BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Gerakan Keluarga Berencana Nasional
3. Metode-Metode Keluarga Berencana
Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada
satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogyanya
tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontraindikasi.
a. Sterilisasi sukarela/kontrasepsi mantap (kontap)
Sterilisasi pria
Sterilisasi pria sukarelavasektomimerupakan prosedur yang lebih sederhana, aman, dan biasanya lebih murah daripada sterilisasi wanita.
Prosedur vasektomi adalah produser bedah minor rawat jalan yang
dilakukan dengan anastesi lokal. Dilakukan satu atau dua insisi kecil di
skrotum dan vas deferens dipotong dan diikat atau disumbat dengan cara
lain untuk mencegah lewatnya sperma. Teknik ini sangat efektif, dengan
angka kegagalan 0,1-0,5% dalam tahun pertama.
Sterilisasi wanita
Sterilisasi wanita sukarela dilakukan dengan menyumbat tuba fallopi
melalui bedah sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu.
Metode-metode yang digunakan untuk sterilisasi wanita berbeda-beda sesuai dengan
pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai tuba, saat
pelaksanaan prosedur, dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tuba.
b. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
AKDR adalah sutu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus
melalui melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak
perjalanan ovum, sehingga mencegah pembuahan. Apabila dipasang setelah
koitus, AKDR dapat berfungsi sebagai penginduksi abortus. AKDR terdiri dari
dua jenis: mengandung obat atau tidak mengandung obat.
c. Kontrasepsi oral kombinasi
Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik
untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari,
bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan
menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mukus
serviks. Apabila diberikan dalam regimen khusus pascakoitus, kontrasepsi oral
juga dapat bekerja untuk mencegah implantasi telur yang sudah dibuahi.
d. Metode hanya menggunakan progesteron
Progesteron yang digunakan dalam metode ini meliputi levonorgestrel,
medroksiprogesteron asetat, dan norestiteron. Metode ini bekerja untuk
mencegah kehamilan dengan mengentalkan mukus serviks, mengubah
endometrium (menyebabkan implantasi sulit terjadi), dan sering menghambat
ovulasi.
e. Obat suntik - sebulan sekali
Kontrasepsi suntik sebulan sekali mengandung estrogen dan progesteron dan
sangat efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%.
f. Metode sawar/kontrasepsi barier
Metode sawar, yang meliputi kondom, spermisida (busa, supositoria, tablet,
krim, film dan jeli yang larut), diafragma, penutup serviks, dan spons, bekerja
dengan mencegah secara mekanis atau kimiawi sperma masuk ke dalam uterus.
Walaupun angka efektivitas pemakaian lebih rendah daripada metode
bagi pemakai dan penyedia layanan. Keunggulan utama bagi pemakai adalah
tidak adanya efek samping dan komplikasi jangka panjang. Selain itu,
pemakaian kondom dan beberapa metode sawar hingga tahap tertentu
mengurangi resiko penularan penyakit menular seksual (PMS). Kecuali
diafragma dan penutup serviks, yang memerlukan pemeriksaan awak dan
penyedia layanan, metode sawar dapat diperoleh melalui gerai nonmedis.
g. Keluarga Berencana Alami (KBA)
KBA memerlukan dua tindakan: identifikasi periode subur wanita dan puasa
hubungan kelamin selama periode tersebut. Terdapat beberapa metode KBA,
antara lain: metode kalender, metode mukus serviks (Billings), metode suhu
tubuh basal, dan metode simtotermal. Masing-masing menggunakan teknik
yang berlainan untuk mendeteksi periode subur dan menganjurkan puasa
hubungan kelamin yang berbeda-beda. Efektivitas semua metode KBA
bergantung pada motivasi pasangan untuk mencegah kehamilan dan
kemampuan untuk menginterpretasi gejala-gejala ovulasi. Secara umum,
pemakai yang lebih tua dan berpengalaman (yang mungkin lebih jarang
berhubungan kelamin) memiliki angka kegagalan yang lebih rendah.
h. Metode tradisional
Di beberapa tempat, wanita masih mengandalkan metode kontrasepsi
tradisional: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 77 juta
wanita menggunakan metode tradisional untuk mengontrol kesuburan mereka.
Metode-metode ini mungkin berupa alat (contohnya spons vagina atau sawar
serviks dari lilin), zat (misalnya cuci vagina dengan jus lemon), atau pola
hubungan kelamin setelah menjadi nenek, koitus interuptus, koitus interkrura
(dipisahkan oleh busana), dan koitus interfemora (di antara paha).
i. Metode pascakoitus
Metode pascakoitus ditujukan hanya untuk pemakaian darurat dan tidak
disarankan untuk digunakan sebagai metode keluarga berencana reguler.
Metode ini sangat cocok pada kasus-kasus hubungan kelamin yang tidak
direncanakan dan tidak diproteksi, kecurigaan adanya kegagalan kontrasepsi,
misalnya kondom yang robek, difragma terlepas, atau pil terlupa, dan pada
kasus perkosaan atau incest.
j. Menyusui
Selain menyediakan makanan ideal bagi bayi dan melindungi bayi dari
penyakit (termasuk diare), menyusui memiliki efek kontrasepsi selama
bulan-bulan pertama pascapartus. Wanita menyusui yang tidak memberikan bayi
mereka makanan selain air susu ibu (ASI), belum haid, dan kurang dari enam
bulan pascapartus memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan
kontrasepsi, yaitu:
a. Menunda kehamilan.
Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun dianjurkan menunda
kehamilannya.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1) Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak.
2) Efektivitas yang relatif tinggi, penting karena dapat menyebabkan
Kontrasepsi yang sesuai: pil, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) mini, cara sederhana.
Alasan:
1) Usia di bawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak mempunyai
anak dulu.
2) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.
3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih
sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai angka
kegagalan yang tinggi.
4) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat
dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
a. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan).
Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk
melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: 1) Reversibilitas cukup tinggi.
2) Efektivitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan
mempunyai anak.
3) Dapat dipakai 3-4 tahun.
4) Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI).
Kontrasepsi yang sesuai: AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk KB.
Alasan:
1) Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan
2) Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan AKDR
sebagai pilihan utama.
3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun
tidak/kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik
untuk mengandung dan melahirkan.
b. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi).
Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai 2 anak.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1) Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.
2) Reversibilitas rendah.
3) Dapat dipakai untuk jangka panjang.
4) Tidak menambah kelainan yang sudah ada.
Kontrasepsi yang sesuai: kontrasepsi mantap (tubektomi/vasektomi), susuk KB, AKDR, suntikan, pil, dan cara sederhana.
Alasan:
1) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi atau
tidak punya anak lagi karena alasan medis.
2) Pilihan utama adalah kontrasesi mantap.
3) Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik
dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR.
4) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai