• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO ASPEK YANG DINILAI KUALIFIKASI NILAI

A. Metode Modeling the Way

1. Pengertian Metode Modeling the Way

Metode Modeling the Way sebagai metode pengajaran adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan (skill) dan profesionalisme.20

Metode Modeling the Way merupakan salah satu metode mengajar yang dikembangkan oleh Mel Silberman, seorang yang memang berkompeten di bidang psikologi pendidikan, metode ini merupakan sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan.

Ada sebuah pendapat, metode Modeling the Way merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama. Yakni sebuah metode dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peranan tertentu sebagaimana yang ada dalam

20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, him 219

berinisiatif serta diberi bimbingan atau lainya agar lebih berhasil.21. 2. Penggunaan metode Modeling the Way dalam Proses Belajar Mengajar

Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran A ktif mengungkapkan bahwa metode Modeling the Way memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan kelas melalu demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang barn saja dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.

Selanjutnya langkah-langkah yang dapat dipakai adalah sebagai berikut:

a. Pertama, setelah pembelajaran suatu topik tertentu, identifikasi beberapa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan yang baru dibahas.

b. Kedua, bagi kelas ke dalam beberapa kelompok menurut jumlah siswa yang diperlukan untuk mendemonstrasikan skenario.

c. Ketiga, beri waktu 1 0 -1 5 menit untuk menciptakan skenario. d. Keempat, beri waktu 5 - 10 menit untuk berlatih.

masing-masing, beri kesempatan untuk memberikan feed back pada setiap demonstrasi yang dilakukan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Meiode Modeling The Way Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:

a. Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang ia jumpai

b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa

c. Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyatukan pepikiran serta perasannya dengan jelas dan tepat

d. Mau menerima dan menghargai pendapat orang lain e. Memupuk perkembangan kreatifitas anak

Sedangkan kelemahanya adalah sebagai berikut:

a. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat

b. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar kurang terpenuhi

c. Rasa malu dan takut akan mengakibatkan ketidakwajaran dalam memainkan peranan, sehingga hasilnya pun kurang memenuhi harapan.22

22

1. Pengertiun Shalat

Shalat mempakan salali satu wujud dari ibadah yang memiliki tingkat prioritas tertinggi dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam shalat mengandung hubungan atau interaksi yang vertikal antara Tuhan dengan manusia. Menurut Ash Shiddieqy bahwa perkataan shalat dalam bahasa Arab berarti doa memohon kebajikan dan pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya. Serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.23

Shalat merupakan rukun atau sendi Islam yang terpenting, sehingga shalat merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan bagi orang Islam yang sudah baligh, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran :

Artinya sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” 24

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting, di dalam Al-Quran juga diterangkan bahwi shalat merupakan salah satu indikator orang yang bertakwa, atau kata lain shalat adalah satu unsur pembentuk manusia yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 1 -3 :

23 Sentot Haryanto, 2002, Psikologi Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, him. 59 24 Departemen Agama Republik Indonesia, al Q ur’an dan Terjemahanya., him. 138

oi^J' CP c? -'-

a 5

cj s ^ j S/

4

-^j===^^^iJ'^

,>«Ss '.. - • * ■>

f

' \ ' . - I .- Ci TV t f ' •* _ .». ;r

C0 0.y ^ -^ -i |» g1 ;,j j U? j ojlLaJ I (Jj-v-.a.jj L;

Artinya : “ Alij Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunj uk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkah sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka ‘\ 25

Melihat begitu prinsipnya masalah shalat, maka sangatlah cocok yang dikemukakan oleh Hanika, bahwa “shalat dijadikan pokok pangkal dari segala ibadah”.26 Sebagai pangkal tolak dari ibadah, shalat mempunyai fungsi untuk membawa manusia senantiasa dekat kepada Tuhan (Allah), karena dalam shalat terdapat dialog langsung antara manusia dan Allah SWT.

Sebagai wujud dari praktek ibadah yang memiliki keutamaan yang lebih dibanding dengan praktek-praktek ibadah lainnya, maka pelaksanaan ibadah shalatpun sudah diatur dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan secara langsung telah dipraktekkan dengan diikuti dan disaksikan oleh para sahabatnya yang jumlahnya ribuan. Maka dari itu prakteknya dalam ucapan dan gerak badan harus sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasul.

Pelaksanaan ibadah shalat haruslah sesuai dengan tuntunan, memenuhi syarat wajib dan rukun-rukun shalat.

25 Ibid, him. 8

1) Beragama Islam 2) Suci dari haid dan nifas 3) Berakal

4) Baligh ( dewasa)

5) Telah sampai dakwah Rasul kepadanya

Orang yang belum menerima ajaran maupun dakwah dan ajaran dari Rasul maupun risalah tauhid, baginya tidak ada tuntutan untuk mengerjakan shalat. Firman Allah :

Artinya : “ (mereka Kami ulus) selaku Rasul-hasul pembawa

6) Melihat dan mendengar

7) Orang yang terjaga (tidak tidur)

8) Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, aurat perempuan seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak tangan. b. Rukun-rukun shalat

1) Niat

2) Berdiri bagi yang iru mpu 3) Takbirotul ihrom

"7 Departer.ien Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 151

berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul ilu ”.27

5) Rukuk serta tuma ’ninah 6) I’tidal serta tuma ’ninah

7) Sujud dua kali serta tuma ’ninah

8) Duduk diantara dua sujud serta tuma ’ninah 9) Duduk akhir

10) Membaca tasyahud akhir

11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW 12) Memberi salam yang pertama (kekanan)

13) Menertibkan rukun, artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya menurut susunan di atas.

c. Bacaan dan gerakan dalam shalat

Bacaan dan gerakan dalam shalat meliputi: 1) Bacaan wajib dalam shalat

a) Niat

b) Takbirotul ihram c) Surat al-Fatihah d) Tasyahud akhir

e) Shalawat kepada Nabi Muhammad

f) Shalawat kepada keluaraga Nabi Muhammad pada tasayahud akhir

g) Salam pertama28

a) Ta’awudz b) Doa iftitah

c) Membaca salah satu surat dalam Al-Qur’an selain Al-Fatihah d) Takbirotul intiqol (berpindah) setiap gerakan shalat

e) Doa ruku’ f) Doa i’tidal g) Dao sujud

h) Doa diantara dua sujud i) Doa qunut

j) Tasyahud awal k) Salam yang kedua

l) Amin setelah membaca al fatihah29 30 3) Gerakan wajib dalam shalat

a) Berdiri bila mampu

b) Melakukan ruku’ dengna tuma ’ninah c) Melakukan i’tidal dengan tuma ’ninah d) Melakukan sujud dengan tuma ’ninah

e) Melakukan duduk diantara dua sujud dengan tuma ’ninah

AA

f) Melakukan salam ke kanan 4) Gerakan sunah dalam shalat

a) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram 29 Ib id

30 A li Hasan, 1994, Pendidikan Pengalaman Ibadah, Jakarta: Diijen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, him. 58-63

c) Mengangkat tangan ketika bangun dari ruku’

d) Meletakkan telapak tangan kanan diatas tangan kiri ketika bersedekap diantara pusar dan dada

e) Memandang tempat sujud

f) Meletakkan dua telapak tangan diatas dua lutut ketika sedang ruku’

g) Melakukan duduk iftirasy pada setiap duduk kecuali c’uduk tasyahud akhir

h) Melakukan duduk tawaruk ketika tasyahud akhir i) Melakukan duduk tasyahud aval

j) Melt kukan duduk sebentar setalah melakukan sujud yang kedua

k) Melakukan salam yang kedua31 2. Fungsi Shalat

a. Shalat berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar Cara yang paling efektif untuk mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar adalah dengan mendirikan shalat. Firman Allah :

Artinya : “...sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “ 3?

b. Shalat berfungsi sebagai penebus dosa

Orang yang menunaikan shalat hams ikhlas dan sungguh- sungguh lagi khusu’ karena keikhlasan dan kekhusu’an akan mendatangkan keridhoan Allah dan akan dihapus dosa-dosanya, sesuai hadist nabi:

Artinya : “ Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus kepada apa (dosa yang antara shalat-shalat itu selama ia menjauhi dosa-dosa besar) (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah) ” 32 33

c. Shalat berfungsi sebagai pembeda antara Islam dan kafir

Bagi orang Islam shalat mempakan aktifitas yang rutinitas yang hams dikerjakan lima kali sehari semalam. Meninggalkan shalat tanpa ada alasan-alasan yang dibenarkan agama, maka kafirlah ia. Sabda Rasul:

a l j j ) s!* L a ll u S j u S u !

Artinya : “ Sesungguhnya diantara laki-laki dan diantara orang-orang syirik adalah orang-orang-orang-orang kafir, yaitu orang-orang-orang-orang yang meningalkan shalat”. ( HR. Muslim )34

32 Ibid. him. 635

33 Imam Al-Ghazali, 1990, Ihya ’ Ulumiddin, teijemahan Moh. Zuhri, Semarang: Asy-Syifa’, him. 485

34 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarof Annawawi, 1995, Riyadhus Sholikin, teijemahan Salim Bahreisy, Bandung: PT. Al-M a’arif, him. 168

Shalat adalah salah satu pilar agama, sehingga orang yang telah mengerjakan shalat berarti ia telah menegakkan agama, dan sebaliknya apabila ia meninggalkan shalat berarti ia telah merobohkan agamanya. Sabda Rasul:

Artinya

'tjgdl 'Cy* J p iU c & C J I

‘‘Shalat itu adalah tiang agama, barang siapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama'". (HR. A1 Baihaqi, Sanadnya lemah dari hadist Umar).35 36 3. Hikmah Shalat

Shalat mempunyai hikmah pada diri manusia baik secara fisik maupun jiwa. Shalat yang dilaksanakan dengan adanya intensitas (konsentrasi) akan membentuk keseimbangan jiwa dan jasmani sehingga akan memberikan keuntungan lahiriyah dan batiniyah, sehat badan dan rohani. Disamping itu shalat merupakan kegiatan fisik dan mental spiritual yang memberikan makna baik bagi hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan diri sendiri.

Menurut Djamaludin Ancok dan Suroso ada beberapa aspek tarapeutik yang terdapat dalam ibadah shalat, antara lain : aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto sugesti dan aspek kebersamaan.

35 Imam Al- Ghazali. op. cit., him. 486

Menurut A. Saboe dalam bukunya Hikmah Kesehatcm Dalam Shalat berpendapat "bahwa hikmah yang diperoleh dari gerakan- gerakan shalat tidak sedikit artinya bagi kesehatan jasmaniah, dan dengan sendirinya akan membawa efek pula pada kesehatan rohaniah atau kesehatan mental/ jiwa seseorang".37 Kalau diperhatikan gerakan- gerakan di dalam shalat, maka terlihat mengandung unsur gerakan- gerakan olah raga mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk akhir (Atahiyat) sampai mengucap salam. b. Aspek Meditasi

Shalat merupakan sarana meditasi dimana berpengaruh terhadap otak karena lebih banyak mengeluarkan gelombang- gelombang alfa yang berhubungan dengan ketenangan atau kondisi relaks.

c. Aspek Auto-Sugesti

Auto Sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.

37

Siswa

Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya untuk kegiatan penyampaian mated pelajaran kepada siswa. Dalam perkembangannya metode pengajaran ini telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang disebut dengan metodologi pengajaran. Dengan pemahaman ini metodologi diartikan sebagai ilmu yang hams dilaksanakn untuk mencapati tujuan tertentu.38 Sedangkan ketika diraki dengan kata pengajaran, metodologi diartikan sebagai suatu ilmu yang mengenai prinsip-prinsip suatu proses (cara) mengajar.39

Berdasarkan pendapat tersebut, metode pengajaran dipahami sebagai suatu cara atau teknik yang ditempuh untuk menyampaikan isi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga terjadi interaksi, komunikasi antara gum dan siswa dalam rangka mewujudkan suatu tujuan pengajaran yang diinginkan. Metode pengajaran mempakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pengajaran di kelas. Dengan metode pengajraan yang baik kegiatan proses belajar mengajar semakin menyenangkan, menggembirakan dan mempercepat hasil yang diinginkan.

Dalam kaitan dengan metode dalam proses kegiatan belajar mengajar, terdapat berbagai alternatif metode yang dapat dipilih oleh gum. Masing- masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kualitas metode pengajaran tergantung kepada kompetensi gum yang bersangkutan sebagai 3

3S Djamaludin Darwis, 19%, PBM PA1 di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo. him. 22£

baik secara individu maupun kelompok. Oleh Karena itu setiap gum hams mampu memilih dan menggunakan metode tersebut sesuai dengan tujuan, jenis materi, kondisi proses belajar mengajar dan kondisi siswa.

Metode Modeling the Way mempakan salah satu alternatif metode yang sesuai dengan materi keterampilan shalat, yang meliputi bacaan dan gerakan. Sekalipun demikian, efektifitas metode Modeling the Way dalam materi keterampilan shalat tetap tergantung pada keahlian gum dan kesesuaiaan kondisi siswa. Sebaik apapun metode tanpa diimbangi kemampuan gum terhadap metode tersebut, tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Kemampuan gum yang profesional dalam wawasan metodologi pengajaran akan dapat mengembangkan fungsi metode pengajaran tersebut secara baik.

Implementasi dari metode modeling the way terhadap materi keterampilan shalat, bisa diawali dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Gum merancang tujuan yang hendak dicapai 2. Gum menetapkan dan menyampaikan materi shalat

3. Gum menerangkan masalah dan teknik atau cara mendemonstrasikan. 4. Gum membagi kelompok siswa

5. Siswa mulai memahami dan membuat skenario dengan durasi 1 0 - 1 5 menit

6. Siswa diberi keluasan untuk berlatih selama 5 - 1 0 menit

7. Siswa mendemonstrasikan atau mendramatisasi skenario yang telah dibuat 8. Evaluasi kegiatan

dalam mengajar, pendekatan tersebut antara lain berupa pendekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry atau discovery. Pendekatan ini diperlukan agar tujuan dari pembelajaran itu lebih tepat guna dan sesuai dengan yang diharapkan.

Pendekatan ekpositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. 40

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respons yang diberikan pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komunkasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh karenanya, kegiatan belajar siswa menjadi tidak optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.

Sedangkan pendekatan inquiry atau discovery bertolak dari pandagnan bahwa siswa sebagai subjek dan obyek dalam belajar mempunyai dasar untuk

4 0

him. 75

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

Melalui pendekatan ini diharapkan metode modeling the way menemui titik sasaranya. Melihat metode modeling the way sangat efektif bila diterapkan dalam pembelajaran materi keterampilan shalat, yang meliputi bacaan dan gerakan. Karena siswa memang digali potensinya dengan cara memainkan peranan, membuat skenario dan mengevaluasi sendiri hasil dari peranan yang nantinya dimainkan.

D. Peningkatan Keterampilan Shalat Berdasarkan Metode Modeling The

Dokumen terkait