BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
7. Uji Validitas Dan Realibilitas
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian ini, harus dilakukan uji validitas
dan reabilitas terlebih dahulu. . Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah
alat ukur yang sudah baku berdasarkan literatur sehingga tidak perlu lagi diuji
validitas dan realibilitasnya. Alat ukur yang digunakan adalah budaya patrilineal
8. Proses Pengumpulan Data
Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada instansi pendidikan (Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian surat izin yang diperoleh
disampaikan ke tempat penelitian yaitu desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan
Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli. Setelah mendapat izin dari kepala desa
tersebut di atas, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pembagian kuesioner
kepada calon responden dengan dibantu oleh asisten sebanyak 1 orang yang sudah
mendapat penjelasan sebelumnya. Setelah mendapat calon responden, selanjutnya
peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian
kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia akan diminta untuk
menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah
itu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.
Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner. Responden diberi
kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak
dimengerti sehubungan dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Setelah
semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan
untuk dianalisa.
9. Rencana Analisis Data
Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahaan data terdapat
1. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
suatu kode dari satu variabel.
3. Data entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau
data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
dengan membuat tabel kontigensi.
4. Melakukan teknik analisis
Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif untuk meringkas,
mengklasifikasikan, dan menyajikan data yang kemudian dianalisis dengan
sistem komputerisasi menggunakan program SPSS melalui langkah berikut:
a. Analisis univariat
Variabel yang ada kemudian dianalisis secara deskriptif dengan
menghitung persentase masing-masing variabel. Data yang sudah
dikumpulkan akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis bivariat
Pada tahap ini diteliti hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel
terhadap perencanaan jumlah anak dalam keluarga, dengan menggunakan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan
data terhadap 194 responden (suami-istri) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli yang dilakukan dari tanggal 3 – 26 April
2012. Desain deskriptif analitik digunakan untuk mengetahui hubungan budaya
patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli
Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli.
Untuk mengidentifikasi hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak
dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli
kotamadya Gunungsitoli, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan data
demografi responden dan 5 pertanyaan untuk budaya patrilineal. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden dan
budaya patrilineal pada setiap keluarga responden.
1. Distribusi karakteristik responden
Dari tabel 5.1.1. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden suku Nias asli sebanyak 185 responden (95,4%), dan
responden suku Nias campuran sebanyak 9 responden (4,6%).
Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan golongan
suku di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya
Gunungsitoli Suku Frekuensi (f) Persentase (%) Asli Nias 185 95,4 Campuran 9 4,6
Dari tabel 5.1.2. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang istrinya menikah pada usia < 20 tahun sebanyak
78 responden (40,2%), usia 20 – 30 tahun sebanyak 113 responden (58,2%), dan usia
> 35 tahun sebanyak 3 responden (1,5%).
Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia istri saat menikah
di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya
Gunungsitoli. Usia Frekuensi (f) Persentasi (%) < 20 tahun 78 40,2 20 - 35 tahun 113 58,2 > 35 tahun 3 1,5 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.3. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang istrinya saat ini berusia < 20 tahun sebanyak 1
responden (0,5%), usia 20 – 35 tahun sebanyak 88 responden (45,4%), dan usia > 35
tahun sebanyak 105 responden (54,1%).
Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia istri saat ini di desa
Onozitoli Sifaoro’ai kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli
Usia Frekuensi (f) Persentase (%) < 20 tahun 1 0,5 20 - 35 tahun 88 45,4 > 35 tahun 105 54,1 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.4. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang suaminya berpendidikan tidak tamat SD
42 responden (21,6%), Diploma sebanyak 17 responden (8,8%), Sarjana sebanyak 9
responden (4,6%), Pascasarjana sebanyak 1 responden (0,5%).
Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan suami di
desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya
Gunungsitoli Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak tamat SD 29 14,9 SD 42 21,6 SMP 42 21,6 SMA 54 27,8 Diploma 17 8,8 Sarjana 9 4,6 Pascasarjana 1 0,5 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.5. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang istrinya berpendidikan tidak tamat SD sebanyak
51 responden (26,3%), SD sebanyak 50 responden (25,8%), SMP sebanyak 36
responden (18,6%), SMA sebanyak 32 responden (16,5%), Diploma sebanyak 14
responden (7,2%), Sarjana sebanyak 10 responden (5,2%), dan Pascasarjana
sebanyak 1 responden (0,5%).
Tabel 5.1.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan istri di desa
Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak tamat SD 51 26,3 SD 50 25,8 SMP 36 18,6 SMA 32 16,5 Diploma 14 7,2 Sarjana 10 5,2 Pascasarjana 1 ,5 Total 194 100,0
(3,6%), petani/nelayan/buruh sebanyak 37 responden (19,1%), karyawan swata
sebanyak 31 responden (16,0%), wiraswasta sebanyak 78 responden (40,2%),
BUMN sebanyak 2 responden (1,0%), PNS/TNI/POLRI sebanyak 39 orang (20,1%).
Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan suami di desa
Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak bekerja 7 3,6 Petani/nelayan/buruh 37 19,1 Karyawan Swasta 31 16,0 Wiraswasta 78 40,2 BUMN 2 1,0 PNS/TNI/POLRI 39 20,1 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.7. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang istrinya tidak bekerja sebanyak 110 responden
(56,7%), petani/nelayan/buruh sebanyak 20 responden (10,3%), karyawan swasta
sebanyak 8 responden (4,1%), wiraswasta sebanyak 37 responden (19,1%), dan
PNS/TNI/POLRI sebanyak 19 responden (9,8%).
Tabel 5.1.7. Ditribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan istri di desa
Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Pekerjaan Istri Frekuensi
(f) Persentase (%) Tidak bekerja 110 56,7 Petani/nelayan/buruh 20 10,3 Karyawan Swasta 8 4,1 Wiraswasta 37 19,1 PNS/TNI/POLRI 19 9,8 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.8 dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden berpenghasilan per bulan < Rp 1.000.000,00
responden (55,7%), Rp 3.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 sebanyak 25 responden
(12,9%), Rp 5.000.000,00 – Rp 10.000.000,00 sebanyak 3 responden (1,5%).
Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah penghasilan
perbulan (suami-istri) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Penghasilan Frekuensi (f) Persentase (%) < Rp 1.000.000,00 58 29,9 Rp 1.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 108 55,7 Rp 3.000.000,00 - Rp 5.000.000,00 25 12,9 Rp 5.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 3 1,5 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.9. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang tidak mempunyai anak sebanyak 11 responden
(5,7%), 1 orang anak sebanyak 21 responden (10,8%), 2 – 3 orang anak sebanyak 60
responden (30,9%), dan > 3 orang anak sebanyak 102 responden (52,6%).
Tabel 5.1.9. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak hidup di
desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya
Gunungsitoli
Jumlah anak Frekuensi
(f) Persentase (%) Tidak ada 11 5,7 1 orang 21 10,8 2 - 3 orang 60 30,9 > 3 orang 102 52,6 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.10. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 orang
responden menyatakan bahwa responden yang jumlah anaknya saat ini sesuai dengan
yang direncanakan sebelumnya sebanyak 68 respoden (35,1%) dan yang tidak sesuai
kegagalan KB sebanyak 15 responden (7,7%), ingin mendapatkan anak laki-laki
sebanyak 62 responden (32,0%), ingin mendapatkan anak perempuan sebanyak 26
responden (13,4%), dan ingin mendapatkan anak laki-laki dan perempuan sebanyak
23 responden (11,9%).
Tabel 5.1.10. Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan kesesuaian jumlah
anak dengan yang direncanakan sebelumnya serta alasannya di desa Onozitoli
Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Sesuai Keinginan Frekuensi
(f) Persentase (%) Ya 68 35,1 Tidak 126 64,9 Total 194 100,0 Alasan Frekuensi (f) Persentase (%) Sesuai keinginan 68 35,1 Kegagalan KB 15 7,7
Ingin mendapatkan anak laki-laki 62 32,0
Ingin mendapatkan anak perempuan 26 13,4
Ingin mendapatkan anak laki-laki dan perempuan 23 11,9
Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.11. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa jumlah responden yang tidak mempunyai anak laki-laki sebanyak
30 responden (15,5%), mempunyai 1 orang anak laki-laki sebanyak 63 responden
(32,5%), mempunyai 2-3 orang anak laki-laki sebanyak 92 responden (47,4%), dan
mempunyai lebih dari 3 orang anak laki-laki 9 responden (4,6%).
Tabel 5.1.11. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak laki-laki
di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya
Gunungsitoli
Jumlah Anak Laki-laki Frekuensi
(f) Persentase (%) Tidak ada 30 15,5 1 orang 63 32,5 2 - 3 orang 92 47,4 > 3 orang 9 4,6
Dari tabel 5.1.12. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa jumlah responden yang tidak mempunyai anak perempuan
sebanyak 39 responden (20,1%), mempunyai 1 orang anak perempuan sebanyak 54
responden (27,8%), mempunyai 2 – 3 orang anak perempuan sebanyak 68 responden
(35,1%), dan mempunyai lebih dari 3 orang anak perempuan sebanyak 33 responden
(17,0%).
Tabel 5.1.12. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak
perempuan di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli
Kotamadya Gunungsitoli
Jumlah Anak Perempuan Frekuensi
(f) Persentase (%) Tidak ada 39 20,1 1 orang 54 27,8 2 - 3 orang 68 35,1 > 3 orang 33 17,0 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.13. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang masih ingin mempunyai anak lagi sebanyak 58
responden (29,9%) dan tidak ingin mempunyai anak lagi sebanyak 136 responden
(70,1%).
Tabel 5.1.13. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan keinginan responden
untuk mempunyai anak lagi di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Keinginan Punya Anak Lagi Frekuensi (f) Persentase (%) Ya 58 29,9 Tidak 136 70,1 Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.14. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
190 responden (97,9%) dengan sumber informasi antara lain: media cetak sebanyak
5 responden (2,6%), media elektronik sebanyak 5 responden (2,6%), teman/saudara
sebanyak 11 orang (5,7%), dan petugas kesehatan sebanyak 169 responden (87,1%),
serta yang tidak pernah mendapat informasi tentang KB sebanyak 4 responden
(2,1%).
Tabel 5.1.14. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan informasi Keluarga
Berencana (KB) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli
Kotamadya Gunungsitoli
Pernah Mendapat Informasi KB Frekuensi
(f) Persentase (%) Ya 190 97,9 Tidak 4 2,1 Total 194 100,0
Sumber Informasi KB Frekuensi
(f)
Persentase (%)
Tidak ada 4 2,1
Media cetak: buku, majalah, koran, dsb. 5 2,6
Media elektronik: televisi, radio, internet, dsb. 5 2,6
Teman/saudara 11 5,7
Petugas kesehatan 169 87,1
Total 194 100,0
Dari tabel 5.1.15. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang merupakan peserta KB sebanyak 118 responden
(60,8%) dan bukan peserta KB sebanyak 76 responden (39,2%).
Tabel 5.1.15. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status keikutsertaan
dalam program KB di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Status Peserta KB Frekuensi
(f) Persentase (%) Peserta KB 118 60,8 Bukan peserta KB 76 39,2 Total 194 100,0
2. Budaya Patrilineal Suku Nias
Dari tabel 5.2.1. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan responden yang setuju bahwa dalam silsilah keluarga hanya anak
laki-laki saja yang berhak dan dapat meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan
anak perempuan tidak dapat meneruskan silsilah adalah sebanyak 185 responden
(95,4%), sedangkan tidak setuju sebanyak 9 responden (4,6%).
Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.1 yaitu:
“Dalam silsilah keluarga hanya anak laki-laki saja yang berhak dan dapat
meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan anak perempuan tidak
dapat meneruskan silsilah”
Pertanyaan No. 1 Frekuensi
(f) Persentase (%) Setuju 185 95,4 Tidak Setuju 9 4,6 Total 194 100,0
Dari tabel 5.2.2. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan responden yang setuju bahwa dalam suatu rumah tangga, isteri bukan
sebagai kepala rumah tangga dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau
marga bapaknya adalah sebanyak 194 responden (100%).
Tabel 5.2.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 2 yaitu:
“Dalam suatu rumah tangga, isteri bukan sebagai kepala rumah tangga
dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau marga bapaknya”
Pertanyaan No. 2 Frekuensi
(f) Persentase (%) Setuju 194 100,0 Tidak Setuju 0 0 Total 194 100,0
Dari tabel 5.2.3. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan responden yang setuju bahwa dalam menghadiri upacara atau pertemuan
adat, perempuan tidak berhak mewakili orang tuanya adalah sebanyak 166 responden
(85,6%), sedangkan tidak setuju sebanyak 28 responden (14,4%).
Tabel 5.2.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 3 yaitu:
“Dalam menghadiri upacara atau pertemuan adat, perempuan tidak
berhak mewakili orang tuanya”
Pertanyaan No. 3 Frekuensi
(f) Persentase (%) Setuju 166 85,6 Tidak Setuju 28 14,4 Total 194 100,0
Dari tabel 5.2.4. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan responden yang setuju bahwa apabila timbul perceraian antara
suami-isteri, maka pemeliharaan anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya adalah
sebanyak 158 responden (81,4%), sedangkan tidak setuju sebanyak 36 responden
(18,6%).
Tabel 5.2.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 4 yaitu:
“Apabila timbul perceraian antara suami-isteri, maka pemeliharaan
anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya”
Pertanyaan No. 4 Frekuensi
(f) Persentase (%) Setuju 158 81,4 Tidak Setuju 36 18,6 Total 194 100,0
Dari tabel 5.2.5. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang setuju bahwa anak laki-laki kelak merupakan
ayahnya adalah sebanyak 175 responden (90,2%), sedangkan tidak setuju sebanyak
19 responden (9,8%).
Tabel 5.2.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.5 yaitu:
“Anak laki-laki kelak merupakan ahli waris ayahnya baik dalam adat
maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya”
Pertanyaan No. 5 Frekuensi
(f) Persentase (%) Setuju 175 90,2 Tidak Setuju 19 9,8 Total 194 100,0
Dari tabel 5.2.6. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden
menyatakan bahwa responden yang menganut seluruhnya sistem kekerabatan
patrilineal suku Nias sebanyak 145 responden (74,7%) dan tidak atau hanya sebagian
menganut sistem kekerabatan patrilineal suku Nias sebanyak 49 responden (25,3%).
Tabel 5.2.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan sistem kekerabatan
patrilineal dalam sebuah keluarga pada suku Nias
Sistem Kekerabatan Frekuensi
(f) Persentase (%) Patrilineal 145 74,7 Bukan Patrilineal 49 25,3 Total 194 100,0
3. Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli
Analisa data yang digunakan adalah chi-square untuk mencari hubungan
budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil uji
statistik hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga diperoleh
bahwa ada sebanyak 84 dari 145 (82,4%) suku Nias yang menganut budaya
Nias yang bukan patrilineal mempunyai jumlah anak > 3. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p= 0,16. Dengan demikian value lebih kecil dari alpha (5%) sehingga H0
ditolak, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara budaya
patrilineal terhadap jumlah anak. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,4,
artinya suku Nias yang menganut budaya patrilineal mempunyai peluang 2,4 kali
mempunyai jumlah anak > 3 dibandingkan suku Nias yang bukan patrilineal. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.3.1.
Tabel 5.3.1. Distribusi responden berdasarkan hubungan sistem kekerabatan
patrilineal suku Nias dengan jumlah anak dalam keluarga
Jumlah anak Sistem Kekerabatan Total OR 95% CI P value Patrilineal Bukan Patrilineal f % f % f % 2,4 (1,2 – 4,6) 0,16 > 3 84 82,4 18 17,6 102 100,0 ≤ 3 61 66,3 31 33,7 92 100,0 Total 145 74,7 49 25,3 194 100,0 B.Pembahasan
Dari hasil penelitian Laia (2008) menyatakan bahwa masyarakat Nias
menganut sistem kekerabatan patrilineal, dimana:
1) Dalam silsilah keluarga hanya anak laki-laki saja yang berhak dan
dapat meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan anak
perempuan tidak dapat meneruskan silsilah.
2) Dalam suatu rumah tangga, isteri bukan sebagai kepala rumah tangga
dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau marga
bapaknya.
3) Dalam menghadiri upacara atau pertemuan adat, perempuan tidak
4) Apabila timbul perceraian antara suami-isteri, maka pemeliharaan
anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya.
5) Anak laki-laki kelak merupakan ahli waris ayahnya baik dalam adat
maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya.
Akan tetapi, pada penelitian ini dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya
masyarakat suku Nias masih menganut sistem kekerabatan patrilineal seperti di atas.
Hasil penelitian dari 194 responden menyatakan bahwa responden yang menganut
sistem kekerabatan patrilineal suku Nias sebanyak 145 responden (74,7%) dan tidak
menganut sistem kekerabatan patrilineal suku Nias sebanyak 49 responden (25,3%).
Pada penelitian Laia (2008) juga disebutkan bahwa 100% masyarakat suku Nias
menyatakan setuju bahwa hanya anak laki-laki yang berhak menjadi ahli waris.
Sedangkan istri dan anak perempuan tidak mempunyai hak untuk menjadi ahli waris.
Apabila tidak ada anak laki-laki dari si pewaris maka yang berhak menjadi ahli waris
adalah saudaranya laki-laki. Akan tetapi pada penelitian ini, hasil penelitian
menyatakan responden yang setuju bahwa anak laki-laki kelak merupakan ahli waris
ayahnya baik dalam adat maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya adalah
sebanyak 175 responden (90,2%), sedangkan tidak setuju sebanyak 19 responden
(9,8%).
Hal ini bisa terjadi karena perubahan pola pikir yang disebabkan karena adanya:
1) Perkawinan campuran antara suku Nias dengan suku lain sebanyak 4,6%.
2) Peningkatan tingkat pendidikan dimana suami yang berpendidikan SMA sebanyak
27,8%, Diploma 8,8%, Sarjana 4,6%, Pascasarjana 0,5%. Demikian juga istri
berpendidikan SMA sebanyak 16,5%, Diploma 7,2%, Sarjana 5,2%, Pascasarjana
Dari budaya patrilineal yang dianut oleh masyarakat suku Nias, setiap
keluarga berkeinginan untuk mendapatkan anak laki-laki. Jadi, bagaimana bila dalam
sebuah keluarga belum ada anak laki-laki, ada kecenderungan untuk mempunyai
anak lagi sampai mendapatkan anak laki-laki.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada 52,6% responden yang memiliki
anak lebih dari 3 orang dan hanya 47,4% saja responden yang memiliki anak kurang
dari atau sama dengan 3 orang.
Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa ada 64,9% responden yang
jumlah anaknya tidak sesuai dengan direncanakan sebelumnya, disebabkan karena
berbagai faktor di antaranya keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki sebanyak
32,0%, walaupun di antaranya mayoritas sudah mendapatkan informasi tentang KB
sebelumnya yaitu sebanyak 97,9% yang mayoritas bersumber dari petugas kesehatan
yaitu 87,1%.
Tentu saja ini bisa jadi masalah yang serius, karena salah satu faktor
penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah keadaan “4 terlalu”
(terlalu muda/tua, sering, dan banyak) (Prawirohardjo, 2001). Pada penelitian ini
juga dapat dilihat bahwa masih ada wanita yang menikah pada usia terlalu muda atau
di bawah 20 tahun sebanyak 40,2%. Padahal usia yang dianjurkan baik untuk
menikah dan mempunyai anak bagi seorang wanita adalah di atas 20 tahun hingga 35
tahun (Prawirohardjo, 2002).
Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), Departemen
Kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan Assessment Safe
Motherhood, yang salah satu pilar di dalamnya adalah keluarga berencana. Keluarga
berencana yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke
kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Akan tetapi, fakta yang ditemukan
pada penelitian ini bahwa walaupun mayoritas responden sudah mendapatkan
informasi tentang KB, tetapi masih ada 39,2% responden yang bukan peserta KB.
WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka
kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar
5.600.000 jiwa pertahun (Manuaba, 2010). Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan Pada 194 responden di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli dapat dilihat bahwa dalam sebuah keluarga
pada umumnya memiliki 4 orang anak. Tentunya, salah satu faktor penyebabnya
adalah sistem kekerabatan patrilineal yang menitikberatkan adanya kecenderungan
untuk menginginkan anak laki-laki ada dalam setiap keluarga. Berdasarkan hasil uji
statistik hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias
si desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli
diperoleh bahwa ada sebanyak 84 dari 145 (82,4%) suku Nias yang menganut
budaya patrilineal mempunyai jumlah anak > 3, sedangkan 18 dari 49 (17,6%) dari
suku Nias yang bukan patrilineal mempunyai jumlah anak > 3. Hasil ini menyatakan
bahwa suku Nias yang menganut budaya patrilineal mempunyai peluang 2,4 kali
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan menjawab penelitian
Dari hasil penelitian “Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan
Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012 maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Mayoritas responden mempunyai anak lebih dari 3 orang yaitu sebanyak 102
responden (52,6%).
2. Mayoritas responden mempunyai anak laki-laki yaitu sebanyak 164
responden (84,5%), dan mayoritas responden memiliki anak perempuan yaitu
sebanyak 155 responden (79,9%).
3. Mayoritas responden masih menganut sistem kekerabatan patrilineal suku
Nias yaitu sebanyak 145 responden (74,7%).
4. Ada hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku
Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya
Gunungsitoli. Suku Nias yang menganut budaya patrilineal mempunyai
peluang 2,4 kali mempunyai jumlah anak > 3 dibandingkan suku Nias yang
bukan patrilineal.
B. Saran
Adapun saran pada penelitian ini yaitu:
1. Pelayanan Kebidanan
Kiranya hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pelayanan kebidanan
keluarga sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dalam
pelayanannya, misalnya dengan meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang
resiko menikah pada usia terlalu muda dan mempunyai banyak anak.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan
Kiranya hasil penelitian ini dapat sumber informasi dalam perkembangan ilmu
kebidanan tentang hubungan budaya patrilineal terhadap perencanaan jumlah anak
dalam keluarga sehingga dapat dicari cara untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkannya, misalnya memberikan solusi bagaimana cara untuk mendapatkan
jenis kelamin anak sesuai yang diinginkan.
3. Masyarakat Suku Nias
Kiranya penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
khususnya suku Nias tentang hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak
dalam keluarga dan resiko yang ditimbulkannya sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan perencanaan jumlah anak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pada penelitian ini hanya meneliti hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah