• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul : Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012. Peneliti : Primary Waty Mendrofa

Jurusan : Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang: Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan Assessment Safe Motherhood, yang salah satu pilar di dalamnya adalah keluarga berencana. Keluarga berencana memastikan setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tak diinginkan dan kehamilan yang termasuk dalam kategori “4 terlalu” (terlalu tua/muda/banyak/sering). Adat istiadat atau kebiasaan dari suatu masyarakat yang memberikan nilai lebih pada satu jenis kelamin tertentu, akan memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Masyarakat suku Nias menganut sistem kekerabatan patrilineal yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ayah.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli tahun 2012.

Metodologi: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 194 orang.

Hasil: Karakteristik demografi responden mayoritas usia nikah istri 20-35 tahun sebanyak 113 responden (58,2%), pendidikan suami mayoritas tamat SMU sebanyak 54 responden (27,8%), pendidikan istri mayoritas tidak tamat SD sebanyak 51 responden (26,3%). Mayoritas responden mempunyai anak > 3 orang yaitu sebanyak 102 responden (52,6%), mayoritas responden masih menganut sistem kekerabatan patrilineal suku Nias yaitu sebanyak 145 responden (74,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,016 yang berarti ada hubungan signifikan antara budaya patrilineal dengan jumlah anak dalam keluarga.

Kesimpulan: penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias. Dalam pelayanan kebidanan diharapkan agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan dapat dicari cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan budaya patrilineal ini.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak

Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012”, yang diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya

tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.(CM-FM), MPd.Ked. selaku dosen pembimbing

yang telah bersedia memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh Staf dan Dosen Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil

(5)

penulis terus terpacu dalam membuat karya tulis ilmiah ini. Kekasih dan

adik-adik tercinta yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis doakan segala bentuk bantuan yang telah diberikan

kiranya mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, Juni 2012

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Pelayanan Kebidanan ... 4

2. Perkembangan Ilmu Kebidanan ... 4

3. Masyarakat Suku Nias ... 4

4. Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Budaya Patrilineal Suku Nias ... 5

1. Defenisi Budaya Patrilineal ... 5

(7)

B. Safe Motherhood ... 9

1. Keluarga Berencana ... 9

2. Asuhan Antenatal ... 10

3. Persalinan Bersih dan Aman ... 10

4. Pelayanan Obstretri Esensial ... 11

C. Gerakan Keluarga Berencana Nasional ... 12

1. Defenisi Keluarga Berencana ... 12

2. Tujuan Keluarga Berencana ... 12

3. Metode-Metode Keluarga Berencana ... 14

4. Sasaran Keluarga Berencana ... 20

5. Hambatan Dalam Penerimaan Norma Keluarga Kecil ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ... 22

B. Hipotesis ... 22

C. Defenisi Operasional ... 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 24

2. Populasi Dan Sampel ... 24

3. Lokasi Penelitian ... 25

4. Waktu Penelitian ... 25

5. Etika penelitian ... 25

6. Alat Pengumpulan Data ... 26

(8)

8. Proses Pengumpulan Data ... 27

9. Analisis Data ... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 23

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan golongan

suku di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli ... 30

Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia istri saat menikah

di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli ... 31

Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia istri saat menikah

di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli ... 31

Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia istri saat ini di desa

Onozitoli Sifaoro’ai kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli... 31

Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan suami di

desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli ... 32

Tabel 5.1.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan istri di

desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

(10)

Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan suami di

desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli ... 33

Tabel 5.1.7. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan istri di desa

Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli ... 33

Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah penghasilan

perbulan (suami-istri) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli ... 34

Tabel 5.1.9. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak hidup di

desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli ... 34

Tabel 5.1.10. Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan kesesuaian jumlah

anak dengan yang direncanakan sebelumnya serta alasannya di desa

Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli ... 35

Tabel 5.1.11. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak laki-laki

di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli ... 35

Tabel 5.1.12. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak

perempuan di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

(11)

Tabel 5.1.13. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan keinginan responden

untuk mempunyai anak lagi di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli ... 36

Tabel 5.1.14. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan informasi Keluarga

Berencana (KB) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli ... 37

Tabel 5.1.15. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status keikutsertaan

dalam program KB di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli ... 37

Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.1... 38

Tabel 5.2.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 2.. 38

Tabel 5.2.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.3... 39

Tabel 5.2.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 4.. 39

Tabel 5.2.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.5.. 40

Tabel 5.2.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan sistem kekerabatan

patrilineal dalam sebuah keluarga pada suku Nias ... 40

Tabel 5.3.1. Distribusi responden berdasarkan hubungan sistem kekerabatan

(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konsep hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(14)

Judul : Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012. Peneliti : Primary Waty Mendrofa

Jurusan : Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang: Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan Assessment Safe Motherhood, yang salah satu pilar di dalamnya adalah keluarga berencana. Keluarga berencana memastikan setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tak diinginkan dan kehamilan yang termasuk dalam kategori “4 terlalu” (terlalu tua/muda/banyak/sering). Adat istiadat atau kebiasaan dari suatu masyarakat yang memberikan nilai lebih pada satu jenis kelamin tertentu, akan memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Masyarakat suku Nias menganut sistem kekerabatan patrilineal yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ayah.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli tahun 2012.

Metodologi: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 194 orang.

Hasil: Karakteristik demografi responden mayoritas usia nikah istri 20-35 tahun sebanyak 113 responden (58,2%), pendidikan suami mayoritas tamat SMU sebanyak 54 responden (27,8%), pendidikan istri mayoritas tidak tamat SD sebanyak 51 responden (26,3%). Mayoritas responden mempunyai anak > 3 orang yaitu sebanyak 102 responden (52,6%), mayoritas responden masih menganut sistem kekerabatan patrilineal suku Nias yaitu sebanyak 145 responden (74,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,016 yang berarti ada hubungan signifikan antara budaya patrilineal dengan jumlah anak dalam keluarga.

Kesimpulan: penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias. Dalam pelayanan kebidanan diharapkan agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan dapat dicari cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan budaya patrilineal ini.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur

dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam

100.000 persalinan hidup. Sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan

dengan seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima masyarakat. Angka

kematian ibu dan bayi masih sangat tinggi. Berdasarkan penelitian WHO di seluruh

dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi

khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi

tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99% (Manuaba, 2010).

Indonesia, di antara negara ASEAN, merupakan negara dengan angka

kematian ibu dan perinatal tertinggi. Angka Kematian Ibu yaitu 300/100.000

persalinan hidup. Jika diperkirakan persalinan di Indonesia sebesar 5.000.000 orang

maka akan terdapat sekitar 15.000 sampai 15.500 kematian ibu setiap tahunnya atau

meninggal setiap 30 samapi 40 menit. Sedangkan jumlah kematian perinatal sekitar

40/1000 kelahiran (Manuaba, 2010).

Selain penyebab langsung seperti perdarahan, infeksi, dan eklampsia;

penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia, kurang energi

kronis (KEK), dan keadaan “4 terlalu” (terlalu muda/tua, sering, dan banyak)

(Prawirohardjo, 2001).

Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), Departemen

Kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan Assessment Safe

(16)

berencana yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke

informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk

kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada

kehamilan yang tak diinginkan dan kehamilan yang termasuk dalam kategori “4

terlalu” (Prawirohardjo, 2001).

WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka

kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar

5.600.000 jiwa pertahun (Manuaba, 2010).

Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua memiliki nilai

tertentu serta menuntut dipenuhinya konsekuensi atas kehadirannya. Anak memiliki

nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural

dan lain-lain. Latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat

istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata

pencaharian yang berlainan menyebabkan pandangan yang berbeda terhadap anak

(Siregar, 2003).

Adat istiadat atau kebiasaan dari suatu masyarakat yang memberikan nilai

lebih pada satu jenis kelamin tertentu, hal ini akan memungkinkan satu keluarga

mempunyai banyak anak. Bilamana keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki

atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan atau kawin

lagi, atau terus melahirkan anak sampai keinginan memiliki anak laki-laki atau

perempuan terpenuhi. Seperti halnya pada masyarakat suku Nias yang menganut

sistem kekerabatan patrilineal yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan

dari pihak ayah. Sehingga setiap keluarga pada suku Nias berkeinginan untuk

memiliki anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan dan ahli waris. Akan tetapi

(17)

daripada kawin lagi. Tentu saja kemungkinan adanya paritas tinggi lebih besar, dan

ini merupakan salah satu faktor tak langsung pemicu angka kematian ibu meningkat.

Berdasarkan data yang diperoleh di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan

Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli yang mayoritas penduduknya adalah suku

Nias, rata-rata pada setiap keluarga memiliki 4 (empat) orang anak. Hal ini sudah

termasuk dalam golongan paritas tinggi.

Berdasarkan data di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam

keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana hubungan budaya patrilineal

terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi

Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli Tahun 2012?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam

keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli tahun 2011.

2. Tujuan khusus

a.Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden berdasarkan jumlah anak

dan proporsi anak laki-laki dan anak perempuan, serta keikutsertaan dalam

program keluarga berencana di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan

(18)

b.Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anak dalam

keluarga di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli pada tahun 2012.

c.Menganalisis hubungan budaya patrilineal terhadap perencanaan jumlah

anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan

Sebagai masukan bagi pelayanan kebidanan tentang hubungan budaya

patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga sehingga dapat memberikan

asuhan kebidanan yang tepat dalam pelayanannya.

2. Perkembangan Ilmu Kebidanan

Sebagai sumber informasi dalam perkembangan ilmu kebidanan tentang

hubngan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga sehingga

dapat dicari cara untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya.

3. Masyarakat Suku Nias

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang hubungan budaya

patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga dan resiko yang

ditimbulkannya sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan perencanaan jumlah anak.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan

di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Budaya Patrilineal Suku Nias 1. Defenisi Budaya Patrilineal

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,

karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta; budhayah

yaitu bentuk jamak kata budhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris,

kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata

cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah,

mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya berarti: 1. Pikiran,

akal budi 2. Adat istiadat 3. Sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang

(beradab, maju) 4. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.

Sedangkan kebudayaan berarti: 1. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia spt kepercayaan, kesenian, adat istiadat 2. Keseluruhan pengetahuan

manusia sbg makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta

pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

Patrilineal adalah pertalian darah menurut garis bapak, pancaran dari seorang

bapak asal; hanya tali inilah yang menghubungkan anak cucu. Jadi cara demikian

setiap orang yang sungguh-sungguh berbibit pada bapak asal yang sama [(famili

patrilineal atau kaum (“geslacht”)] atau menurut tradisi dianggap turunan demikian

(clan), adalah terhitung kepada satu persekutuan hukum (misalnya: pada suku Batak,

(20)

Dalam sistem kekerabatan patrilineal, seorang anak menemukan sanak

kandungnya hanya, selain dari ibunya sendiri, di kalangan mereka yang berasal dari

seorang bapak asal. Sanak saudara ibu tidak termasuk sanak saudara anak. Selain

oleh perkawinannya sendiri , ia mendapat semenda juga dari perkawinan sanak

kandungnya (ayah, saudara ayahnya, dan lain-lain). Ini berarti sanak kandung

ibunya, neneknya, dan sebagainya baginya hanyalah semenda.

2. Gambaran Umum Tentang Masyarakat Suku Nias

a. Masyarakat Nias

Sumatera Utara memiliki 3 (tiga) bagian penduduk asli, yaitu Batak, Melayu

(Pesisir Sumatera Timur), dan Nias. Di kalangan masyarakat Sumatera Utara,

masyarakat suku Nias terpopuler dengan sebutan orang “Nias”, dan dalam

pergaulan sehari-hari masyarakat Nias lebih sering menyebut dirinya sebagai

Ono Niha” (Anak Manusia) dan daerah Nias itu sendiri disebut “Tanõ Niha

(Tanah Manusia). Tanõ niha mempunyai penduduk pendatang dari berbagai

etnis seperti Batak, Jawa, Cina, Aceh, Minangkabau, Manado, Bugis, dan

lain-lain. Etnis tersebut sebagian besar tinggal di daerah perkotaan, misalnya

kecamatan Gunungsitoli, kecamatan Teluk Dalam, kecamatan Lahewa,

kecamatan Lahusa, kecamatan Sirombu, dan kecamatan Pulau-Pulau Batu

termasuk di Pulau Tello. Etnis pendatang ini ada yang sudah mempunyai

kampung sendiri, seperti di Gunungsitoli terdapat Kampung Cina, Kelurahan

Ilir, Kelurahan Saombo (Fanotona, 2008).

b. Letak Geografis

Secara geografis, Kepulauan Nias terletak pada titik astronomi 0̊12̍ - 1̊32̍

lintang utara dan 97̊ - 98̊ bujur timur dengan batas wilayah , sebelah utara

(21)

berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, propinsi Sumatera Barat; sebelah

timur berbatasan dengan Pulau Mursala, kabupaten Tapanuli Tengah, propinsi

Sumatera Utara; sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

(Fanotona, 2008).

c. Identitas Masyarakat Nias

Ono Niha dengan masyarakat pendatang dapat dibedakan dari segi marga,

bahasa, dan adat istiadatnya. Marga merupakan konsep kekerabatan

masyarakat suku Nias, artinya bahwa setiap Ono Niha (orang Nias)

mempunyai mado (marga) yang merupakan konsep mendasar dalam sistem

kekeluargaan karena mado merupakan identitas bersama kelompok-kelompok

orang yang merupakan keturunan dari sambua ama (seorang bapak) atau

sambua tua (seorang kakek).

Seluruh anggota keluarga dari suatu marga memakai identitas yaitu mado

(marga) yang dibubuhkan di belakang nama kecilnya masing-masing yang

didapatkan dari ayah dalam keluarga. Seorang wanita yang menikah dengan

yang bukan semarga dengannya akan menjadi bagian dari pihak laki-laki yang

menjadi suaminya. Wanita tersebut akan kehilangan segala hak dan

kewajibannya dari marga asalnya.

d. Kepercayaan Masyarakat Nias

Masyarakat Nias mayoritas beragama Kristen Protestan, kemudian katolik dan

Islam.

e. Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Adat Masyarakat Nias

Oleh karena masyarakat hukum adat Nias menganut sistem kekerabatan yang

bersifat patrilineal, maka yang sangat berperan untuk menguasai harta

(22)

menguasai. Jadi, yang berhak yang berhak mewarisi harta kekayaan orang tua

adalah laki-laki, sedangkan anak perempuan tidak diperhitungkan sebagai ahli

waris. Menurut Faulunasõchi Bu’ulõlõ (dalam Laia, 2008), hal ini disebabkan

karena:

1) Dalam silsilah keluarga hanya anak laki-laki saja yang berhak dan

dapat meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan anak

perempuan tidak dapat meneruskan silsilah.

2) Dalam suatu rumah tangga, isteri bukan sebagai kepala rumah tangga

dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau marga

bapaknya.

3) Dalam menghadiri upacara atau pertemuan adat, perempuan tidak

berhak mewakili orang tuanya.

4) Apabila timbul perceraian antara suami-isteri, maka pemeliharaan

anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya.

5) Anak laki-laki kelak merupakan ahli waris ayahnya baik dalam adat

maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya.

Hal ini bukan berarti orang tua tidak sayang kepada anak perempuan

karena anak perempuan mempunyai hak menerima pemberian dari orang

tua yang disebut dengan masi-masi zatua (tanda kasih sayang orang tua),

akan tetapi bukan warisan.

Apabila pewaris tidak memiliki anak laki-laki (hanya perempuan saja),

maka anak perempuan itu boleh mengurus harta orang tuanya sepanjang

dia tidak berkeluarga. Jika sudah berkeluarga maka pengurusan harta

tersebut menjadi hak orang tua atau saudara pewaris, kecuali bila anak

(23)

laki-laki secara adat atas persetujuan keluarga dan kerabat dengan disaksikan

oleh tokoh adat, tokoh masyarakat.

Apabila pewaris tidak memiliki anak dan hanya meninggalkan jandanya

saja, maka si janda berhak mengurus dan memelihara selama hidupnya

sepanjang si janda tidak menikah lagi. Jika si janda menikah lagi keluar

dari klen almarhum suaminya, maka yang mempunyai hak untuk

menguasai dan memiliki harta peninggalan suaminya adalah orang tua

atau saudara dari almarhum suaminya itu.

Dari catatan di atas dapat diketahui bahwa betapa pentingnya kehadiran

seorang anak laki-laki dalam sebuah keluarga pada masyarakat suku Nias.

B.SAFE MOTHERHOOD

Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar

kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.

Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian

ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru

lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena

99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.

WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994).

Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan

antenatal persalinan bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial.

1. Keluarga berencana.

Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua

pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus

(24)

kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus

merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi.

Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko

kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan

menjarangkan kehamilan.

2. Asuhan antenatal Dalam masa kehamilan:

a. Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara

menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.

b. Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran

bayi.

c. Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi

atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali

komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu

mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara

dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

3. Persalinan bersih dan aman Dalam persalinan:

a. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami

cara menolong persalinan secara bersih dan aman.

b. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda

komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar

terhadap gejala dan tanda tersebut.

c. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan

(25)

4. Pelayanan obstetri esensial

Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau

komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan

obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk

melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi

kehamilan/persalinan.

Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari

pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan

persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar.

Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan untuk menca-pai keberhasilan upaya ini

adalah pemberdayaan wanita.

Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat

perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak

yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia

reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat

besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara.

Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang

sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.

Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan

(26)

C. Gerakan Keluarga Berencana Nasional 1. Defenisi Keluarga Berencana

Menurut WHO ( World Health Organization ) keluarga berencana adalah

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami-istri,

menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto. 2003. hlm. 27).

Program Keluarga Berencana merupakan bagian program pembangunan

Nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak awal pembangunan lima tahun

(1969) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan

keluarga bahagia dan sejahtera dengan cara pengaturan kelahiran dan juga

pengendalian laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak melampaui kemampuan

produksi hasil pembangunan.

Program KB harus dilaksanakan secara intensif untuk menurunkan angka

fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS). Salah satu Donna dalam NKKBS adalah Donna tentang jumlah anak

yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 (dua) anak cukup, laki-laki atau perempuan sama

saja.

2. Tujuan Keluarga Berencana

Pada dasarnya tujuan gerakan KB Nasional mencakup 2 (dua) hal, yaitu:

a. Tujuan kuantitatif yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan

penduduk.

b. Tujuan kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

(27)

a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan

masyarakat dan potensi yang ada.

b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemeratan serta kualitas

peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan

pelayanan bermutu.

c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan

ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian

bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu

karena resiko kehamilan dan persalinan.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan

pengamalan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara

hidup yang layak dan bertanggungjawab.

e. Meningkatkan peranan dan tanggungjawab wanita, pria dan generasi muda

dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.

f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga

dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu

meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.

g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk

meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.

h. Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah dan lapisan

masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.

i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang

(28)

masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan

kenyamanan yang memenuhi harapan.

3. Metode-Metode Keluarga Berencana

Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada

satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogyanya

tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontraindikasi.

a. Sterilisasi sukarela/kontrasepsi mantap (kontap)

 Sterilisasi pria

Sterilisasi pria sukarelavasektomimerupakan prosedur yang lebih

sederhana, aman, dan biasanya lebih murah daripada sterilisasi wanita.

Prosedur vasektomi adalah produser bedah minor rawat jalan yang

dilakukan dengan anastesi lokal. Dilakukan satu atau dua insisi kecil di

skrotum dan vas deferens dipotong dan diikat atau disumbat dengan cara

lain untuk mencegah lewatnya sperma. Teknik ini sangat efektif, dengan

angka kegagalan 0,1-0,5% dalam tahun pertama.

 Sterilisasi wanita

Sterilisasi wanita sukarela dilakukan dengan menyumbat tuba fallopi

melalui bedah sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu.

Metode-metode yang digunakan untuk sterilisasi wanita berbeda-beda sesuai dengan

pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai tuba, saat

pelaksanaan prosedur, dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tuba.

b. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

AKDR adalah sutu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus

melalui melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak

(29)

perjalanan ovum, sehingga mencegah pembuahan. Apabila dipasang setelah

koitus, AKDR dapat berfungsi sebagai penginduksi abortus. AKDR terdiri dari

dua jenis: mengandung obat atau tidak mengandung obat.

c. Kontrasepsi oral kombinasi

Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik

untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari,

bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan

menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mukus

serviks. Apabila diberikan dalam regimen khusus pascakoitus, kontrasepsi oral

juga dapat bekerja untuk mencegah implantasi telur yang sudah dibuahi.

d. Metode hanya menggunakan progesteron

Progesteron yang digunakan dalam metode ini meliputi levonorgestrel,

medroksiprogesteron asetat, dan norestiteron. Metode ini bekerja untuk

mencegah kehamilan dengan mengentalkan mukus serviks, mengubah

endometrium (menyebabkan implantasi sulit terjadi), dan sering menghambat

ovulasi.

e. Obat suntik - sebulan sekali

Kontrasepsi suntik sebulan sekali mengandung estrogen dan progesteron dan

sangat efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%.

f. Metode sawar/kontrasepsi barier

Metode sawar, yang meliputi kondom, spermisida (busa, supositoria, tablet,

krim, film dan jeli yang larut), diafragma, penutup serviks, dan spons, bekerja

dengan mencegah secara mekanis atau kimiawi sperma masuk ke dalam uterus.

Walaupun angka efektivitas pemakaian lebih rendah daripada metode

(30)

bagi pemakai dan penyedia layanan. Keunggulan utama bagi pemakai adalah

tidak adanya efek samping dan komplikasi jangka panjang. Selain itu,

pemakaian kondom dan beberapa metode sawar hingga tahap tertentu

mengurangi resiko penularan penyakit menular seksual (PMS). Kecuali

diafragma dan penutup serviks, yang memerlukan pemeriksaan awak dan

penyedia layanan, metode sawar dapat diperoleh melalui gerai nonmedis.

g. Keluarga Berencana Alami (KBA)

KBA memerlukan dua tindakan: identifikasi periode subur wanita dan puasa

hubungan kelamin selama periode tersebut. Terdapat beberapa metode KBA,

antara lain: metode kalender, metode mukus serviks (Billings), metode suhu

tubuh basal, dan metode simtotermal. Masing-masing menggunakan teknik

yang berlainan untuk mendeteksi periode subur dan menganjurkan puasa

hubungan kelamin yang berbeda-beda. Efektivitas semua metode KBA

bergantung pada motivasi pasangan untuk mencegah kehamilan dan

kemampuan untuk menginterpretasi gejala-gejala ovulasi. Secara umum,

pemakai yang lebih tua dan berpengalaman (yang mungkin lebih jarang

berhubungan kelamin) memiliki angka kegagalan yang lebih rendah.

h. Metode tradisional

Di beberapa tempat, wanita masih mengandalkan metode kontrasepsi

tradisional: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 77 juta

wanita menggunakan metode tradisional untuk mengontrol kesuburan mereka.

Metode-metode ini mungkin berupa alat (contohnya spons vagina atau sawar

serviks dari lilin), zat (misalnya cuci vagina dengan jus lemon), atau pola

(31)

hubungan kelamin setelah menjadi nenek, koitus interuptus, koitus interkrura

(dipisahkan oleh busana), dan koitus interfemora (di antara paha).

i. Metode pascakoitus

Metode pascakoitus ditujukan hanya untuk pemakaian darurat dan tidak

disarankan untuk digunakan sebagai metode keluarga berencana reguler.

Metode ini sangat cocok pada kasus-kasus hubungan kelamin yang tidak

direncanakan dan tidak diproteksi, kecurigaan adanya kegagalan kontrasepsi,

misalnya kondom yang robek, difragma terlepas, atau pil terlupa, dan pada

kasus perkosaan atau incest.

j. Menyusui

Selain menyediakan makanan ideal bagi bayi dan melindungi bayi dari

penyakit (termasuk diare), menyusui memiliki efek kontrasepsi selama

bulan-bulan pertama pascapartus. Wanita menyusui yang tidak memberikan bayi

mereka makanan selain air susu ibu (ASI), belum haid, dan kurang dari enam

bulan pascapartus memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil.

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara

ataupun menetap. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan

kontrasepsi, yaitu:

a. Menunda kehamilan.

Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun dianjurkan menunda

kehamilannya.

 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

1) Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak.

2) Efektivitas yang relatif tinggi, penting karena dapat menyebabkan

(32)

 Kontrasepsi yang sesuai: pil, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) mini, cara

sederhana.

 Alasan:

1) Usia di bawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak mempunyai

anak dulu.

2) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.

3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih

sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai angka

kegagalan yang tinggi.

4) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat

dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontraindikasi terhadap pil oral.

a. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan).

Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk

melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.

 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

1) Reversibilitas cukup tinggi.

2) Efektivitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan

mempunyai anak.

3) Dapat dipakai 3-4 tahun.

4) Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI).

 Kontrasepsi yang sesuai: AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk

KB.

 Alasan:

1) Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan

(33)

2) Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan AKDR

sebagai pilihan utama.

3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun

tidak/kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik

untuk mengandung dan melahirkan.

b. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi).

Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan

setelah mempunyai 2 anak.

 Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

1) Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan

kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.

2) Reversibilitas rendah.

3) Dapat dipakai untuk jangka panjang.

4) Tidak menambah kelainan yang sudah ada.

 Kontrasepsi yang sesuai: kontrasepsi mantap (tubektomi/vasektomi),

susuk KB, AKDR, suntikan, pil, dan cara sederhana.

 Alasan:

1) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi atau

tidak punya anak lagi karena alasan medis.

2) Pilihan utama adalah kontrasesi mantap.

3) Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik

dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR.

4) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai

(34)

4. Sasaran Keluarga Berencana

Yang menjadi sasaran Keluarga Berencana adalah:

a. Pasangan Usia Subur (PUS)

Yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dalam satu rumah atau tidak,

dimana istri berumur antara 15-49 tahun.

b. Yang tidak termasuk PUS

Yaitu semua anggota masyarakat selain dari PUS pemuda-pemudi yang belum

menikah, pasangan di atas 45 tahun, orang tua dan tokoh masyarakat.

c. Sasaran Institutional

Yaitu organisasi-organisasi dan lembaga masyarakat baik pemerintah maupun

swasta.

d. Wilayah yang kurang pencapaian target KB-nya.

5. Hambatan Dalam Penerimaan Norma Keluarga Kecil

Beberapa alasan dan faktor mengapa norma keluarga kecil belum diterima

oleh seluruh masyarakat antara lain:

a. Alasan Agama

Bagi para pemeluk agama tertentu, merencanakan jumlah anak adalah

menyalahin kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului kehendak Tuhan

apalagi mencegah kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya

tidak hamil.

b. Sosial Ekonomi

Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu meningkatkan

ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahan

pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan

(35)

memang bisa diharapkan pendidikannya dan masa depannya. Kalau hal ini

dipertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban dan masalah.

c. Adat istiadat

Adat istiadat atau kebiasaan dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak

laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan

memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Bagaimana kalau

keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi

mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan

memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disini norma adat istiadat

perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A.Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel independen (bebas) Variabel dependen

(terikat)

Skema 3.1. Kerangka konsep Hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak

dalam keluarga pada suku Nias.

B.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan budaya patrilineal terhadap

jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan

Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli tahun 2012.

Jumlah anak dalam

sebuah keluarga Budaya patrilineal

(37)

C.Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Budaya

Patrilineal

Sistem

kekerabatan yang

dianut keluarga

suku Nias

menurut

Faulunasõchi

Bu’ulõlõ (dalam

Laia, 2008).

Kuesioner Wawancara 1.Patrilineal

(skor = 5)

2.Bukan

Patrilineal

(skor < 5)

Kategori

2 Jumlah anak Banyaknya anak

yang lahir dalam

keluarga.

Kuesioner Wawancara 1. ≤ 3 orang

2. > 3 orang

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross

sectional, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan

(sekali waktu) antara faktor budaya patrilineal dengan jumlah anak dalam

keluarga.

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi

kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli pada tahun 2012 dengan

jumlah 377 keluarga.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti diambil dengan

teknik purposive sampling, menggunakan rumus:

n =

n = .

n= 194

Jadi, jumlah sampel sebanyak 194 keluarga.

Keterangan:

N = besar populasi

n = besar sampel

(39)

Kriteria inklusi:

a) Responden bersuku Nias

b) Bersedia menjadi reponden

c) Dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria eksklusi:

a) Bukan suku Nias

b) Tidak bersedia menjadi responden

c) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli

kotamadya Gunungsitoli.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012.

5. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Ketua

Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

utara Medan dan Kepala desa Onozitoli Sifaoro’asi. Setelah mendapat persetujuan

tersebut, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data. Jika sampel bersedia diteliti, barulah penelitian

dilakukan. Akan tetapi, jika sampel menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden tersebut, maka peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup

(40)

pengumpulan data tersebut. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil riset

(Nursalam, 2002).

6. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh

peneliti yang terdiri dari:

1. Kuesioner data demografi keluarga yang disusun sendiri oleh peneliti, meliputi

suku, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak serta proporsi anak laki-laki dan

perempuan, status keikutsertaan dalam program KB, bertujuan untuk

mengidentifikasi gambaran karakteristik responden yang akan diteliti.

2. Kuesioner faktor budaya patrilineal dalam setiap keluarga responden , yang

meliputi 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban dikotomi yaitu Ya (Y) dan Tidak

(T).

Skor untuk jawaban ya (Y) = 1 dan tidak (T)=0. Skala pengukuran yang

digunakan adalah nominal.

Untuk analisa hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga,

jumlah kategori sebanyak 2 yaitu budaya patrilineal untuk skor 5, dan bukan

budaya patrilineal untuk skor < 5.

7. Uji Validitas dan Realibilitas

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian ini, harus dilakukan uji validitas

dan reabilitas terlebih dahulu. . Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah

alat ukur yang sudah baku berdasarkan literatur sehingga tidak perlu lagi diuji

validitas dan realibilitasnya. Alat ukur yang digunakan adalah budaya patrilineal

(41)

8. Proses Pengumpulan Data

Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian pada instansi pendidikan (Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian surat izin yang diperoleh

disampaikan ke tempat penelitian yaitu desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan

Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli. Setelah mendapat izin dari kepala desa

tersebut di atas, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Metode

pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pembagian kuesioner

kepada calon responden dengan dibantu oleh asisten sebanyak 1 orang yang sudah

mendapat penjelasan sebelumnya. Setelah mendapat calon responden, selanjutnya

peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian

kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia akan diminta untuk

menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah

itu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.

Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner. Responden diberi

kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak

dimengerti sehubungan dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Setelah

semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan

untuk dianalisa.

9. Rencana Analisis Data

Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahaan data terdapat

(42)

1. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2. Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori. Pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

suatu kode dari satu variabel.

3. Data entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau

data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif untuk meringkas,

mengklasifikasikan, dan menyajikan data yang kemudian dianalisis dengan

sistem komputerisasi menggunakan program SPSS melalui langkah berikut:

a. Analisis univariat

Variabel yang ada kemudian dianalisis secara deskriptif dengan

menghitung persentase masing-masing variabel. Data yang sudah

dikumpulkan akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat

Pada tahap ini diteliti hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel

(43)

terhadap perencanaan jumlah anak dalam keluarga, dengan menggunakan

(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan

data terhadap 194 responden (suami-istri) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli yang dilakukan dari tanggal 3 – 26 April

2012. Desain deskriptif analitik digunakan untuk mengetahui hubungan budaya

patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli

Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli.

Untuk mengidentifikasi hubungan budaya patrilineal terhadap jumlah anak

dalam keluarga suku Nias di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli

kotamadya Gunungsitoli, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan data

demografi responden dan 5 pertanyaan untuk budaya patrilineal. Berikut ini akan

dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden dan

budaya patrilineal pada setiap keluarga responden.

1. Distribusi karakteristik responden

Dari tabel 5.1.1. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden suku Nias asli sebanyak 185 responden (95,4%), dan

[image:44.595.112.532.706.773.2]

responden suku Nias campuran sebanyak 9 responden (4,6%).

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan golongan

suku di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli

Suku Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Asli Nias 185 95,4

(45)

Dari tabel 5.1.2. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang istrinya menikah pada usia < 20 tahun sebanyak

78 responden (40,2%), usia 20 – 30 tahun sebanyak 113 responden (58,2%), dan usia

[image:45.595.110.532.289.368.2]

> 35 tahun sebanyak 3 responden (1,5%).

Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia istri saat menikah

di desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli.

Usia Frekuensi

(f)

Persentasi (%)

< 20 tahun 78 40,2

20 - 35 tahun 113 58,2

> 35 tahun 3 1,5

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.3. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang istrinya saat ini berusia < 20 tahun sebanyak 1

responden (0,5%), usia 20 – 35 tahun sebanyak 88 responden (45,4%), dan usia > 35

tahun sebanyak 105 responden (54,1%).

Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia istri saat ini di desa

Onozitoli Sifaoro’ai kecamatan Gunungsitoli kotamadya Gunungsitoli

Usia Frekuensi

(f)

Persentase (%)

< 20 tahun 1 0,5

20 - 35 tahun 88 45,4

> 35 tahun 105 54,1

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.4. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang suaminya berpendidikan tidak tamat SD

[image:45.595.107.532.562.638.2]
(46)

42 responden (21,6%), Diploma sebanyak 17 responden (8,8%), Sarjana sebanyak 9

[image:46.595.108.529.207.338.2]

responden (4,6%), Pascasarjana sebanyak 1 responden (0,5%).

Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan suami di

desa Onozitoli Sifaoro’asi kecamatan Gunungsitoli kotamadya

Gunungsitoli

Pendidikan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak tamat SD 29 14,9

SD 42 21,6

SMP 42 21,6

SMA 54 27,8

Diploma 17 8,8

Sarjana 9 4,6

Pascasarjana 1 0,5

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.5. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang istrinya berpendidikan tidak tamat SD sebanyak

51 responden (26,3%), SD sebanyak 50 responden (25,8%), SMP sebanyak 36

responden (18,6%), SMA sebanyak 32 responden (16,5%), Diploma sebanyak 14

responden (7,2%), Sarjana sebanyak 10 responden (5,2%), dan Pascasarjana

sebanyak 1 responden (0,5%).

Tabel 5.1.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan istri di desa

Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Pendidikan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak tamat SD 51 26,3

SD 50 25,8

SMP 36 18,6

SMA 32 16,5

Diploma 14 7,2

Sarjana 10 5,2

Pascasarjana 1 ,5

Total 194 100,0

[image:46.595.109.532.585.717.2]
(47)

(3,6%), petani/nelayan/buruh sebanyak 37 responden (19,1%), karyawan swata

sebanyak 31 responden (16,0%), wiraswasta sebanyak 78 responden (40,2%),

[image:47.595.110.531.210.326.2]

BUMN sebanyak 2 responden (1,0%), PNS/TNI/POLRI sebanyak 39 orang (20,1%).

Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan suami di desa

Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Pekerjaan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak bekerja 7 3,6

Petani/nelayan/buruh 37 19,1

Karyawan Swasta 31 16,0

Wiraswasta 78 40,2

BUMN 2 1,0

PNS/TNI/POLRI 39 20,1

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.7. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang istrinya tidak bekerja sebanyak 110 responden

(56,7%), petani/nelayan/buruh sebanyak 20 responden (10,3%), karyawan swasta

sebanyak 8 responden (4,1%), wiraswasta sebanyak 37 responden (19,1%), dan

PNS/TNI/POLRI sebanyak 19 responden (9,8%).

Tabel 5.1.7. Ditribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan istri di desa

Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Pekerjaan Istri Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak bekerja 110 56,7

Petani/nelayan/buruh 20 10,3

Karyawan Swasta 8 4,1

Wiraswasta 37 19,1

PNS/TNI/POLRI 19 9,8

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.8 dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden berpenghasilan per bulan < Rp 1.000.000,00

[image:47.595.113.528.546.655.2]
(48)

responden (55,7%), Rp 3.000.000,00 – Rp 5.000.000,00 sebanyak 25 responden

[image:48.595.108.529.209.313.2]

(12,9%), Rp 5.000.000,00 – Rp 10.000.000,00 sebanyak 3 responden (1,5%).

Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah penghasilan

perbulan (suami-istri) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Penghasilan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

< Rp 1.000.000,00 58 29,9

Rp 1.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 108 55,7

Rp 3.000.000,00 - Rp 5.000.000,00 25 12,9

Rp 5.000.000,00 - Rp

10.000.000,00 3 1,5

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.9. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang tidak mempunyai anak sebanyak 11 responden

(5,7%), 1 orang anak sebanyak 21 responden (10,8%), 2 – 3 orang anak sebanyak 60

responden (30,9%), dan > 3 orang anak sebanyak 102 responden (52,6%).

Tabel 5.1.9. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak hidup di

desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli

Jumlah anak Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak ada 11 5,7

1 orang 21 10,8

2 - 3 orang 60 30,9

> 3 orang 102 52,6

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.10. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 orang

responden menyatakan bahwa responden yang jumlah anaknya saat ini sesuai dengan

yang direncanakan sebelumnya sebanyak 68 respoden (35,1%) dan yang tidak sesuai

[image:48.595.108.534.472.626.2]
(49)

kegagalan KB sebanyak 15 responden (7,7%), ingin mendapatkan anak laki-laki

sebanyak 62 responden (32,0%), ingin mendapatkan anak perempuan sebanyak 26

responden (13,4%), dan ingin mendapatkan anak laki-laki dan perempuan sebanyak

[image:49.595.107.549.264.434.2]

23 responden (11,9%).

Tabel 5.1.10. Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan kesesuaian jumlah

anak dengan yang direncanakan sebelumnya serta alasannya di desa Onozitoli

Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Sesuai Keinginan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Ya 68 35,1

Tidak 126 64,9

Total 194 100,0

Alasan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Sesuai keinginan 68 35,1

Kegagalan KB 15 7,7

Ingin mendapatkan anak laki-laki 62 32,0

Ingin mendapatkan anak perempuan 26 13,4

Ingin mendapatkan anak laki-laki dan perempuan 23 11,9

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.11. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa jumlah responden yang tidak mempunyai anak laki-laki sebanyak

30 responden (15,5%), mempunyai 1 orang anak laki-laki sebanyak 63 responden

(32,5%), mempunyai 2-3 orang anak laki-laki sebanyak 92 responden (47,4%), dan

mempunyai lebih dari 3 orang anak laki-laki 9 responden (4,6%).

Tabel 5.1.11. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak laki-laki

di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya

Gunungsitoli

Jumlah Anak Laki-laki Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak ada 30 15,5

1 orang 63 32,5

2 - 3 orang 92 47,4

[image:49.595.109.532.682.771.2]
(50)

Dari tabel 5.1.12. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa jumlah responden yang tidak mempunyai anak perempuan

sebanyak 39 responden (20,1%), mempunyai 1 orang anak perempuan sebanyak 54

responden (27,8%), mempunyai 2 – 3 orang anak perempuan sebanyak 68 responden

(35,1%), dan mempunyai lebih dari 3 orang anak perempuan sebanyak 33 responden

[image:50.595.115.530.320.411.2]

(17,0%).

Tabel 5.1.12. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jumlah anak

perempuan di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli

Jumlah Anak Perempuan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak ada 39 20,1

1 orang 54 27,8

2 - 3 orang 68 35,1

> 3 orang 33 17,0

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.13. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang masih ingin mempunyai anak lagi sebanyak 58

responden (29,9%) dan tidak ingin mempunyai anak lagi sebanyak 136 responden

(70,1%).

Tabel 5.1.13. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan keinginan responden

untuk mempunyai anak lagi di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Keinginan Punya Anak Lagi

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Ya 58 29,9

Tidak 136 70,1

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.14. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

[image:50.595.109.529.630.696.2]
(51)

190 responden (97,9%) dengan sumber informasi antara lain: media cetak sebanyak

5 responden (2,6%), media elektronik sebanyak 5 responden (2,6%), teman/saudara

sebanyak 11 orang (5,7%), dan petugas kesehatan sebanyak 169 responden (87,1%),

serta yang tidak pernah mendapat informasi tentang KB sebanyak 4 responden

[image:51.595.107.530.292.460.2]

(2,1%).

Tabel 5.1.14. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan informasi Keluarga

Berencana (KB) di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli

Kotamadya Gunungsitoli

Pernah Mendapat Informasi KB Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Ya 190 97,9

Tidak 4 2,1

Total 194 100,0

Sumber Informasi KB Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Tidak ada 4 2,1

Media cetak: buku, majalah, koran, dsb. 5 2,6

Media elektronik: televisi, radio, internet, dsb. 5 2,6

Teman/saudara 11 5,7

Petugas kesehatan 169 87,1

Total 194 100,0

Dari tabel 5.1.15. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang merupakan peserta KB sebanyak 118 responden

(60,8%) dan bukan peserta KB sebanyak 76 responden (39,2%).

Tabel 5.1.15. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status keikutsertaan

dalam program KB di desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan

Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Status Peserta KB Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Peserta KB 118 60,8

Bukan peserta KB 76 39,2

[image:51.595.134.530.652.718.2]
(52)

2. Budaya Patrilineal Suku Nias

Dari tabel 5.2.1. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan responden yang setuju bahwa dalam silsilah keluarga hanya anak

laki-laki saja yang berhak dan dapat meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan

anak perempuan tidak dapat meneruskan silsilah adalah sebanyak 185 responden

[image:52.595.111.532.347.413.2]

(95,4%), sedangkan tidak setuju sebanyak 9 responden (4,6%).

Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.1 yaitu:

“Dalam silsilah keluarga hanya anak laki-laki saja yang berhak dan dapat

meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan anak perempuan tidak

dapat meneruskan silsilah”

Pertanyaan No. 1 Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Setuju 185 95,4

Tidak Setuju 9 4,6

Total 194 100,0

Dari tabel 5.2.2. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan responden yang setuju bahwa dalam suatu rumah tangga, isteri bukan

sebagai kepala rumah tangga dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau

marga bapaknya adalah sebanyak 194 responden (100%).

Tabel 5.2.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 2 yaitu:

“Dalam suatu rumah tangga, isteri bukan sebagai kepala rumah tangga

dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau marga bapaknya”

Pertanyaan No. 2 Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Setuju 194 100,0

Tidak Setuju 0 0

[image:52.595.115.531.660.727.2]
(53)

Dari tabel 5.2.3. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan responden yang setuju bahwa dalam menghadiri upacara atau pertemuan

adat, perempuan tidak berhak mewakili orang tuanya adalah sebanyak 166 responden

[image:53.595.119.532.264.330.2]

(85,6%), sedangkan tidak setuju sebanyak 28 responden (14,4%).

Tabel 5.2.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 3 yaitu:

“Dalam menghadiri upacara atau pertemuan adat, perempuan tidak

berhak mewakili orang tuanya”

Pertanyaan No. 3 Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Setuju 166 85,6

Tidak Setuju 28 14,4

Total 194 100,0

Dari tabel 5.2.4. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan responden yang setuju bahwa apabila timbul perceraian antara

suami-isteri, maka pemeliharaan anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya adalah

sebanyak 158 responden (81,4%), sedangkan tidak setuju sebanyak 36 responden

(18,6%).

Tabel 5.2.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no. 4 yaitu:

“Apabila timbul perceraian antara suami-isteri, maka pemeliharaan

anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya”

Pertanyaan No. 4 Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Setuju 158 81,4

Tidak Setuju 36 18,6

Total 194 100,0

Dari tabel 5.2.5. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang setuju bahwa anak laki-laki kelak merupakan

[image:53.595.109.532.577.643.2]
(54)

ayahnya adalah sebanyak 175 responden (90,2%), sedangkan tidak setuju sebanyak

[image:54.595.111.526.210.275.2]

19 responden (9,8%).

Tabel 5.2.5. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pertanyaan no.5 yaitu:

“Anak laki-laki kelak merupakan ahli waris ayahnya baik dalam adat

maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya”

Pertanyaan No. 5 Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Setuju 175 90,2

Tidak Setuju 19 9,8

Total 194 100,0

Dari tabel 5.2.6. dapat dilihat bahwa hasil penelitian dari 194 responden

menyatakan bahwa responden yang menganut seluruhnya sistem kekerabatan

patrilineal suku Nias sebanyak 145 responden (74,7%) dan tidak atau hanya sebagian

menganut sistem kekerabatan patrilineal suku Nias sebanyak 49 responden (25,3%).

Tabel 5.2.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan sistem kekerabatan

patrilineal dalam sebuah keluarga pada suku Nias

Sistem Kekerabatan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

Patrilineal 145 74,7

Bukan Patrilineal 49 25,3

Total 194 100,0

3. Hubungan Budaya Patrilineal Terhadap Jumlah Anak Dalam Keluarga Suku Nias di Desa Onozitoli Sifaoro’asi Kecamatan Gunungsitoli Kotamadya Gunungsitoli

Analisa data yang digunakan adalah chi-square untuk mencari hubungan

budaya patrilineal terhadap jumlah anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil uji

statistik hubungan budaya p

Gambar

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan golongan
Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia istri saat ini di desa
Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan suami di
Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan suami di desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per kecamatan

Dari hasil perhitungan speedup tersebut kemudian dihitung besarnya efisiensi komputasi pada sistem distributed rendering ini dengan cara membagi nilai speedup yang

BAHWA sesungguhnya untuk mencapai Keserasian Hubungan Kerja yang Harmonis dan Efektif antara Pihak PENGUSAHA dan Pihak PEKERJA berlandaskan Undang-Undang dan Ketentuan

bagi para pedagang dari adanya pengembangan pariwisata di destinasi wisata. taman Diponegoro ini adalah Pengembangan dan pembukaan lapangan

Dengan keunggulan pemandangan alam pegunungan serta fasilitas yang tidak dimiliki tempat wisata lain di Jawa Tengah, sangat memungkinkan Umbul Sidomukti memiliki tingkat akupansi

JUDUL : VIOLINIS INTERNASIONAL AYKE AGUS KEMBALI KE YOGYA, GELAR KONSER AMAL. MEDIA :

Berdasarkan hasil penelitian dan perancangan yang telah dilakukan, maka didapat hasil bahwa perancangan berupa video promosi dengan konsep cinematic technique serta alur film