• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PELAKSANAAN PROGRAM

A. Metode Intervensi Sosial

Salah satu upaya untuk memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok, komunitas) guna meningkatkan kesejahteraan, yaitu melalui metode intervensi sosial. Di mana metode ini akan memfungsikan kembali fungsi sosial dalam masyarakat.

Intervensi merupakan tata cara yang digunakan saat membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan adanya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan pada ketahanan sosial yang mereka hadapi.

Isbandi dalam bukunya, menyamakan istilah intervensi sosial dengan sebutan Perubahan Sosial Terencana. Istilah tersebut dimaknai oleh Isbandi dengan cara untuk memperbaiki kondisi sosial yang ada di masyarakat, mulai dari individu, keluarga, kelompok kecil maupun masyarakat. Sementara terminologi intervensi yang banyak digunakan di Indonesia pada dasa warsa 1970-1990-an adalah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat.5

1. Perubahan Sosial Terencana di Level Komunitas

Sebagaimana yang dikutip Isbandi, Glen mengemukakan beberapa model intervensi dalam praktik pada level Komunitas (Community Practice) yang mengacu pada model intervensi:

 community development (pengembangan masyarakat);  community action (aksi komunitas); dan

 community services approach (pendekatan pelayanan masyarakat) Sedangkan menurut Rothman, model Intervensi Komunitas terdiri atas:

 locality development (pengembangan komunitas lokal);  social action (aksi sosial); dan

 social planinng/policy (perencanaan sosial dan kebijakan sosial).

Model intervensi di atas merupakan model intervensi perencanaan sosial dan kebijakan sosial yang diarahkan pada upaya merubah

5 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar pada

masyarakat pada tingkatan yang lebih luas, misalnya di tingkat provinsi, regional ataupun nasional. Sedangkan model intervensi aksi sosial dan pengembangan masyarakat lokal, lebih mengarah pada intervensi tingkat komunitas lokal.

Sementara Isbandi mengutip Popple, yang menggambarkan model intervensi pada level Komunitas (Community Work) dengan pembagian yang berbeda, antara lain:

 Community care (pendekatan pelayanan komunitas);  Community organization (pengorganisasian masyarakat);  Community development (pengembangan masyarakat);

 Social/community planning (perencanaan komunitas dan perencanaan sosial);

 Community education (pendidikan komunitas);  Community action (aksi komunitas);

Di antara berbagai macam model intervensi di atas, model intervensi yang terkait dengan model intervensi pada level komunitas lokal adalah model intervensi pengembangan masyarakat dan pendekatan pelayanan masyarakat.6 Model ini digunakan juga oleh Kelompok KKN 037 dalam pelaksanaan KKN-PpMM ini.

2. Strategi Intervensi

1) Pendekatan Direktif (Instruktif)

Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa community worker mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Peran community worker dalam pendekatan ini bersifat lebih dominan, mengingat pemrakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker. Community worker juga menetapkan apa yang sekiranya baik dan buruk bagi masyarakat, cara-cara apa saja yang sekiranya perlu dilakukan untuk memperbaikinya, kemudian selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Banyak hasil yang diperoleh melalui pendekatan

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |17 jangka pendek dan umumnya bersifat pencapaian secara fisik. Pendekatan ini menjadi kurang efektif untuk mencapai hal-hal yang sifatnya jangka panjang ataupun perubahan mendasar yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Maka diperlukan adanya perubahan pengetahuan (knowledge), keyakinan (belief), sikap (attitude), dan niat (intention) individu sebelum terjadinya perubahan perilaku yang nyata (overt behaviour). Akibat dari penggunaan pendekatan ini adalah, kesempatan memperoleh pengalaman belajar dari masyarakat cenderung minim, sementara bagi masyarakat akan sangat bergantung terhadap kehadiran community worker sebagai agen perubahan.

2) Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif)

Berbeda dengan pendekatan direktif, pendekatan non-direksi ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat mengetahui apa yang mereka butuhkan dan dirasa baik untuk mereka. Community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang menetapkan apa yang baik ataupun buruk bagi suatu masyarakat. Pemeran utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri, sementara community worker lebih berifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat. Masyarakat berkesempatan penuh untuk dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Singkatnya, peran community worker dalam pendekatan ini adalah sebagai katalisator, yakni pemercepat perubahan yang membantu mempercepat terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat.

3. Tahapan Intervensi

1) Tahap Persiapan (Engagement)

Tahap ini meliputi persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas, dalam hal ini tenaga pemberdaya masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh community worker untuk menyamakan persepsi antar tim terkait pendekatan yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan persiapan lapangan, merupakan prasyarat suksesnya

suatu program Intervensi Komunitas di tingkat lokal, yang pada dasarnya dilakukan non-direktif. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal maupun informal.

2) Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses ini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini, petugas mengidentifikasi masalah serta sumber daya yang dimiliki klien. 3) Tahap Perencanaan Alternatif Program

Dalam tahap ini, community worker secara partisipatif melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Di sini, masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.

4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal pihak penyandang dana.

5) Tahap Pelaksanaan Program

Tahap ini merupakan tahap paling penting dalam program pemberdayaan mayarakat. Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

6) Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pengembangan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. 7) Tahap Terminasi

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |19 B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pada dasarnya upaya pembangunan di tingkat komunitas memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas dengan melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan dengan beragam stakeholder lainnya. Oleh karena itu, semua stakeholder sebagai pelaku perubahan dalam proses pembangunan berupaya memberdayakan warga komunitas pada tingkat individu, keluarga, kelompok sosial, ataupun komunitas guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai suatu gerakan sosial, suatu proses, suatu metode, dan suatu program. Rothman (1970) menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai cara, maka pendekatan-pendekatan untuk pengembangan masyarakat dapat diklasifikasikan. Terdapat tiga klasifikasi utama pangembangan masyarakat menurutnya, yaitu: (1) pengembangan lokalitas (locality development); (2) perencanaan sosial (social planning); (3) aksi sosial (social action).

Pengembangan masyarakat dapat dinyatakan sebagai pembangunan alternatif yang komprehensif dan berbasis komunitas. Meski demikian, dari segi tujuan, beberapa praktisi pengembangan masyarakat dapat menunjukkan adanya pendekatan-pendekatan yang bersifat spesifik dan multi-objective dalam satu kali pelaksanaan. Berikut merupakan beberapa pendekatan pengembangan yang pernah dilakukan:

1. Pendekatan Komunitas (The Community Approach)

Dalam pendekatan ini, komunitas diartikan sebagai kumpulan individu yang masih memiliki tingkat kepedulian dan interaksi antar anggota masyarakat yang menempati suatu wilayah yang relatif kecil (lokalitas) dengan batas-batas yang jelas. Asumsi yang digunakan meliputi: (1) perhatian warga komunitas pada upaya-upaya perubahan; (2) keberhasilan pengembangan masyarakat berkorelasi dengan derajat atau peluang warga komunitas untuk berpartisipasi; (3) isu dan masalah di tingkat komunitas dapat dipecahkan berlandaskan pada kebutuhan warga komunitas; (4) pendekatan holistik penting dalam pengembangan komunitas karena keterkaitan antar masalah dan isu-isu komunitas. Pendekatan komunitas merupakan pendekatan yang sering dipergunakan dalam pengembangan masyarakat.

2. Pendekatan Kemandirian Informasi (The Information Self-Help Approach)

Dalam pendekatan ini, komunitas adalah entitas otonom yang meliputi aspek lokalitas, stuktur kultur, dan ekologis. Komunitas di sini dikonseptualisasikan sebagai arus sistematis yang meneruskan, mengelilingi, dan melanjutkan setelah kemandirian informasi terjadi. Pada pendekatan ini, beragam informasi dimanfaatkan oleh partisipan yang berpengetahuan dalam kehidupan komunitas sehingga dapat menciptakan perbedaan arahan dan kualitas hidup. 3. Pendekatan Pemecahan Masalah (The Problem-Solving Approach)

Komunitas dalam pendekatan ini menekankan pada tiga elemen, yakni: kolektivitas masyarakat, lokasi geografis dan pelembagaan yang memberikan identitas khusus pada komunitas. Asumsi yang digunakan dalam pendekatan ini guna pengembangan komunitas antara lain: (1) Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk rasional; (2) manusia dan komunitasnya mampu menggabungkan masalah-masalah dan mencari solusi untuk kepentingan warga komunitas; (3) keberhasilan pendekatan ini bergantung pada ketersediaan dan kemampuan peneliti, penyebaran informasi, keahlian, dan kemampuan organisasi.

Pendekatan Demonstrasi (The Demonstration Approach)

Dalam pendekatan ini, komunitas dipahami sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan permasalahan. Pengembangan komunitas dalam pendekatan ini merupakan suatu proses pengkajian dan pengambilan keputusan kelompok untuk mencapai kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

4. Pendekatan Eksperimen (The Experimental Approach)

Pendekatan eksperimental adalah penerapan pengalaman komunitas lain yang tidak diketahui bagaimana hasilnya, dalam komunitas sendiri dengan harapan dapat melihat bagaimana hasilnya.

5. Pendekatan Konflik-Kekuatan (The Power-Conflict Approach)

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |21 memengaruhi dari sektor privat dan publik pada waktu dan situasi berbeda memiliki perbedaan kapasitas dalam kekuasaan.8

8Nasdian, Predian Tonny. Pengembangan Masyarakat , Cet. 2 (Jakarta: Departeman Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 61-83.

“Bagi saya, pengabdian adalah mampu

memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada

masyarakat sesuai dengan apa yang sudah kita

pelajari dan dapatkan di kampus, yang bukan hanya

sekadar memberi tetapi bersama-sama membangun

sebuah peradaban yang lebih baik.”

-Munjiah-

23

Dokumen terkait