• Tidak ada hasil yang ditemukan

JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M T R A N SF E R P E N D ID IK A N AG A M A ISL A M SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISL A M NEG ER I (STAIN) SA L A T IG A 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JU R U SA N T A R B IY A H PR O G R A M T R A N SF E R P E N D ID IK A N AG A M A ISL A M SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISL A M NEG ER I (STAIN) SA L A T IG A 2009"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MIHIDAYATUS-SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2009

SK R IPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan MeJengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

dalam Ilmu Tarbiyah

JU R U SA N T A R B IY A H

PR O G R A M T R A N SF E R P E N D ID IK A N AG A M A ISL A M SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISL A M NEG ER I (STAIN)

(2)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi mated yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

D e m ik ia n d ek larasi ini dibuat o le h p e n u lis u n tu k d ap at d im aklum i.

Salatiga, September 2009 Penulis,

NIM : 121 07 006

(3)

Drs. Djoko Sutopo

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : UMI KULSUM

NIM : 121 07 006

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : Upaya Meningkatkan Keterampilan Shalat Melalui Metode Modeling The Way Pada Siswa Kelas IV ° MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk

(4)

P E N G E S A H A N KELULUSAN

Skripsi Saudari : Umi Kulsum dengan Nomor Induk Mahasiswa : 121 07 006 yang beijudul : "UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SHALAT MELALUI METODE MODELING THE WAY PAD A SISWA KELAS IV MI HIDAYATUS-SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2009". Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga (STAIN) pada hari: Sabtu, 12 September 2009 M yang bertepatan dengan tanggal 22 Ramadhan 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).

(5)

A. Q.S Ibrahim 40

"Tuhan kami, kadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku aku"

B. HR. Abu Dawud dan Tirmidzi

"Ajarkan anak tentang, shalat pada usia tujuh tahun, dan pukidlah mereka jika tidak mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkan mereka

dalam tempat tidur"

PERSEMBAHAN

Dangan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk orang tuaku tercinta Bapak Alwi dan Ibu Siti Alfiah, beserta adik-adikku tersayang Fajriatul Muflihah dan Muhammad Mizabul Falah, calon suamiku Sutopo, kerabat- kerabatku, dan almamaterku.

(6)

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang telah memberi nikmat begitu melimpah dan tanpa batas, sehingga rasa sukur hanya patut dihaturkan kepada-Nya.

Shalawat salam atas Rasul-Nya Muhammad SAW, yang membawa sinar terang ke dunia, sehingga semakin jelas yang hak dan batil. Amin

Waba'du

Kajian tentang metode merupakan bagian integral yang tidak terpisahkah dari proses pendidikan. Bahkan seringkali teijadi perdebatan tarik menarik mana yang lebih penting, metode yang baik ataukah metode yang baik untuk mencapai tujuan Proses Belajar Mengajar (PBM). Namun terlepas dari mana yang lebih penting dari keduanya, perdebatan tersebut menunjukkan metode tidak dapat dipandang sepele terhadap keberhasilan PBM.

Metode modeling the Way dalam keterampilan shalat, merupakan upaya dilakukan guru dengan cara memberi siswa kesempatan untuk berlatih melalui demonstrasi keterampilan khusus yang diajarkan di kelas dan altematif yang tepat untuk bermain peran. Peserta didik diberikan waktu yang singkat untuk membuat skenarionya sendiri, menentukan bagaimana mereka iingin menggambarkan kecakapan dan teknik yang barn saja dilakukan di kelas.1 Sehingga menjadi pengetahuan dan keterampilan yang melekat pada diri siswa. Tampaknya metode 1

1 Silberman Melbin L. A ctive Learning; 101 Strategi Pembelajaran A k tif Yogyakarta: Yaipenda, 2002, him. 216

(7)

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari peran dari banyak pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dihaturkan rasa terima kasih, terutama kepada:

1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Dr. Imam Sutomo, M.Ag

2. Bapak dosen pembimbing Bapak Drs. Djoko Sutopo atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan

3. Bapak Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam, Bapak Fatchurrahman, M.Pd

4. Kepala MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang beserta dewan guru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Alwi dan Ibu Siti Alfiah dan keluarga Besar Bani KH. Muhammad Ridwan. Atas do'a, dukungan, dan motivasi

pemupukan semangat melampaui masa-masa sulit mengeijakan skripsi ini 6. Kedua adikku tercinta Fajriatul Muflihah dan Muhammad Mizabul Falah.

Terima kasih atas dukungan, motivasi dan do'anya yang tiada berhenti.

7. Calon suamiku Sutopo. Atas do'a, dukungan, motivasi dan selalu menemani

(8)

amal shalih. Amin

Akhimya segala kritik dan saran guna perbaikan dari sidang pembaca sekalian sangat diharapkan. Segala kesempumaan milik Allah SWT, dan segala kekurangan milik makhluk-Nya, Ihdinas Shirothol mustaqim. Amin

(9)

PADA SISWA KELAS IV MI HIDAYATUS-SYUBBAN KARANGROTO GENUK SEMARANG TAHUN 2009

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana peningkatan siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009 dalam memahami keterampilan shalat sebelum dan sesudah mendapatkan metode Modeling the Way ? 2) Bagaimana deskriptif metode Modeling the Way dapat meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Peningkatan siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009 dalam memahami ketrampilan shalat sebelum dan sesudah mendapatkan metode Modeling the Way. 2) Deskriptif metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009

Penelitian ini mengunakan metode penelitian eksperiman. Subyek penelitian sebanyak 54 responden mengunakan tehnik penelitian populasi, pengumpulan data menggunakan angket, metode observasi, interview dan metode demonstrasi.

Setelah data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis rata-rata. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan ada peningkatan keterampilan shalat siswa setelah adanya pengajaran dengan menggunakan metode Modeling the Way. Dari perhitungan persentase dapat disimpulkan bahwa tingkat ketrampilan shalat siswa mengunakan selain Metode Modeling the Way kategori sedang adalah 96,3 % dengan jumlah 26 siswa, dengan demikian tingkat ketrampilan shalat siswa mengunakan selain Metode Modeling the Way adalah sedang dan tingkat ketrampilan shalat siswa yang

menggunaan metode Modeling the Way kategori sangkat tinggi adalah 70,4 % dengan jumlah 19 siswa, dengan demikian tingkat ketrampilan shalat siswa yang menggunaan metode Modeling the Way adalah sangat tinggi.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, dapat disimpulkan, bahwa tingkat keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang mengalami kenaikan setelah dilakukan pelatihan dengan menggunakan metode modeling the way. Tingkat kenaikan tersebut mencapai 31,4 point atau 67,5%.

Dengan demikaian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ’’metode Modeling the Way cukup efektif dalam upaya meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang” diterima.

(10)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN DEKLARASI... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... ix

DAFTAR IS I... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 4

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Hipotesis... 7

F. Metodologi Penelitian ... 8

G. Sistematika Pembahasan... 20

BAB II LANDASAN TERORI A. Metode Modeling the W ay... 22

1. Pengertian Metode Modeling the Way... 22

(11)

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Modeling the

W ay... 24

B. Ibadah Shalat... 25

1. Pengertian Dasar Ibadah Shalat dalam Islam... 25

2. Fungsi Shalat... 30

3. Hikmah Shalat... 32

C. Efektifitas Metode Modeling the Way terhadap Keterampilan Shalat Siswa... 34

D. Peningkatan Keterampilan Shalat Berdasarkan Metode Modeling the Way... 37

BAB III LAPORAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN A. Situasi Umum MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang Tahun 2009... 39

1. Tinjauan Histories... 39

2. Letak Geografis... 40

3. Keadaan Guru dan Siswa... 41

4. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 42

5. Struktur... 44

B. Penerapan Metode Modeling the Way MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009 ... 44

(12)

B. Analisis Uji Hipoteisis... 58 C. Analisa Lanjut... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 63 B. Saran... 63 C. Penutup... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Terminologi pendidikan selalu menempatkan kajian tentang metode sebagai bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan. Bahkan seringkali teijadi perdebatan dan tarik menarik antara mana yang lebih penting, materi yang baik ataukah metode yang baik untuk tujuan Proses Belajar Mengajar (PBM). Namun terlepas dari hasil mana yang lebih penting dari keduanya, perdebatan tersebut menunjukkan metode tidak dapat dipandang sebelah mata dalam keberhasilan proses belajar mengajar.

Metode ialah jalan atau cara yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid.1 Metode merupakan rencana yang menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan. Oleh karena itu setelah guru memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan memperhatikan tujuan umum dan tujuan khusus serta memperhatikan keadaan murid, guru perlu

memikirkan variasi metode yang paling sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Karena tidak ada satu metode di samping mempunyai kelebihan juga kekurangan.

Pemilihan dan penggunaan metode pengajaran hendaklah didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, materi yang disampaikan, kondisi anak serta

1 Abu Baker Muhammad, 1981, M etode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional, him. 8

(14)

inetode tersebut mampu membangkitkan dan mengembangkan aktivitas belajar siswa. Bahkan karena begiiu pentingnya keterampilan guru untuk

mcmilih mclodc yang tcpat dan scsuai dcngan proses belajar mengajar, Muhammad Abdul Qadir Ahmad menyaU kan bahwa keberhasilan guru t( rsebut pada dasarn/a jug? metode yang baik/

Shalat merupakan ke\ajiban setiap orang Islam yang secara tegas telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an :

Artinya ...dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-prbuatan) keji dan munkar. (QS: al-Ankabut; 45)2 3 Praktek ibadah semaeam itu, penting bagi siswa siswi yang masih duduk di Sekolah Dasar, karena dimasa pertumbuhan penting sekali menanamkan kedisiplinan dalam beribadah terutama shalat karena akan

berpengaruh pada pengejawantahan nilai-nilai keagamaan. Shalat pertama kali diperintahkan pada saat malam Isra’ dan Mi’raj Nabiullah Muhammad SAW. Tata cara ibadah shalat sendiri memiliki ketentuan khusus yang telah diatur berdasarkan tata cara yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad SAW.4

Materi sholat merupakan materi dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. Yang mana pengajaran shalat telah dilakukan Rasulullah secara

(15)

Mated sholat merupakan mated dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Yang mana pengajaran shalat telah dilakukan Rasulullah secara langsung bersamaan dengan pertumbuhan agama Islam, shalat merupakan kewajiban yang mendasar bagi setiap pribadi muslim.

Sekalipun mated shalat termasuk mated yang tertua dalam Pendidikan Agama Islam, namun masih merupakan mated yang tidak mudah diajarkan, khususnya kepada anak. Karena di dalam mated shalat secara umum terdapat dua titik tekan, yaitu bacaan dan tindakan. Titik tekan pengajaran pada aspek bacaan saja biasanya akan menjadikan kurang aplikasi dan butuh waktu yang lama, sebaliknya konsentrasi yang berlebih pada tindakan akan menjadikan anak kurang bahkan tidak mampu melafalkan bacaan shalat. Kedua materi dasar tersebut hams sinergis diajarkan, sehingga shalat yang dilakukan siswa nantinya dapat sesuai dengan maksud agama.

Metode Modeling the Way merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk dipilih sebagai altematif bagi pembelajaran shalat untuk anak. Karena metode ini memberi siswa kesempatan untuk berlatih melalui demonstrasi keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Modeling the Way adalah alternatif yang tepat untuk bermain peran. Peserta didik diberi waktu yang singkat untuk membuat skenarionya sendiri, menentukan bagaimana mereka ingin menggambarkan kecakapan dan teknik yang bam saja dilakukan di kelas5.

5 Silberman Melvin L. 2002. Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran A k tif

(16)

Metode Modeling the Way dalam pengajaran keterampilan shalat dilakukan setelah guru selesai mengajarkan satu topik tertentu. Identifikasi beberapa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan yang baru dibahas. Siswa dikelompokkan sesuai dengan jumlah keperluan siswa untuk mendemonstrasikan skenario (skenario bacaan dan tindakan) gerakan shalat, yang diberikan oleh guru, sehingga menjadi pengetahuan dan keterampilan yang melekat pada diri siswa. Metode Modeling the Way ini sangat tepat digunakan untuk mengajarkan shalat terhadap siswa Madrasah Ibtidaiyah dan lebih efektif dibandingkan dengan metode yang lain, dikarenakan siswa dituntut untuk membuat skenario tersendiri, dalam memahami suatu materi yang diajarkan.

Berangkat dari realita di atas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah dengan menitik beratkan pada bagaimana upaya metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan shalat siswa. Secara sederhana peneliti memberi judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Shalat Melalui Metode Modeling the Way Pada Siswa Kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang Tahun 2009”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekaburan dan biasnya pengertian dalam memahami makna dari istilah yang penulis gunakan maka penulis perlu memberikan penegasan istilah :

(17)

Upaya diartikan sebagi usaha (syarat) untuk menyampaikan suatu maksud akal, ikhtiar, tiada pandangan, tidak ada akal6.

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cukup dalam menyelesaikan tugas-tugas; mampu dan cekatan, kemudian mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” menjadi keterampilan yang diartikan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.7

Shalat berasal dari bahasa Arab “a/ shalat' yang diartikan sembahyang, yakni suatu kegiatan yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam.8

Jadi keterampilan shalat dapat diartikan dengan kecakapan untuk melakukan shalat, meliputi ucapan dan gerakan sesuai dengan tatacara yang diatur syara’.

2. Metode Modeling the Way Siswa Kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang

Modeling the Way adalah metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas sehingga menghasilkan ketangkasan dan keterampilan (skill) dan profesionalisme 9

Siswa adalah murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Sedangkan MI Hidayatus-Syubban adalah lembaga pendidikan

6 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(18)

dasar swasta yang terletak di desa Karangroto Kecamatan Genuk Kota Semarang.

Jadi siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban adalah murid kelas IV

yang mengikuti pendidikan di MI Hidayatus-Syubban di Desa Karangroto, Kecamatan Genuk Kota Semarang.

Dari rangkaian judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Shalat Siswa melalui metode Modeling the Way Pada Siswa Kelas IV MI Hidayatus - Syubban” tersebut dapat ditarik sebuah pengertian upaya yang dilakukan dari penerapan metode Modeling the Way dalam meningkatkan kecakapan siswa MI Hidayatus-Syubban untuk melakukan shalat, meliputi ucapan dan gerakan sesuai dengan tata cara yang diatur syara’.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditetapkan

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009 dalam memahami keterampilan shalat sebelum dan sesudah mendapatkan metode Modeling the Way ? 2. Bagaimana deskriptif metode Modeling the Way dapat meningkatkan

keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009?

(19)

Permasalahan tersebut di atas, kemudian dijadikan pijakan penelitian dan akan dijawab melalui proses penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keterampilan shalat melalui metode Modeling the Way pada siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban desa Karangroto Kecamatan Genuk Kota Semarang, yang meliputi:

1. Peningkatan siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009 dalam memahami ketrampilan shalat sebelum dan sesudah mendapatkan metode Modeling the Way.

2. Deskriptif metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu dibuktikan

kebenarannya. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto, ”bahwa hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa ataupun sebaliknya tumbang menjadi hipotesis bila tidak terbukti kebenarannya10” jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah praduga sementara yang akan dibuktikan setelah ada bukti atau data yang membenarkannya.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: ada peningkatan keterampilan shalat siswa setelah adanya pengajaran dengan menggunakan metode Modeling the Way.

(20)

F. Metodologi Penelitian Populasi

Populasi adalah seluruh obyek yang dteliti baik yang berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang teijadi.11 Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu semua elemen yang ada diwilayah penelitian. Oleh karena itu, generalisasi sampel akan mencakup populasi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi keseluruhan dari obyek/individu yang diteliti.

Berdasarkan lingkup penelitian ini, yaitu upaya meningkatkan keterampilan shalat melalui metode modeling the way pada siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009. Yang pada penelitian ini adalah pada kelas IV yang hanya berjumlah 54 siswa. Oleh karena itu, jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100 orang, maka penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian populasi tidak menggunakan teknik sampling. Sehingga seluruh subyek dalam populasi dijadikan subyek penelitian. Hal demikian, didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto "bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi".11 12 Akan tetapi pada penelitian ini penelitian membagi kelas menjadi 2 kelompok, yang terdiri dari masing-masing kelompok 27 siswa. Kelompok pertama (kelas IVA) adalah kelompok yang tidak diberi pengajaran menggunakan

11 Muhammad Ali. 1989. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategic Bandung:

A ngk asa, him . 54

(21)

metode modeling the way, kemudian kelompok kedua (kelas IVB) adalah kelompok yang diberi pengajaran menggunakan metode modeling the way.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa metode guna mencapai tujuan yang diinginkan. Metode ini tidak lepas dari unsur

keterbatasan tenaga, waktu, dan sumber daya yang dimiliki oleh penulis. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode eksperimen.

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode

percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatuproses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Percobaan yang dilakukan dapat berlangsung dalam waktu pendek, misalnya hanya dalam waktu 1-2 jam, tetapi dapat pula dalam waktu panjang, seminggu, sebulan bahkan kadang- kadang beberapa bulan atau tahun. Hal itu sangat tergantung pada objek yang diselidiki dalam percobaan itu.

Dalam menggunakan metode eksperimen (percobaan) ini, agar membawa hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang mesti diperhatikan, yaitu :

(22)

3. Tindak lanjut eksperimen13

Adapun beberapa pertimbangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah guru yang mengajar siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto, Genuk, Semarang tahun 2009 dengan menggunakan metode Modeling the Way. 2. Variabel dan Indikator

Variabel penelitian adalah ’’segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian”.14

Variabel dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu : a. Variabel bebas / pengaruh /independen

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode Modeling the Way pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan indikatomya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran ini

b. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan shalat dengan indikatomya adalah sebagai berikut:

13 Sudirman N. et.al, 1991. 11mu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, him.

1 63-167.

(23)

1) Pengamalan shalat wajib

Pengalaman shalat wajib disini dimaksudkan bagaimana pengamalan shalat wajib siswa sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.

2) Pengamalan shalat sunah.

Pengalaman shalat sunah disini dimaksudkan bagaimana pengamalan shalat sunah siswa sebagian upaya melengkapi kesunahan dalam pelaksanaan shalat wajib.

3. Kompetensi Guru Agama Islam dalam Menerapkan Metode Modeling the Way

Kompetensi guru PAI merupakan potensi dasar yang sangat menentukan keberhasilan tujuan belajar mengajar di kelas, dengan kata lain guru yang berkompetensi dalam bidangnya adalah guru yang profesional yaitu guru agama yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang pengajaran, misalnya ahli dalam merencanakan, mengorganisir, memimpin, mengevaluasi, dan menganalisa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel I

Kompetensi Guru PAI Dalam Pelatihan Metode Modeling the Way Materi Keterampilan Shalat Siswa di MI Hidayatus Syubban

Karangroto Genuk Semarang

NO ASPEK YANG DEVELAI KUALIFIKASI NILAI

A B C D

1 2 3 4 5 6 7

(24)

NO ASPEK YANG DINILAI KUALIFIKASI NILAI

A B C D

metode modeling the way 2 Kesesuaian peltihan metode

modeling the way dengan ketarmpilan shalat

X 3

3 Kejelasan tujuan pelatihan X 2

4 Kejelasan asepk pokok dalam pelatihan metode modeling the way

X 2

5 Kejelasan latihan gerakan

shalat X 3

6 Kejelasan latihan gerakan

shalat X 3

7 Latihan keserasaian antara

bacaan dan gerakan shalat X 3

8 Kejelasan perbedaan antara gerakan shalat antara pria dan wanita

X 3

9 Kejelasan latihan bacaan

wajib shalat X 3

10 Kejelasan bacaan sunat shalat X 3

11 Kejelasan latihan gerakan

wajib X 3

12 Kejelasan latihan gerakan

sunat X 2

13 Kejelasan latihan menjadi

imam X 3

14 Kejelasan latihan menjadi

(25)

NO ASPEK YANG DINILAI KUALIFIKASI NILAI

A B C D

15 Penggunaan latihan shalat

dhuhur X 4

16 Kejelasan latihan shalat ashar X 4

17 Kejelasan latihan shalat

maghrib X 3

18 Kejelasan latihan shalat isya’ X 3

19 Kejelasan latihan shalat

subuh X 4

20 Kejelasan latihan shalat

jum’at X 1

Jumlah 3 6 9 2 59

Berdasarkan gambaran kompetensi guru terhadap metode Modeling the Way tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa guru PAI di MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang sudah maksimal dan sesuai dengan kecukupan waktu yang dimiliki.

4. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang ada dari penelitian ini dihimpun dari data lapangan dan perpustakaan. Jenis penelitian ini adalah Field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan penelitian langsung terjun ke kancah penelitian atau di tempat fenomena terjadi.

(26)

a. Angket

Suatu daftar pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden/orang yang dimintai pendapat. Bentuk angket yang digunakan disini adalah angket tertutup dan langsung, artinya pertanyaan-pertanyaan menuntut jawaban yang telah ditentukan dan pelaksanaannya langsung kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Angket ini diberikan setiap pembelajaran selesai pada kelompok IVA dan kelompok kelas IVB. Sehingga dapat diketahui perubahan yang terdapat pada kelompok kelas IV A dan kelompok kelas IV B.

b. Observasi

Metode observasi adalah ’’sesuatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung” 15

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang keadaan umum lembaga pendidikan MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang

c. Interview

Metode inteview adalah ’’metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian”.16

(27)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang dengan jalan bertanya kepada pihak-pihak yang berkompeten terutama kepala sekolah, serta untuk mengetahui tentang keadaan masyarakat, keadaan sekolah, dan keadaan siswa. d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ’’mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.17

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat dokumenter, yaitu: tentang keadaan guru, siswa, letak geografis, nilai mata pelajaran, prosentase hasil lulusan dan sarana prasarana pendidikan yang dimiliki.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yaitu ’’mengumpulkan data, dan diolah serta dianalisis dengan meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai penelitian.” 18

Adapun cara pengolahan data tersebut penulis menggunakan tiga tahapan yaitu:

(28)

a. Analisis Pendahuluan

Pada tahapan ini data yang terkumpul dikelompokan kemudian dimasukan tabel distribusi frekuwensi secara sederhana untuk setiap variabel yang ada dalam penelitian.

b. Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini untuk menguji hipotesis lebih lanjut dengan melalui distribusi dari analisis pendahuluan untuk mencari nilai rata- rata ketrampilan shalat siswa sebelum dan sesudah penggunaan metode modeling the wary, sehingga diketahui peningkatan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang. Analisis ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:

Hasil dari prosentase yang telah ditafsirkan dengan kalimat kemudian dipisahkan menurut kategori yang dibuat oleh peneliti sendiri. Hal ini untuk memperoleh kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Kategori prosentase dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(29)

Tabel II

Setelah diperoleh nilai rata-rata dari penggunaan metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang. Kemudian dikonsultasikan pada standar prosentase yang ditetapkan. Jika hasil konsultasi menunjukkan nilai yang baik, berarti metode Modeling the Way mempunyai efektifitas dalam meningkatkan keterampilan shalat siswa kelas IV MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang. 6. Instrumen

a. Instrumen yaitu alat yang akan digunakan untuk mengukur. Materi yang akan diukur adalah:

1) Tata cara shalat dan pengetahuan tentang shalat

(30)

Shalat yang baik, akan menjadikan seluruh amal ikut baik. Sedang shalat yang baik dan sempurna hams memenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Dan untuk lebih sempurna, hams dipenuhi segala yang menjadi sunat-sunatnya.

2) Bacaan-bacaan shalat

Bacaan-bacaan dalam shalat adalah: a) Niat

b) Takbirotul ihrom c) Doa iftitah d) Surat al fatihah e) Ruku’

f) I’tidal

g) Sujud

h) Duduk diantara dua sujud i) Tasyahud awal dan akhir j) Salam

b. Indikator instmmen

(31)

c. Norma pengukuran

No Instrumen Nilai

A B C K

1 Apakah tiang agama itu?

2 Shalat merupakan rukun Islam yang ke

berapa?

3 Lafadzkan niat-niat shalat fardhu! 4 Sebutkan syarat sah shalat!

5 Sebut dan jelaskan rukun-rukun shalat!

Penilaian :

Setiap nomor nilai 2 2 x 5 = 10

Nilai 9 - 1 0 = A Nilai 7 - 8 = B Bilai 5 - 6 = C Nilai 4 ke bawah = Kurang

7. Jadwal pelaksanaan penelitian

No Rencana kegiatan

Minggu ke

I II

in

IV

1 Persiapan

V

(32)

No Rencana kegiatan

Minggu ke

I II

in

IV

3 Menyiapkan alat

V

4 Melakukan tindakan siklus I

V

5 Melakukan tindakan siklus II 6 Menyusun laporan

7 Perbaikan laporan

G. Sistematika Pembahasan

Untuk dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencapaian ide dan tema dalam penelitian ini, maka penulis merangkai sistematika pembahasan penelitian ini ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penengasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis, Metodologi Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan landasan teori yang meliputi Metode Modeling the Way : Pengertian metode Modeling the

(33)

Bab III merupakan laporan penelitian yang meliputi Situasi umum MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009: Tinjauan histories, Letak geografis, Keadaan gum dan siswa, Keadaan sarana dan prasarana pendidikan, Struktur. Laporan hasil penelitian. Meliputi laporan hasil nilai ibadah shalat dan penerapan metode Modeling the Way MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009

Bab IV tentang analisa data yang berisi tentang analisis pendahuluan, analisis uji hipoteisis dan analisa lanjut.

(34)

A. Metode Modeling the Way

1. Pengertian Metode Modeling the Way

Metode Modeling the Way sebagai metode pengajaran adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan (skill) dan profesionalisme.20

Metode Modeling the Way merupakan salah satu metode mengajar yang dikembangkan oleh Mel Silberman, seorang yang memang berkompeten di bidang psikologi pendidikan, metode ini merupakan sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai

dengan materi yang diajarkan.

Ada sebuah pendapat, metode Modeling the Way merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama. Yakni sebuah metode dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan

sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peranan tertentu sebagaimana yang ada dalam

20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, him 219

(35)

berinisiatif serta diberi bimbingan atau lainya agar lebih berhasil.21. 2. Penggunaan metode Modeling the Way dalam Proses Belajar Mengajar

Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran A ktif mengungkapkan bahwa metode Modeling the Way memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan kelas melalu demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan skenario

sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang barn saja dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan

tertentu.

Selanjutnya langkah-langkah yang dapat dipakai adalah sebagai

berikut:

a. Pertama, setelah pembelajaran suatu topik tertentu, identifikasi beberapa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan yang baru dibahas.

b. Kedua, bagi kelas ke dalam beberapa kelompok menurut jumlah siswa yang diperlukan untuk mendemonstrasikan skenario.

c. Ketiga, beri waktu 1 0 -1 5 menit untuk menciptakan skenario. d. Keempat, beri waktu 5 - 10 menit untuk berlatih.

(36)

masing-masing, beri kesempatan untuk memberikan feed back pada setiap demonstrasi yang dilakukan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Meiode Modeling The Way Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:

a. Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang ia jumpai

b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa

c. Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyatukan pepikiran serta perasannya dengan jelas dan tepat

d. Mau menerima dan menghargai pendapat orang lain e. Memupuk perkembangan kreatifitas anak

Sedangkan kelemahanya adalah sebagai berikut:

a. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat

b. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar kurang terpenuhi

c. Rasa malu dan takut akan mengakibatkan ketidakwajaran dalam memainkan peranan, sehingga hasilnya pun kurang memenuhi harapan.22

22

(37)

1. Pengertiun Shalat

Shalat mempakan salali satu wujud dari ibadah yang memiliki

tingkat prioritas tertinggi dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam shalat mengandung hubungan atau interaksi yang vertikal antara Tuhan dengan manusia. Menurut Ash Shiddieqy bahwa perkataan shalat dalam bahasa Arab berarti doa memohon kebajikan dan pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya. Serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa

keagungan, kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.23

Shalat merupakan rukun atau sendi Islam yang terpenting, sehingga shalat merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan bagi orang Islam yang sudah baligh, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran :

Artinya sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” 24

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting, di

dalam Al-Quran juga diterangkan bahwi shalat merupakan salah satu indikator orang yang bertakwa, atau kata lain shalat adalah satu unsur pembentuk manusia yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 1 -3 :

(38)

oi^J' CP

c?

-'-

a 5

cj s ^ j S/

4

-^j===^^^iJ'^

,>«Ss '.. - • * ■>

f

' \ ' . - I .- Ci TV t f ' •* _ .». ;r

C0 0.y ^ -^ -i |» g1 ;,j j U? j ojlLaJ I (Jj-v-.a.jj L;

Artinya : “ Alij Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunj uk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkah sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka ‘\ 25

Melihat begitu prinsipnya masalah shalat, maka sangatlah cocok yang dikemukakan oleh Hanika, bahwa “shalat dijadikan pokok pangkal dari segala ibadah”.26 Sebagai pangkal tolak dari ibadah, shalat

mempunyai fungsi untuk membawa manusia senantiasa dekat kepada Tuhan (Allah), karena dalam shalat terdapat dialog langsung antara manusia dan Allah SWT.

Sebagai wujud dari praktek ibadah yang memiliki keutamaan yang

lebih dibanding dengan praktek-praktek ibadah lainnya, maka pelaksanaan

ibadah shalatpun sudah diatur dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad

SAW dan secara langsung telah dipraktekkan dengan diikuti dan disaksikan oleh para sahabatnya yang jumlahnya ribuan. Maka dari itu prakteknya dalam ucapan dan gerak badan harus sesuai dengan apa yang

dicontohkan Rasul.

Pelaksanaan ibadah shalat haruslah sesuai dengan tuntunan, memenuhi syarat wajib dan rukun-rukun shalat.

25 Ibid, him. 8

(39)

1) Beragama Islam 2) Suci dari haid dan nifas

3) Berakal

4) Baligh ( dewasa)

5) Telah sampai dakwah Rasul kepadanya

Orang yang belum menerima ajaran maupun dakwah dan ajaran dari Rasul maupun risalah tauhid, baginya tidak ada tuntutan untuk mengerjakan shalat. Firman Allah :

Artinya : “ (mereka Kami ulus) selaku Rasul-hasul pembawa

6) Melihat dan mendengar

7) Orang yang terjaga (tidak tidur)

8) Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, aurat perempuan seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak tangan. b. Rukun-rukun shalat

1) Niat

2) Berdiri bagi yang iru mpu 3) Takbirotul ihrom

"7 Departer.ien Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 151

(40)

5) Rukuk serta tuma ’ninah

6) I’tidal serta tuma ’ninah

7) Sujud dua kali serta tuma ’ninah

8) Duduk diantara dua sujud serta tuma ’ninah 9) Duduk akhir

10) Membaca tasyahud akhir

11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW 12) Memberi salam yang pertama (kekanan)

13) Menertibkan rukun, artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya menurut susunan di atas.

c. Bacaan dan gerakan dalam shalat

Bacaan dan gerakan dalam shalat meliputi: 1) Bacaan wajib dalam shalat

a) Niat

b) Takbirotul ihram c) Surat al-Fatihah d) Tasyahud akhir

e) Shalawat kepada Nabi Muhammad

f) Shalawat kepada keluaraga Nabi Muhammad pada tasayahud akhir

g) Salam pertama28

(41)

a) Ta’awudz b) Doa iftitah

c) Membaca salah satu surat dalam Al-Qur’an selain Al-Fatihah

d) Takbirotul intiqol (berpindah) setiap gerakan shalat e) Doa ruku’

f) Doa i’tidal g) Dao sujud

h) Doa diantara dua sujud i) Doa qunut

j) Tasyahud awal k) Salam yang kedua

l) Amin setelah membaca al fatihah29 30 3) Gerakan wajib dalam shalat

a) Berdiri bila mampu

b) Melakukan ruku’ dengna tuma ’ninah c) Melakukan i’tidal dengan tuma ’ninah d) Melakukan sujud dengan tuma ’ninah

e) Melakukan duduk diantara dua sujud dengan tuma ’ninah

AA

f) Melakukan salam ke kanan 4) Gerakan sunah dalam shalat

a) Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram

29 Ib id

(42)

c) Mengangkat tangan ketika bangun dari ruku’

d) Meletakkan telapak tangan kanan diatas tangan kiri ketika bersedekap diantara pusar dan dada

e) Memandang tempat sujud

f) Meletakkan dua telapak tangan diatas dua lutut ketika sedang ruku’

g) Melakukan duduk iftirasy pada setiap duduk kecuali c’uduk tasyahud akhir

h) Melakukan duduk tawaruk ketika tasyahud akhir i) Melakukan duduk tasyahud aval

j) Melt kukan duduk sebentar setalah melakukan sujud yang kedua

k) Melakukan salam yang kedua31

2. Fungsi Shalat

a. Shalat berfungsi sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar Cara yang paling efektif untuk mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar adalah dengan mendirikan shalat. Firman Allah :

Artinya : “...sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

(43)

(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “ 3?

b. Shalat berfungsi sebagai penebus dosa

Orang yang menunaikan shalat hams ikhlas dan sungguh-

sungguh lagi khusu’ karena keikhlasan dan kekhusu’an akan mendatangkan keridhoan Allah dan akan dihapus dosa-dosanya, sesuai hadist nabi:

Artinya : “ Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus kepada apa (dosa yang antara shalat-shalat itu selama ia menjauhi dosa-dosa besar) (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah) ” 32 33

c. Shalat berfungsi sebagai pembeda antara Islam dan kafir

Bagi orang Islam shalat mempakan aktifitas yang rutinitas yang hams dikerjakan lima kali sehari semalam. Meninggalkan shalat tanpa ada alasan-alasan yang dibenarkan agama, maka kafirlah ia. Sabda Rasul:

a l j j ) s!* L a ll u S j u S u !

Artinya : “ Sesungguhnya diantara laki-laki dan diantara orang-orang syirik adalah orang-orang-orang-orang kafir, yaitu orang-orang-orang-orang yang meningalkan shalat”. ( HR. Muslim )34

32 Ibid. him. 635

33 Imam Al-Ghazali, 1990, Ihya ’ Ulumiddin, teijemahan Moh. Zuhri, Semarang: Asy-Syifa’, him. 485

(44)

Shalat adalah salah satu pilar agama, sehingga orang yang

telah mengerjakan shalat berarti ia telah menegakkan agama, dan sebaliknya apabila ia meninggalkan shalat berarti ia telah merobohkan agamanya. Sabda Rasul:

Artinya

'tjgdl

'Cy*

J p iU c & C J I

‘‘Shalat itu adalah tiang agama, barang siapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama'". (HR. A1 Baihaqi, Sanadnya lemah dari hadist Umar).35 36 3. Hikmah Shalat

Shalat mempunyai hikmah pada diri manusia baik secara fisik maupun jiwa. Shalat yang dilaksanakan dengan adanya intensitas (konsentrasi) akan membentuk keseimbangan jiwa dan jasmani sehingga

akan memberikan keuntungan lahiriyah dan batiniyah, sehat badan dan rohani. Disamping itu shalat merupakan kegiatan fisik dan mental spiritual yang memberikan makna baik bagi hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan diri sendiri.

Menurut Djamaludin Ancok dan Suroso ada beberapa aspek

tarapeutik yang terdapat dalam ibadah shalat, antara lain : aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto sugesti dan aspek kebersamaan.

35 Imam Al- Ghazali. op. cit., him. 486

(45)

Menurut A. Saboe dalam bukunya Hikmah Kesehatcm Dalam Shalat berpendapat "bahwa hikmah yang diperoleh dari gerakan- gerakan shalat tidak sedikit artinya bagi kesehatan jasmaniah, dan

dengan sendirinya akan membawa efek pula pada kesehatan rohaniah atau kesehatan mental/ jiwa seseorang".37 Kalau diperhatikan gerakan- gerakan di dalam shalat, maka terlihat mengandung unsur gerakan-

gerakan olah raga mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk akhir (Atahiyat) sampai mengucap salam.

b. Aspek Meditasi

Shalat merupakan sarana meditasi dimana berpengaruh terhadap otak karena lebih banyak mengeluarkan gelombang-

gelombang alfa yang berhubungan dengan ketenangan atau kondisi relaks.

c. Aspek Auto-Sugesti

Auto Sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.

37

(46)

Siswa

Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya untuk kegiatan penyampaian mated pelajaran kepada siswa. Dalam perkembangannya metode pengajaran

ini telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang disebut dengan metodologi pengajaran. Dengan pemahaman ini metodologi diartikan sebagai ilmu yang hams dilaksanakn untuk mencapati tujuan tertentu.38 Sedangkan ketika diraki dengan kata pengajaran, metodologi diartikan sebagai suatu ilmu yang mengenai prinsip-prinsip suatu proses (cara) mengajar.39

Berdasarkan pendapat tersebut, metode pengajaran dipahami sebagai

suatu cara atau teknik yang ditempuh untuk menyampaikan isi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga terjadi interaksi,

komunikasi antara gum dan siswa dalam rangka mewujudkan suatu tujuan pengajaran yang diinginkan. Metode pengajaran mempakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pengajaran di kelas. Dengan metode pengajraan yang baik kegiatan proses belajar mengajar semakin menyenangkan, menggembirakan dan mempercepat hasil yang diinginkan.

Dalam kaitan dengan metode dalam proses kegiatan belajar mengajar, terdapat berbagai alternatif metode yang dapat dipilih oleh gum. Masing-

masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kualitas metode pengajaran tergantung kepada kompetensi gum yang bersangkutan sebagai 3

3S Djamaludin Darwis, 19%, PBM PA1 di Sekolah, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo. him. 22£

(47)

baik secara individu maupun kelompok. Oleh Karena itu setiap gum hams mampu memilih dan menggunakan metode tersebut sesuai dengan tujuan,

jenis materi, kondisi proses belajar mengajar dan kondisi siswa.

Metode Modeling the Way mempakan salah satu alternatif metode yang sesuai dengan materi keterampilan shalat, yang meliputi bacaan dan gerakan. Sekalipun demikian, efektifitas metode Modeling the Way dalam materi keterampilan shalat tetap tergantung pada keahlian gum dan kesesuaiaan kondisi siswa. Sebaik apapun metode tanpa diimbangi kemampuan gum terhadap metode tersebut, tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Kemampuan gum yang profesional dalam wawasan metodologi pengajaran

akan dapat mengembangkan fungsi metode pengajaran tersebut secara baik. Implementasi dari metode modeling the way terhadap materi keterampilan shalat, bisa diawali dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Gum merancang tujuan yang hendak dicapai 2. Gum menetapkan dan menyampaikan materi shalat

3. Gum menerangkan masalah dan teknik atau cara mendemonstrasikan. 4. Gum membagi kelompok siswa

5. Siswa mulai memahami dan membuat skenario dengan durasi 1 0 - 1 5

menit

6. Siswa diberi keluasan untuk berlatih selama 5 - 1 0 menit

(48)

dalam mengajar, pendekatan tersebut antara lain berupa pendekatan

ekspositeri dan pendekatan inquiry atau discovery. Pendekatan ini diperlukan agar tujuan dari pembelajaran itu lebih tepat guna dan sesuai dengan yang diharapkan.

Pendekatan ekpositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu

pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. 40

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respons yang diberikan pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komunkasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh karenanya, kegiatan belajar siswa menjadi tidak optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.

Sedangkan pendekatan inquiry atau discovery bertolak dari pandagnan bahwa siswa sebagai subjek dan obyek dalam belajar mempunyai dasar untuk

4 0

him. 75

(49)

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

Melalui pendekatan ini diharapkan metode modeling the way menemui titik sasaranya. Melihat metode modeling the way sangat efektif bila diterapkan dalam pembelajaran materi keterampilan shalat, yang meliputi bacaan dan gerakan. Karena siswa memang digali potensinya dengan cara memainkan peranan, membuat skenario dan mengevaluasi sendiri hasil dari

peranan yang nantinya dimainkan.

D. Peningkatan Keterampilan Shalat Berdasarkan Metode Modeling The Way

Keefektifan penggunaan metode modeling the way akan berdampak pada peningkatan keterampilan sholat siswa. Proses pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Memberi kesan yang kuat pada diri anak didik, sehingga mampu mempertahankan respon dalam ingatannya.

(50)

secara aktif, selain itu guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna

(51)

A. Situasi Umum MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009

1. Tinjauan Histories

Madrasah MI Hidayatus-syubban terletak dijalan KH. Zainuddin no 1 Karangroto Genuk Semarang, berdiri pada tahun 1960 bersamaan dengan pondok pesantren. Pada awal berdirinya Madrasah tersebut bernama Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang didirikan oleh H. M. Ridwan, karena pendirinya seorang tokoh NU (Nahdlotul Ulama) pada tahun 1965 NU diganti namanya menjadi Madrasah Nahdlotul Ulama (MNU).

Pada tahun 1971 NU masuk ke dalam politik maka pada tahun itu namanya diganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Hidayatus-Syubban. Hidayatus-Syubban yang artinya petunjuk bagi pemuda, Madrasah Ibtdaiyah Hidayatus-Syubban dipimpin oleh Kepala Madrasah yaitu H. M. Ridwan pada tahun 1985 mengalami peningkatan yaitu mulai ujian sendiri, ketika itu kepala madrasah sudah dipegang oleh putrinya yaitu HJ. Siti Fatimah S.Pd.I sejak tahun 1982. Pada tahun 1983 didirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hidayatus-Syubban akhirnya H. M Ridwan diperbantukan di MTs, pada tahun 1992 beliau pensiun dan beliu wafat pada tahun 1995. MI Hidayatus-Syubban pada tahun 2004 melaksanakan

(52)

pelaksanaan akreditasi mendapat nilai A, MI Hidayatus-Syubban sekarang berstatus disamakan. Pada tahun 2009 ini jumlah siswa MI Hidayatus- Syubban mencapai 188 siswa.

2. Letak Geografis

MI Hidayatus-Syubban merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang terletak dalam lingkup yayasan. Arahnya dari Pasar Genuk ke selatan ± 3 kilometer dari Pasar Genuk. Untuk menjangkau lokasi ini dapat dilakukan dengan kendaraan umum (angkota), dengan biaya Rp 1.000,-. MI Hidayatus-Syubban menempati area tanah luasnya 4000 m2 terdiri dari satu unit dan sembilan lokal, dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang laboratorium komputer.

Secara geografis, denah lokasi MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang adalah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Jalan

: Sekolahan MTs Hidayatus-Syubban : Sungai

: Komplek Pondok.41 Setelah Utara

Sebelah Timur Sebelah Selatan

(53)

a. Keadaan Gum MI Hidayatus-Syubban

Tenaga edukatif yang mengajar pada sekolah MI Hidayatus- Syubban Karangroto Genuk Semarang ada 11 orang termasuk kepala sekolah dan 1 orang penjaga MI dan hanya 1 orang saja karyawan tersebut yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sedang yang lainnya masih berstatus swasta.

Latar belakang pendidikan gum rata-rata Diploma II (D.2), bahkan sebagian dari tenaga gum tersebut masih dalam proses transfer ke jenjang Strata 1 (S.l) untuk meningkatkan wawasan ilmu pendidikan yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya, juga untuk mengimbang kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun rincian latar belakang pendidikan tenaga gum di MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel III

Latar Belakang Pendidikan Guru

MI Hidai^atus-Syubban Karangroto Genuk Semarang

No Nama TTL Ijasah Jenis Guru Mengajar

1. Siti Fatimah 07/07/64 S.l Kepala Sekolah

2. Mulyatno 20/04/69 S.l Gum Kelas Kelas VI

3. Masri’ah 12/03/69 D.2 Gum Kelas Kelas V

4. Sofi’ah 20/04/76 D.2 Gum Kelas Kelas II

5. Dzurrahmah 03/08/76 S.l Gum Kelas Kelas I 6. Bambang H. 06/12/77 D.2 Gum Kelas Kelas IV 7. Solihul Hadi 29/10/84 S.l Gum Olah Raga

8. Saiful Mujab 08/07/87 SLTA* Gum TIK 9. Nur Wahidah 15/07/89 SLTA* Gum Pramuka

10. Umi Kulsum 21/04/87 D.2 Gum Fiqh/MTK

11. Nur Kholifah 03/02/77 D.2 Gum Kelas Kelas III 12. Maskuri 05/11/73 SLTA Penjaga Sekolah

(54)

tenaga edukatif yang mengajar pada sekolah MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang ada 11 orang termasuk kepala sekolah dan 1 orang penjaga MI

b. Keadaan Siswa MI Hidayatus-Syubban

Adapun keadaan siswa di MI Hidayatus-Syubban dari kelas I sampai kelas VI adalah sebagai berikut:

Tabel IV

Keadaan Siswa MI Hidayatus-Syubban

NO KELAS JUMLAH KELAS TOTAL KET

1 I 1 17

2 II 1 33

3 III 1 20

4 IV 1

0

5 V 1 26

6 VI 1 38

Jumlah 6 188

4. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan a. Gedung

(55)

TABEL V

Daftar Inventaris MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang

No Nama Barang Jumiah

1 Papan nama 5

2 Mesin ketik 1

3 Meja untuk anak 54

4 Kursi untuk anak 100

5 Meja gum 6

6 Kursi gum 13

7 Almari gum 1

8 Papan tubs 6

9 Papan statistik 7

10 Meja kursi tamu 1

11 Unit alat peraga 4

12 Unit alat kesenian 1

13 Unit alat olahraga 4

14 Almari/rak perpustakaan 3

15 Radio / tape recorder / sound sistem 1

16 Komputer 10

(56)

Tabel VI Struktur Organisasi

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang

B. Penerapan Metode Modeling The Way MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang tahun 2009

1. Penerapan metode modeling the way dalam pengajaran shalat

Shalat merupakan ibadah yang dalam pelaksanaanya terdapat beberapa rukun qauliyah dan rukun fi'liyah. Oleh karena itu metode pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan hal-hal yang sifatnya

(57)

pengajaran keterampilan shalat pada bidang Pendidikan Agama Islam di MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang dengan melaui tahap sebagai berikut:

a. Merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan mengajar

b. Menentukan tujuan pengajaran yang jelas agar tujuan pengajaran dapat koperatif, berhasil dengan baik, terukur dan tepat sasaran.

c. Menentukan jenis pendekatan dan metode pengajaran yang tepat dan sesuai. Hal ini dilakukan agara pengajaran mudah diterima oleh siswa.

Sehingga proses belajar mengajar dapat mencapai hasil yang dapat mencapai hasil yang maksimal.

d. Menggunakan media pengajaran yang tepat, praktis dan efisien yang mudah digunakan serta mudah diperoleh.

e. Menyediakan sarana dan prasarana atau fasilitas latihan atau belajar siswa, seperti mushola, sajadah perangkat alat shalat dan lain-lain. f. Menentukan langkah-langkah kegiatan proses belajar mengajar yang

terdiri dari beberapa aktifitas guru dan siswa yang saling berinteraksi dan berhubungan dengan yang lain yang melibatkan beberapa kimponen dan instrument pengajaran seperti metode, pendekatan dan media pengajaran.

(58)

diantisipasi, diidentifikasi, dan diklasisfikasi menurut standar penilaian

yang benar, sehingga dapat diketahui taraf daya serap siswa dan keberhasilan latihan siswa yang setiap individu siswa berbeda.

i. Mengadakan remedial atau perbaikan dan pengayaan kepada hasil belajar siswa yang berbeda tersebut dengan menambahkan tugas bagu

kepada siswa yang berkemampuan lebiuh dan memberi pengajaran ulang bagi siswa yang berkemampuan kurang.

2. Pendidikan Agama Islam di MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang

Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di MI Hidayatus-

Syubban Karangroto Genuk Semarang menganut prinsip-prinsip seperti keterpaduan atau kebersamaan dan keterbukaan antara pihak sekolah (guru) dengan siswa, wali murid dan masyarakat saling mengisi dan memberi informasi demi tercapainya tujuan poengajaran yang terlah diprogramkan. Bentuk dari usaha tersebut adalah guru memberikan jenis kegiatan pengajaran yang telah diprogramkan, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler kepad isswa dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang sudah ada.

(59)

mengajar dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah untuk memenuhi target kurikulum, dan kegaiatan tersebut ada hubunganya degnan kegiatan antara kurikuler dan prestasi siswa. c. Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu jenis kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan di luar jam pelajaran sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kegiatan tersebut ada hubunganya dengan bakat, minat dan karir siswa.

3. Keterampilan Shalat Siswa kelas IV A MI Hidayatus Syubban Karangroto

Genuk Semarang setelah menggunakan metode selain Modeling the Way Keterampilan shalat merupakan modal dasar kesiapan untuk mengamalkan shalat denga khusu’ dan benar. Untuk mengetahui keterampilan shalat siswa, penulis menggunakan observasi atau pengamatan sebagai altematif pendamping metode pengumpulan data.

(60)

Daftar Responden

No Nama Responden No Nama responden

1 Anis Aninggar Sukmasari 28 Tri Hidayati

2 Asmuna 29 Indrawati

3 Abshoh 30 Zahrotul Mufidah

4 Ari Puji Astuti 31 Zuliana Nurus Saadah 5 Bambang Setiawan 32 Nurul Hidayah

6 Emawati 33 Siti Mukaromah

7 Maesaroh 34 Siti Faiamalia

8 Edi Kurnia 35 Heni Setiorini

9 Eka Susanti 36 Cahyo Adi Saputro

10 Ulum Nu'mah 37 Fadia Elbas

11 Siti Nur Janah 38 Sayid Sabiq

12 Budi Santoso 39 Kafa Bilah

13 Muslih 40 Dardiri

14 Sofi 41 Umar Sadad

15 Zainal Abidin 42 Nurudin

16 Rudi septianto 43 Nurul Aini

17 Nur Khasanah 44 Rokhatun

18 Dwi Haryanti 45 Muthofiah

19 Diah Setianingrum 46 Eka Hidayanti 20 Agus febrianto 47 Retno Winangsit

21 Siti Roifah 48 Dian Sukowati

22 Siti Khodijah 49 Aini Kowati

(61)

Syubban Karangroto Genuk Semarang setelah penerapan metode selain modeling the way dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VIII

(62)

NO RESP.

T A W A R A N JML

NILAI

A B C D

A B C D Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml

22 4 4 4 13 4 16 3 12 2 8 1 13 49

(63)

4 61 - 8 0 % 1 3.7

5 81 - 100 % 0 nyj

Jumlah 27 100

Dari data tersebut dapat dipahami, bahwa tingkat interval prosentase 41 - 60 % terdapat 26 siswa atau 96.3 % sedangkan interval 61- 80 % terdapat 1 atau 3.7 %. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa mayoritas keterampilan shalat siswa setelah diberi pengajaran

dengan metode selain Modeling the Way hasilnya sedang.

4. Keterampilan Shalat Siswa kelas IV B MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang menggunakan metode Modeling the Way

(64)

Nilai Keterampilan Shalat Kelas TV B MI Hidayatus Syubban

Karangroto Genuk Semarang Menggunakan Metode Modeling The Way

(65)

NO

Dari data yang tertuang dalam tabel di atas, dapat dipahami, bahwa kondisi keterampilan shalat siswa kelas IV B MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang setelah diberi pengajaran dengan metode Modeling the Way lebih baik dibanding kelas IV A, dengan nilai rata-rata kelas 80. Nilai ini diperoleh dari SFX (2189) dibagi N (27). Nilai tersebut

ketika dikonsultasikan pada kategorisasi prosentase yang telah ditentukan, menempati kategori sangat tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh nilai keterampilan shalat di atas di distribusikan ke dalam tabel prosentase dengan gambaran sebagai berikut:

Tabel XI

D is tr ib u s i P ro s e n ta s e K e te r a m p ila n S h a la t

Siswa Kelas IV B MI Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang Menggunaan Metode Modeling the Way

(66)
(67)
(68)

A. Analisis Pendahuluan

Dal am mencapai tujuan pembelajaran dan untuk memudahkan

pencapaian materi kepada siswa, diperlakukan beberapa metode yang sesuai

dan pendekalan pengajaran yang tepat. Berkaitan dengan metode pengajaran

ini, salah satu di antaranya adalah metode Modeling the Way. Metode ini

menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya Karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga menghasilakan ketangkasan dengan keterampilan (skill) dan profesionalisme.

Ibadah sholat merupakan ibadah yang terdiri dari teori hafalan dan gerak atau praktik yang baku dan tidak mengalami perubahan. Untuk menyajikan diperlukan latihan-latihan kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus. Pelatihan dalam hal ini, digunakan metod& Modeling the Way.

Pada bab III di muka, telah disampaikan laporan hasil penelitian penerapan metode Modeling the way tersebut dalam pengajaran shalat di MI Hidayatus-Syubban Karangroto Genuk Semarang. Dari laporan penelitian yang ada, terdapat perbedaan yang menonjol pada keterampilan shalat siswa antara siswa kelas IV A yang mengunakan selain Metode Modeling the Way dan kelas IV B yang menggunaan metode Modeling the Way. Perbedaan tersebut memberi gambaran tentang peningkatan keterampilan shalat siswa setelah digunakan metode Modeling the Way. Untuk lebih jelasnya berikut

(69)

yang menggunakan metode Modeling the Way, sebagai berikut:

Tabel XII

Gambaran Nilai Keterampilan Shalat Siswa Kelas IV A yang Mengunakan Selain Metode Modeling The Way dan Kelas IV B yang Menggunaan Metode

Modeling The Way

NO.

RESP. NILAI KELAS IV A NILAI KELAS IV B

1 2 3

1 57 76

2 53 80

3 51 81

4 49 80

5 50 80

6 49 79

7 46 76

8 41 86

9 46 82

10 50 82

11 46 91

12 46 87

13 52 82

14 43 90

(70)

RESP.

16 53 74

17 45 83

18 52 85

19 46 87

20 61 64

21 44 82

22 49 76

23 46 87

24 43 82

25 46 86

26 46 73

27 59 71

JML 1313 2189

Dari data pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing

(71)

Setelah mengetahui data jumlah nilai keterampilan shalat sebelum dan sesudah menggunakan metode Modeling the Way dilakukan analisis lanjut untuk membuktikan hipotesis penelitian. Analisis lanjut dalam hal ini digunakan analisis rata-rata dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

P = —X I00%

1. Keterampilan Shalat Siswa Kelas IV A Yang Mengunakan Selain Metode Modeling The Way

a. Untuk ketrampilan shalat siswa mengunakan selain Metode Modeling the Way kategori sangat tinggi sebanyak 0 siswa

P = — x\0(yVo = 0% 27

b. Untuk ketrampilan shalat siswa mengunakan selain Metode Modeling the Way kategori tinggi sebanyak 1 responden

P = — x 100% = 3,70% 27

c. Untuk ketrampilan shalat siswa mengunakan selain Metode Modeling the Way kategori sedang sebanyak 26 responden

Gambar

Kompetensi Guru PAI Dalam Pelatihan Metode Tabel IModeling the Way
Tabel IIKatcgori Nilai Prosentase
tabel sebagai berikut.
Tabel IVKeadaan Siswa MI Hidayatus-Syubban
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Standar Tarif Kapitasi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai dengan Rp.6.000,00 (enam ribu rupiah) dan

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya jugalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena karyawan memiliki peran.. penting dalam hal mengoptimalkan bahan baku untuk menjadi suatu

Menurut Richard Paul (Kowiyah, 2012:176) memberikan definisi bahwa: berpikir kritis adalah model berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana si

tangan secara berlahan agar tidak membangunkannya. 6) Buatlah tempat yang tenang untuk tidur pada umumnya, bayi.. dapat membiasakan diri untuk tidak terjaga dengan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “ PENGARUH MANAJEMEN KELAS TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI 2 KALIBAGOR KELAS VIII C

increase learners' success. This paper hence aims to review whether video project could be supportive to facilitate the teaching of linguistic and non-linguistic skills, to