang, estimasi cost (kerja global).

b. Design Development (Pengembangan Rancangan)

Tahap pengembangan dari pra rancangan yang sudah dibuat dan perhitungan-perhitungan yang lebih detail, mencakup:

1) Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun non struktural) secara terperinci.

(36)

II - 6

2) Gambar-gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal, struktur, mekanikal, dsb.

3) Outline specification (garis besar)

4) Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci.

c. Disain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan (final design & construction document).

d. Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk tahap pelelangan, mencakup:

1) Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan 2) Detail spesifikasi

3) Bill of quantity (daftar volume)

4) Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)

5) Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen lelang)

3. Tahap Pengadaan/Pelelangan

Pengadaan/pelelangan dilakukan untuk:

a Pengadaan konsultan

1) Konsultan Perencanaan/MK setelah gagasan awal/TOR ada.

2) Konsultan pengawas/supervisi setelah dokumen lelang ada.

b Pengadaan kontraktor setelah dokumen lelang ada.

4. Tahap Pelaksanaan (construction)

(37)

II - 7

Merupakan pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik yang telah dirancang pada tahap design. Pada tahap ini, setelah kontrak ditandatangani, SPK dikeluarkan, maka

pekerjaan pelaksanaan dilakukan. Pekerjaan pelaksanaan mencakup.

1) Rencana kerja (time schedule) 2) Pembagian waktu secara terperinci

3) Rencana lapangan (site plan/instalation) rencana peletakan bahan, alat dan bangunan-bangunan pembantu lainnya.

4) Organisasi lapangan

5) Pengadaan bahan/material 6) Pengadaan dan mobilisasi alat 7) Pengadaan dan mobilisasi tenaga

8) Pekerjaan persiapan dan pengukuran (stake out)

2. 2 Dermaga

2.2.1. Pengertian Dermaga

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang akan melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang yang merupakan suatu struktur yang dibuat di laut yang menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas yang terbuat dari balok, pelat lantai dan tiang pancang yang mendukung bangunan diatasnya. Konstruksi dermaga diperlukan

(38)

II - 8

untuk menahan gaya-gaya akibat tumbukkan kapal dan beban selama bongkar muat. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang akan merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran- ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat dan meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat dengan aman, cepat dan lancar.

Dermaga dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu wharf atau quay, jetty atau pier dan dolphin masing-masing dari tipe dermaga diatas akan dijelaskan dibawah ini:

1. Wharf adalah dermaga yang pararel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Dibawah ini adalah contoh gambar dermaga tipe wharf:

Sumber: wikipedia, 2017

Gambar 2.1 Dermaga tipe Wharf/quay

(39)

II - 9

2. Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat satu sisinya, jetty dapat digunakan pada satu sisi atau dua sisinya, yang biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga jetty dapat berbentuk T, L atau Jari. Dibawah ini gambar 2.2 dermaga tipe Jetty

Sumber: wikipedia, 2017 Gambar. 2.2 dermaga Tipe Jetty

3. Dermaga tipe dolphin

Dermaga Dolphin yakni sebagai tempat atau sarana untuk melakukan bongkar muat kapal atau sandarnya kapal yang berupa dolphin diatas tiang pancang. Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal yang biasanya digunakan besama-sama dengan dermaga pier dan wharf untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. Alat penambat ini direncanakan untuk bisa menahan gaya horizontal yang

(40)

II - 10

ditimbulkan oleh benturan kapal, tiupan angin, dorongan arus yang mengenai badan kapal pada waktu ditambatkan.

Dolphin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Breasting Dolphin (Dolphin penahan) disingkat BD 2. Mooring Dolphind (Dolphin penambat) disingkat MD

Agar lebih jelas maka di bawah ini gambar 2.3 dermaga tipe dolphin

Sumber: wikipedia, 2017 Gambar 2.3 dermaga tipe dolphin

2.2.2. Perencanaan Dermaga

Pada perencanaan dermaga adapun data awal yang dibutuhkan dalam merencana adalah data topografi dan data bathymetri. Data topografi berguna untuk mengetahui situasi dan ketinggian tanah untuk keperluan dermaga, sedangkan data bathymetri digunakan untuk mengetahui variasi kedalaman dan rintangan alur pelayaran di sekitar dermaga. Data ini dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan.

(41)

II - 11

Untuk itu data-data hidrografi dan oceanografi tentu saja menjadi bagian penting. Data hidrografi dan oceanografi meliputi data pasang surut, data gelombang, data arus, dan data angin. Data ini dapat diperoleh dari instansi pemerintahan seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau badan pencatatan angin yang biasanya terletak sekitar bandar udara daerah tertentu. Data angin diperlukan untuk merencanakan mulut alur pelayaran, atau tata letak pemecah gelombang.

Tujuannya agar kolam pelabuhan dapat terhindar dari sedimentasi. Data gelombang diperlukan untuk mengetahui tinggi gelombang dan titik pecahnya gelombang untuk perencanaan pemecah gelombang. Dan data pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi bangunan-bangunan di pelabuhan agar tidak terendam air pada saat pasang.

Perencanaan juga harus dipertimbangkan semua aspek yang mungkin akan berpengaruh baik pada saat pelaksanaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian dermaga. Penggunaan peraturan dan persyaratan-persyaratan dimaksudkan untuk memperoleh desain yang memenuhi syarat keamanan, fungsi dan biaya konstruksi. Persyaratan dari desain dermaga pada umumnya mempertimbangkan lingkungan, pelayanan konstruksi, sifat-sifat material dan persyaratan-persyaratan sosial. Elemen-elemen yang dipertimbangkan dalam perencanaan dermaga antara lain:

1. Fungsi

(42)

II - 12

Fungsi dermaga berkaitan dengan tujuan akhir penggunaan dermaga, apakah untuk melayani penumpang, barang atau untuk keperluan khusus seperti untuk melayani transportasi minyak dan gas alam cair.

2. Tingkat kepentingan

Pertimbangan tingkat kepentingan biasanya menyangkut adanya sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi yang memerlukan fasilitas pendistribusian atau menyangkut sistem pertahanan nasional.

3. Umur (life time)

Pada umumnya umur rencana (life time) ditentukan oleh fungsi, sudut pandang ekonomi dan sosial untuk itu maka harus dipilih material yang sesuai sehingga konstruksi dapat berfungsi secara normal sampai umur yang direncanakan. Terlebih lagi untuk konstruksi yang menggunakan desain kayu atau baja yang cenderung untuk menurun kemampuan pelayanannya akibat adanya kembang susut ataupun korosi, maka umur rencana harus ditetapkan guna menjamin keamanan konstruksinya.

4. Kondisi lingkungan

Selain gelombang, gempa, kondisi topografi tanah yang berpengaruh langsung pada desain, juga harus diperhatikan pengaruh adanya konstruksi terhadap kualitas air, kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan serta kondisi atmosfer sekitar.

(43)

II - 13 a Beban-beban yang bekerja b Material yang digunakan c Faktor keamanan

Faktor keamanan berlaku sebagai indeks yang mewakili keamanan desain suatu struktur, bermanfaat untuk mengkompensasikan ketidakpastian dalam desain yang biasanya terjadi akibat kurangnya ketelitian dan human error dalam desain dan pelaksanaan konstruksi.

d Periode konstruksi e Biaya konstruksi f Biaya perawatan

2.2.3. Pemilihan Tipe Dermaga

Dalam perencanaan dermaga pertimbangan-pertimbangan pokok yang diperlukan pada pemilihan tipe dermaga secara umum adalah:

a. Tinjauan topografi daerah pantai

Tinjauan topografi daerah pantai yang akan dibangun dermaga sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan keamanan, efektifitas, kemudahan proses pengerjaan dan faktor ekonomis. Misalnya pada perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang pada lokasi dimana kemiringan dasar cukup

(44)

II - 14

curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal.

Dalam hal ini pembuatan wharf bisa dipandang lebih tepat. Jadi bisa disimpulkan kalau tinjauan topografi sangat mempengaruhi dalam pemilihan alternatif tipe dermaga yang direncanakan.

b. Jenis kapal yang dilayani

Jenis kapal yang dilayani berkaitan dengan dimensi dermaga yang direncanakan. Selain itu juga aktifitas yang mungkin harus dilakukan pada proses bongkar muat dan peruntukan dermaga akan mempengaruhi pertimbangan pemilihan tipe dermaga.

Dermaga yang akan melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga barang potongan (general cargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat yang besar (crane), jalan kereta api, gudang-gudang dan sebagainya.

Untuk melayani kapal tersebut, biasanya penggunaan pier dipandang lebih ekonomis. Untuk keperluan melayani kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat besar biasanya dibuat tambatan lepas pantai dan proses bongkar muat dilakukan menggunakan kapal yang lebih kecil atau tongkang dan barang akan dibongkar di dermaga tepi pantai yang berukuran relatif lebih kecil.

c. Daya dukung tanah

(45)

II - 15

Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada mumnya tanah di dekat dataran memiliki daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan lumpur yang padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf akan lebih menguntungkan. Tapi apabila tanah dasar berupa karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk mendapatkan kedalaman yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan yang besar. Dalam hal ini pembuatan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.

2. 3 Pengertian Penyedia Jasa

Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, menyebutkan bahwa penyedia jasa adalah orang perseorangan/badan yang kegiatan usahanya adalah menyediakan layanan jasa konstruksi, yang terdiri dari konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor. Pengertian dari masing-masing penyedia jasa akan dijelaskan sebagai berikut ini :

1. Konsultan perencana adalah penyedia jasa orang/badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk lain.

(46)

II - 16

2. Konsultan pengawas adalah penyedia jasa orang/badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pekerjaan sampai dengan selesainya pekerjaan.

3. Kontraktor adalah penyedia jasa orang/badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatan untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya

2. 4 Proses Manajeman

Menurut A.D Austen dan R.H Neale (1984), yang dimaksud dengan proses manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Manajemen tergantung pada komunikasi yang jelas, dan kemampuan untuk melontorkan pemikiran, gagasan, informasi serta instruksi dengan cepat dan efektif diantara orang-orang yang keterampilan teknis dan minatnya berbeda-beda. Proses manajemen atau sering juga disebut Fungsi Manajemen, dalam satu kesatuan sebagai berikut dibawah ini :

1. Penempatan tujuan (goal setting). Penetapan tujuan merupakan tahapan awal dari proses manajemen. Tujuan merupakan misi sasaran yang akan tercapai.

(47)

II - 17

2. Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai keadaan dimasa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Staffing adalah proses manajemen yang berkenaan dengan pengerahan (recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen itu adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pas pada saat yang tepat (right people, right position, right time).

4. Directing, Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber- sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini terkandung usaha-usaha bagaimana memotivasi orang-orang agar dapat bekerja.

5. Supervising, Supervising didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja kerja serta tujuan organisasi tersebut.

6. Pengendalikan (Controlling), Controlling yaitu panduan atau aturan untuk melaksanakan aktifitas suatu usaha atau bagian-bagian lain dari usaha tersebut untuk tercapainya tujuan yang telah disepakati.

(48)

II - 18 2. 5 Kegiatan proyek

Menurut Imam Soeharto (1992), suatu rangkaian kegiatan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek.

Kegiatan rutin adalah suatu kegiatan terus menerus yang berulang dan berlangsung lama, sedangkan kegiatan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berlangsung dalam jangka waktu yang pendek. Oleh karena itu, suatu kegiatan proyek mempunyai awal dan akhir kegiatan yang jelas serta hasil kegiatan yang bersifat unik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini :

1. Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan), serta mempunyai jangka waktu yang terbatas.

2. Rangkaian kegiatan proyek hanya satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik. Jadi tidak ada dua atau lebih proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis.

(49)

II - 19 2. 6 Tahapan proyek

Menurut A.D Austen dan R.H Neale (1984), tahapan utama proyek konstruksi terdiri dari 5 tahap, yaitu :

1. Tahap breifing bertujuan memungkinkan klien menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga para arsitek, insinyur, surveyor kuantitas dan anggota lain kelompok perancang dapat secara tepat menafsirkan keinginannya dan menafsirkan biaya.

Yang harus dilakukan selama tahap breifing adalah :

a. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perancang dan ahli

b. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu;

c. Mempersiapkan : Program data departemen, program data ruangan, jadwal, waktu, sketsa dengan skala 1 : 1000, 1 : 1500 atau 1 : 2000, Yang menggambarkan denah dan batas- batas proyek, taksiran biaya dan implikasinya dan rencana pelaksanaan.

2. Tahap perencanaan dan perancangan bertujuan untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi dan taksiran biaya agar mendapat persetujuan yang perlu dari klien dan pihak berwenang yang terlibat. Kegiatan pada tahap ini meliputi:

(50)

II - 20

a. Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.

b. Memeriksa masalah teknis c. Meminta persetujuan dari klien

d. Mempersiapkan rancangan sketsa/pra rancangan, termasuk taksiran biaya, rancangan terinci, spesifikasi dan jadwal, daftar kuantitas, taksiran biaya akhir, program pelaksanaan pendahuluan, termasuk jadwal waktu.

3. Tahap pelelangan (tender) menunjuk kontraktor bangunan, atau sejumlah kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi. Kegiatan pada tahap ini untuk mendapatkan penawaran dari para kontraktor untuk pembangunan gedung dan untuk menyerahkan kontrak.

Dalam tahap ini klien terkait kuat pada sebagian besar pengeluaran proyek, jadi prosedur serta proses harus didifinisikan secara cermat dan ketat.

4. Tahap konstruksi atau tahap pelaksanaan pembangunan bertujuan membangun bangunan dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan dalam tahap ini adalah merencana, mengkoordinasi dan mengendalikan operasi lapangan.

5. Tahap persiapan penggunaan bertujuan menjamin agar bangunan yang telah selesai dibangun sesuai dokumen kontrak, dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatannya adalah:

(51)

II - 21

a. Mempersiapkan catatan pelaksanaan

b. Meneliti bangunan dengan cermat dan memperbaiki kerusakan

c. Menguji sifat kedap air bangunan

d. Memulai menguji dan menyesuaikan semua fasilitas

e. Mempersiapkan petunjuk operasi serta pedoman pemeliharaan

f. Melatih staf

Sedangkan menurut Istiawan Dipohusodo (1996) tahapan konstruksi dibagi menjadi 5 tahap yaitu:

1. Tahap pengembangan konsep, adapun kegiatan yang dilakukan dalan tahap ini adalah melakukan survey pendahuluan dengan investigasi lapangan dimana proyek akan dilaksanakan. Hal ini akan mengungkapkan informasi-informasi yang sangat diperlukan dalam pembuatan konsep proyek. Seperti misalnya informasi mengenai upah tenaga kerja setempat, harga material, perizinan pemerintah setempat, kemampuan penyedia jasa setempat baik kontraktor maupun konsultan, informasi mengenai iklim disekitar lokasi proyek yang digunakan untuk mengantisipasi kendala yang dapat diakibatkan oleh cuaca dan lain sebagainya.

2. Tahap perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan adalah pengajuan proposal, survey lanjutan, pembuatan desain

(52)

II - 22

awal/sketsa rencana (preliminary design) dan perancangan detail (detail design), keempat kegiatan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena hasil kegiatan pertama akan berpengaruh pada kegiatan kedua dan selanjutnya. Tujuan dari tahap ini sebenarnya untuk mendapatkan rencana kerja final yang memuat pengelompokan pekerjaan dan kegiatan secara terperinci:

a. Menggunakan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan maka akan didapat harga kontrak konstruksi dan material yang lebih pasti, bernilai tetap dan bersaing, sehingga tidak akan melewati batas anggaran yang tersedia.

b. Pekerjaan akan dapat diselesaikan sesuai dengan kualitas dan dalam rentang waktu seperti yang telah direncanakan atau ditetapkan.

3. Tahap pelelangan, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan administrasi untuk pelelangan sampai dengan terpilihnya pemenang lelang.

4. Tahap Pelaksanaan Konstruksi, dalam tahap ini adapun kegiatan yang dilakukan antara lain persiapan lapangan, pelaksanaan konstruksi fisik proyek sampai dengan selesainya konstruksi itu sendiri. Salah satu kegiatan yang cukup penting pada saat pelaksanaan konstruksi fisik adalah kegiatan pengendalian biaya dan jadwal konstruksi, untuk pengendalian biaya konstruksi hal-hal yang harus diperhatikan adalah alokasi biaya untuk sumber daya

(53)

II - 23

proyek mulai dari tenaga kerja, peralatan sampai dengan material konstruksi, sedangkan pengendalian jadwal diupayakan agar setiap kegiatan dalam proyek berjalan sesuai dengan yang direncanakan, dalam hal ini semua pihak yang terlibat diharapkan bisa menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki agar tujuan proyek tercapai dengan baik.

5. Tahap pengoperasian, setelah konstruksi fisik selesai maka penyedia jasa akan menyerahkannya kepada pengguna jasa untuk dioperasikan, dalam tahap ini penyedia jasa masih memiliki tanggung jawab untuk memelihara bangunan tersebut sesuai dengan perjanjian

2. 7 Keterikatan Biaya, Waktu dan Kualitas

Menurut Istiwan Dipohusodo (1996), sebagaimana layaknya pelayanan jasa, ketentuan mengenai biaya, mutu dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil pekerjaan, baik disengaja atau tidak, risiko yang harus ditanggung tidak kecil. Cara memperbaiki bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi harus dibongkar, kemudian dibangun ulang. Dipihak lain upaya untuk memperbaiki tidak dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan. Dengan demikian faktor biaya, waktu dan kualitas dalam proses konstruksi

(54)

II - 24

merupakan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat. Skema uraian diberikan dalam bentuk bagan pada gambar 2.4:

Inflasi

Penundaan Waktu Sengketa Hukum Modal Kerja Bunga

Pembiayaan

Jadwal Lokasi Proyek Kualitas tenaga

Produktifitas

Perubahan Pekerjaan Kualitas bahan dan alat

Jadwal Konstruksi

Peraturan Pemerintahan Pemeriksaan

Ekonomi Biaya Tinggi

Pengadaan Bahan

dan Alat dan Pengawasan

Rekayasa Nilai Perencanaan dan Pelatihan

Waktu Pekerja Kualitas spesifikasi teknis Konstruksi

Gambar 2.4 Ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas (Istiawan Dipohusodo, 1996 : 216)

Gambar 2.4 terlihat bahwa waktu konstruksi, kualitas, dan pembiayaan, ketiganya bersifat saling tarik menarik, artinya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tetapi ingin mempertahankan kualitas, maka pembiayaan akan naik. Sebaliknya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tapi tidak mau menaikkan penbiayaan maka kualitas tidak mungkin dipertahankan. Dari skema diatas terlihat pula bahwa jadwal, perubahan pekerjaan, peraturan pemerintah, pengadaan bahan dan alat mempengaruhi waktu konstruksi, sedangkan inflasi, penundaan waktu, modal kerja, sengketa hukum dan bunga bank mempengaruhi pembiayaan. Kualitas tenaga, kualitas bahan dan alat, pemeriksaan dan

(55)

II - 25

pengawasan, perencanaan dan spesifikasi teknis mempengaruhi kualitas bangunan. Lokasi proyek, produktifitas, jadwal konstruksi, ekonomi biaya tinggi, rekayasa nilai, dan pelatihan pekerja mempengaruhi waktu konstruksi, pembiayaan dan kualitas bangunan.

2. 8 Keterlambatan proyek

Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (1998) adalah sebagai waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Menurut Proboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena berdampak pada konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang mennjadi penyebab, juga tuntutan waktu, dan biaya tambahan. Sedangkan Alifen et al (2000) berpendapat bahwa keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik proyek.

Menurut Levis dan Atherley (1996), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan pekerjaan itu mengalami keterlambatan. Hal ini akan berdampak pada

(56)

II - 26

perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun keduanya. Adapun dampak keterlambatan pada klien atau owner adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan biaya langsung yang dikeluarkan yang berarti bahwa bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan dan lain sebagainya serta mengurangi keuntungan.

Menurut Callahan (1992), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktifitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Keterlambatan proyek dapat diidentifikasi dengan jelas melalui schedule. Dengan melihat schedule, akibat keterlambatan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dapat terlihat dan diharapkan dapat segera diantisipasi.

Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak dan akan mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Sedangkan pada pemilik proyek, keterlambatan akan memberi dampak pada pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan oleh penyedia

(57)

II - 27

jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama yang telah ditetapkan dikarenakan suatu alasan tertentu.

2.8.1. Variabel-variabel yang mempengaruhi keterlambatan proyek Proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan sejak awal pekerjaannya dan waktu selesainya, biasanya dibatasi waktu dan biaya, untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan pada umumnya menghasilkan sebuah perubahan yang memiliki nilai tambah (wikipedia berbahasa Indonesia). Pada intinya proyek adalah kegiatan sementara yang dibatasi waktu dan/atau biaya untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari hasil akhir yang didapatkan, apakah proyek tersebut selesai tepat pada waktunya, sesuai pada rancangan awal, dan dengan biaya yang telah ditentukan, atau bahkan sebaliknya terjadi keterlambatan, tidak sesuai dengan renacana awal, dan pembekakan biaya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa variabel-variabel keberhasilan suatu proyek adalah waktu (time), biaya (cost), dan kualitas (quality).

Jika salah satu aspek mengalami masalah, maka akan berdampak pada aspek yang lain. Sebagai contoh, terjadinya keterlambatan proyek dapat berdampak pada biaya juga mutu yang dihasilkan.

Pekerja seringkali dipaksa untuk mengejar keterlambatan waktu, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas, mutu yang

(58)

II - 28

diharapkan tidak sesuai dengan rencana. Atau dapat juga terjadi pembengkakan biaya untuk menambah alat-alat pendukung dalam mengejar ketertinggalan proyek.

2.8.2. Identifikasi variabel-variabel penyebab keterlambatan proyek Pada dasarnya keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya sumber daya manusia, lokasi pelaksanaan proyek, peralatan yang digunakan, dan lain sebagainya. Andi et al (2003) mennyatakan terdapat tujuh kategori variabel-variabel potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi, diantaranya:

1. Tenaga Kerja / Labours (keahlian tenaga kerja; kedisiplinan tenaga kerja; motivasi kerja para pekerja; angka ketidakhadiran;

ketersediaan tenaga kerja; penggantian tenaga kerja baru;

komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing)

2. Bahan / Material (pengirimn bahan; ketersediaan bahan; kualitas bahan)

3. Peralatan / Equipment (ketersediaan peralatan; kualitas peralatan) 4. Karakteristik Tempat / Site Characteristic (keadaan permukaan dan

dibawah permukaan tanah; penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar; karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek; tempat penyimpanan bahan/material; akses lokasi proyek; kebutuhan ruangan kerja; lokasi proyek)

(59)

II - 29

5. Manajerial / Managerial (pengawasan proyek; kualitas pengontrol pekerjaan; pengalaman manager lapangan; perhitungan keperluan material; perubahan desain; komunikasi antara konsultan dan kontraktor; komunikasi antara kontraktor dan pemilik; jadwal pengiriman material dan peralatan; jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan; persiapan/penetapan rancangan tempat)

6. Keuangan / Financial (pembayaran oleh pemilik; harga material) 7. Faktor Lain / Other Factors (intensitas curah hujan; kondisi

ekonomi; kecelakaan kerja).

2.8.3. Jenis-jenis keterlambatan

Kraiem dan Dickman yang dikutip dari Messah, Y. A. et al (2013) menyatakan keterlambatan dapat dibagi kedalam tiga kategori besar, yaitu:

a. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays) Merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan,

kelalaian, atau kesalahan kontraktor.

b. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays)

Merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik proyek maupun kontraktor. Pada kejadian ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

Referensi

Dokumen terkait

Fluida yang dipanaskan akan disirkulasikan kedalam flowline dalam bentuk steam sebagai media pemanas di dalam flowline sehingga dengan cara seperti ini

skenario partial connected penggunaan bandwidth Babel masih lebih kecil, untuk delay diungguli oleh B.A.T.M.A.N-adv, sedangkan jitter dan packet loss.. nilai Babel

kehidupannya multi dimensi tetapi ia adalah kesatuan utuh yang integral (asas mono dualis dan mono pluralis tetapi integral). Selain itu, pancasila juga memandang manusia sesuai

Dari hasil perhitungan analisis data persepsi masyarakat terdapat hubungan antar variabel yang sangat kuat, searah dengan tingkat signifikansi 0,01, yaitu sebesar

Pendidikan Adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan hukum Majelis Hakim untuk menerapkan asas kepentingan militer dalam pemberhentian dengan tidak hormat terhadap Prajurit

Rumusan Pasal 341 KUHP ini mengangkat tentang tindak pidana pembunuhan dilakukan oleh ibu terhadap nyawa bayinya yang dilakukan pada saat bayi dilahirkan atau

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu values (nilai) dan intentions (tujuan). Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan