• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggalan Kisah Inspiratif KKN-PpMM

BAB V PENUTUP

B. Penggalan Kisah Inspiratif KKN-PpMM

SEJUTA CERITA DI WARGAJAYA Ahmad Ridho Baiquny

Persepsi KKN

Sekadar memperkenalkan diri, saya Ahmad Ridho Baiquny, diamanahkan sebagai Ketua Kelompok KKN Lentera 037 yang berasal dari daerah yang terletak di sebelah timur Jakarta tepatnya di Kecamatan Pulo Gadung, Klender kami biasanya menyebutnya. Sebuah kampung yang cukup ramai dengan hiruk-pikuk kegiatan para penghuninya yang mem-berikan nuansa khas Kota Jakarta. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari orang tua yang berasal dari dua pulau yang berbeda. Bapak saya berasal dari pulau Sumatera tepatnya Sumatera bagian selatan yaitu Palembang dan ibu berasal dari Pulau Jawa, tepatnya di jan-tung Indonesia, yakni DKI Jakarta.

Tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga untuk sekadar mencari ke-lompok KKN, yang mana menjadi tugas wajib yang harus saya dan teman-teman mahasiswa lain laksanakan, PPM memberikan kemudahan berupa penunjukkan anggota kelompok yang rapih beserta penempatanya dan su-dah terdiri dari 11 jurusan yang berbeda tiap kelompoknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akhirnya memberikan saya takdir baik untuk kenal dan bekerja sama dalam kelompok yang secara sepakat kami beri nama Lentera 037, yang mana harapan kami memberikan nama kelompok dengan nama Lentera selain bisa menjadi simbol penerang dalam kegelapan, juga sebagai Laskar Edukasi Terangi Negeri yang mana motivasi ini kami sepakat men-jadikannya sebagai kepanjangan dari nama Lentera 037. Minggu demi minggu kami lewati bersama melalui kumpul mingguan cukup men-imbulkan kesan-kesan berbeda dari setiap orang di dalamnya. Belum hidup bersama, namun telah ada konflik di dalamnya. Usaha untuk menjadi de-wasa dengan meredam emosi dan mematahkan ego, berhasil mempertahan-kan keharmonisan kami.

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |87 dari kunjungan-kunjungan ini adalah sebagai sarana publikasi kepada apa-rat desa dan warga sekitar bahwa akan dilaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada observasi pertama, kami berkeliling Desa Wargajaya bersama bebera-pa teman dari kelompok kami sembari menyabebera-pa bebera-para warga sekitar dengan senyuman dan sapaan hangat, selanjutnya kami berkunjung ke kediaman Sekretaris Desa (Sekdes) yang kami Panggil Bu Neneng yang mana beliau ternyata masih keluarga UIN, karena beliau menyelesaikan pendidikan strata satunya di UIN Bandung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada Jurusan Sosiologi. Sambutan hangat kami terima dari Bu Ne-neng dan jamuan yang luar biasa. Saya pribadi merasa sangat bahagia kare-na pada pertemuan pertama ini kami sudah sangat disambut oleh warga dan salah satu aparatur desa dengan sangat baik dan antusias. Selanjutnya kami melaksanakan observasi kedua, dan observasi ketiga sebagai observasi kami yang terakhir karena terbentur dengan datangnya bulan suci Rama-dhan. Pada pertemuan terakhir ini kami mengadakan open forum di Balai Desa Wargajaya bersama seluruh teman dan aparatur desa yang bertugas pada hari itu, dan sebagai hasil Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan sebagai jawaban atas do’a kami, yakni melalui kepala desa yaitu Bapak Eman Suryatman, yang mana beliau sangat senang dengan kehadiran kami untuk melaksanakan KKN di desa tersebut dan dengan sukarela sangat ingin membantu kami dalam melaksanakan semua kegiatan yang akan ka-mi laksanakan di Desa Wargajaya.

Mengenal Tim Lentera di ‘Negeri’ Baru

Tiba saatnya kami menapaki tempat baru, daerah yang asing. Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Ciangger orang-orang zaman dahulu mengenalnya. Tempat yang sangat menyatu dengan alam, dikelilingi oleh pegunungan yang indah terbalut suasana persawahan dan sungai yang menghiasi Desa Wargajaya, yang semakin membuat kami takjub akan kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penghuninya yang san-gat murah dalam menebar senyum dan ramah dalam menyapa membuat kami optimis akan dapat dengan mudah mencintai tempat tinggal kami yang baru. Di desa inilah cerita kami selama sebulan penuh dengan teman-teman baru dari berbagai jurusan dimulai.

Pada tanggal 25 Juli 2016, pembukaan kegiatan KKN Lentera di kan-tor Desa Wargajaya pun dilaksanakan. Saya bersama teman-teman peserta

KKN dari dua kelompok disambut oleh kepala desa beserta jajarannya dan seluruh tokoh masyarakat dengan sambutan yang hangat. Di sana kami memperkenalkan diri kami masing-masing, terlihat ketulusan dalam tata-pan dan senyuman mereka sebagai penghuni asli Desa Wargajaya. Dikare-nakan Desa Wargajaya ini terdiri dari 6 (enam) dusun, yaitu Dusun Pasir Angin, Ciangger Kaum, Sabrang, Babakan, Cijapuh dan Cigaok. Di sela-sela sambutannya, kepala desa memandatkan kami dengan pembagian dusun di mana kami bertugas. Kelompok KKN 036 yang bernama Kopral, mendapat mandat untuk bertugas di tiga dusun pertama, yaitu Pasir Angin, Ciangger Kaum dan Sabrang. Selanjutnya, kelompok saya KKN Lentera 037 diamanahkan untuk memegang Dusun Babakan, Cijapuh dan Cigaok. Han-ya saja karena masalah akses Han-yang jauh dan sulit untuk menjangkau Dusun Cijapuh, kami memutuskan untuk fokus memegang Dusun Babakan dan Dusun Cigaok yang terdiri dari dua kampung, yaitu Cigaok Lebak dan Cigaok Tonggoh. Jika dilihat dari sisi geografisnya, kami bertugas di daerah desa bagian belakang dibanding tiga dusun sebelumnya.

Saya mahasiswa dari Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora. Seperti halnya teman-teman saya dari jurusan yang sama, saya juga membawa misi untuk membumikan Bahasa Arab di Desa War-gajaya, mulai dari memperkenalkan apa itu Bahasa Arab, membuat pelati-han atau pengajaran, sampai kepada penggunaan serta memberikan informasi terkait prospek Bahasa Arab di kemudian hari dan manfaatnya untuk masa depan. Sebagai ketua dalam kelompok ini dan berbekal pen-galaman belajar di pondok pesantren, insting saya pun berjalan untuk me-masukkan Bahasa Arab sebagai bagian yang wajib kami publish di berbagai bidang, baik di sekolah formal, TPA (Taman Pengajaran Al-Qur’an) mau-pun di “Ayo Mampir” suatu program kami di Desa Wargajaya.

Hari-hari yang kami lewati setelah pembukaan KKN di balai desa, sama halnya dengan seluruh mahasiswa yang melakukan KKN dari univer-sitas manapun. Kami melakukan koordinasi dengan aparatur desa mengenai program-program kerja yang kami telah rencanakan sebelumnya. Sekaligus konsultasi mengenai tanggal dan tempat pelaksanaan, serta penentuan massa yang cocok untuk mengeksekusi program-program kami di desa. Kami pun mendatangi beberapa sekolah terdekat, untuk meminta

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |89 tiap harinya. Kami juga mendatangi TPA-TPA yang ada di DesaWargajaya untuk meminta izin membantu dalam proses mengajar al-Qur’an dan menentukan waktu untuk kami mengajar. Tidak cukup sampai di situ, ka-mi juga memrogramkan untuk melakukan anjangsana dan silaturahim ke tokoh-tokoh yang ada di Desa Wargajaya khususnya tokoh-tokoh di dusun tempat kami bertugas.

Wargajaya, Desa Maju dengan Saudagar Ulung

Di desa ini kami bertemu dengan saudagar sukses. Bagaimana tidak, karena beliau memiliki perusahaan yang bertempat di desa tersebut yang mana beliau sekaligus membuka lapangan pekerjaan untuk para warga di Desa Wargajaya, dan ini sangat membantu perekonomian di desa tersebut. Beliau kami kenal dengan nama “Pak Haji Mad Rais” saudagar kaya yang lebih memilih mengembangkan desanya dibanding bekerja di kota seperti pada umumnya. Alhamdulillah kami berkesempatan menempati tempat ting-gal beliau yang kami gunakan sebagai posko KKN kami setelah rumah ke-diaman kepala Desa Wargajaya di Dusun Babakan. Sosok beliau sangat menginspirasi kami, karena di usia yang tidak lagi muda, beliau masih giat bekerja dengan tidak menghilangkan sifat baik beliau karena merasa sudah sukses atau memiliki apapun. Saya pun berkesempatan secara pribadi mengunjungi salah satu tempat usaha beliau yaitu perusahaaan fiber glass dan melihat bagaimana proses pembuatan fiber glass tersebut sampai men-jadi aksesoris kendaraan bermotor dan siap dipasarkan. Gayung bersambut saya pun diajak untuk bekerjasama dalam berbisnis dan ikut memasarkan usaha beliau ke area yang lebih luas.

Pelajaran yang saya ambil adalah beliau tidak takut mengajak orang untuk maju dan sukses dan tidak takut jikalau usahanya tersaingi oleh orang lain atau karyawannya. Bersama baliau, menyadarkan saya banyak hal. Mengenai bagaimana cara beliau membagi waktu, cara beliau bekerja dengan totalitas, cara beliau bergaul membangun jaringan, juga cara beliau memecahkan masalah. Tak ayal jika bapak yang satu ini menjadi salah seorang yang maju, karena beliau sendiri memiliki kultur yang amat baik.

Persembahan Akhir untuk Wargajaya

Selesai kegiatan bersama Pak Haji Mad Rais, saya pun kembali kepa-da Lentera. Kemudian kami pun mulai melaksanakan program kerja awal kami, seperti menyelenggarakan yasin dan tahlil bersama warga di posko kami sekaligus dengan sosialisasi Lentera dan program-program Lentera di desa tersebut, kemudian dilanjutkan dengan senam sehat untuk warga desa secara umum dan diakhiri kerja bakti bersama dengan warga di Dusun Cigaok Tonggoh yang menjadi dusun garapan kami yang pertama. Maha Besar Allah Subhanahu wa Ta’ala, kegiatan kami diberi kelancaran dan mendapatkan apresiasi serta dukungan yang sangat baik dari kepala dusun, para ketua RW dan RT serta semua warga di Dusun Cigaok. Kegiatan ini semakin semarak dengan bantuan dari anak-anak sekitar yang ikut sambil sesekali diwarnai dengan candaan dan lari-lari kecil khas anak-anak.

Satu persatu program-program kami pada minggu awal pun terlaksa-na dengan baik, tak terlepas dari peran aktif para anggota Lentera yang mana seluruh kegiatan kami ini dilaksanakan secara bersama-sama dengan kompak dan ceria. Lega rasanya setiap kami menyelesaikan program kerja kami tersebut. Saya pun dapat menyalurkan hobi saya, yaitu mengajar. Di Desa Wargajaya saya sangat senang mengajar karena saya bisa sharing ilmu dengan adik-adik di desa, mulai dari mengajar mengaji, mengajar formal sampai menemani mereka untuk mengerjakan PR Bahasa Inggris dan Ma-tematika. Di sana juga saya berteman dengan Fauzan dari Jurusan Dirasat Islamiyah dan Ade dari Jurusan Manajemen Pendidikan menjadikan hari-hari saya di posko KKN bertambah menyenangkan. Bukan hanya di kamar tetapi di mana pun tempat seperti dapur sampai di tempat kerja kami sekali pun. Sangat indah dan bahagia bisa mendapat teman-teman yang bisa langsung menyatu padahal kami pertama kali bertemu dan berasal dari jurusan yang berbeda-beda.

Tidak terlupakan juga ketika saya diminta kepala sekolah SDN Ciangger 03 untuk melatih 20 murid pilihan, yang terdiri dari 10 siswa dan 10 siswi untuk mengikuti rangkaian acara lomba yang diselenggarakan oleh Kecamatan Cigudeg. Setiap hari selalu terdengar suara anak-anak yang da-tang dan meminta untuk dilatih dengan semangatnya. Saya pun

mem-Wargajaya dalam Pancaran Lentera |91 apabila saya ingat kembali momen tersebut, yang mungkin jika diungkap-kan dengan kata-kata tidak bisa menyamai keindahan yang saya dapatdiungkap-kan langsung di sana. Di samping kami mengerjakan program-program kami yang telah kami rancang, kami juga menyambinya dengan mengadakan 11 titik penerangan jalan. Kami mengadakan program ini bermula ketika kami berkunjung ke rumah kepala desa yang berada di Dusun Babakan, sepan-jang jalan kami dari ujung Dusun Sabrang ke Dusun Babakan kami hanya mengandalkan lampu motor sebagai penerangan kami melewati kebun-kebun dan lapangan. Kami menyimpulkan akan sangat berbahaya untuk warga desa yang melewati jalan tersebut, khususnya sangat rawan apabila yang berjalan adalah anak-anak yang hendak berkunjung ke rumah saudaranya, temannya dan tempat mengaji. Saya sebagai ketua kelompok Lentera mengerjakan pengadaan penerangan jalan ini bersama dengan be-berapa teman saya, seperti Fauzan, Iqbal dan Ade serta Ivan sebagai pem-bantu apabila ada salah satu dari kami yang berhalangan mengerjakan proyek ini dikarenakan berbenturan dengan kegiatan kami yang lain.

Peringatan HUT RI 17 Agustus menjadi program kami yang sasarannya adalah seluruh warga dari 6 dusun yang ada di Desa Wargajaya. Dengan perencanaan yang matang antara teman-teman dari Lentera dan Kopral, kamipun bersama-sama mengadakan kegiatan-kegiatan perlombaan. Perlombaan yang diadakan, antara lain; lomba balap karung sambil memakai helm, mengambil koin di pepaya, tusuk balon, joget balon, panjat pinang dan masih banyak lagi perlombaan yang kami adakan untuk menyemarakkan hari kemerdekaan Republik Indonesia sembari mempersiapkan panggung untuk acara Tabligh Akbar.

Dari seluruh kegiatan kami yang berbentuk non–fisik, Tabligh Akbar menjadi salah satu kegiatan yang besar yang kami laksanakan di Desa Wargajaya, selain itu kegiatan ini ternyata baru pertama kali dilaksanakan di Desa Wargajaya sebagai rangkaian kegiatan sebagai perayaan HUT RI yang ke-71. Pembicaraan tentang acara ini telah saya lakukan sebagai ketua dan bicarakan dengan kepala desa sejak survei kami yang kedua di Desa Wargajaya. Sekitar seminggu, kami secara berkesinambungan mengkoordinasikan tentang teknis acara Tabligh Akbar ini dan mendapat-kan beberapa kesepakatan kerjasama dalam penyelenggaraannya. Yaitu kami siap menanggung teknis acara dan memanggil penceramah dari luar Kecamatan Cigudeg. Tidak tanggung-tanggung kami berinisiatif, yang ma-na usul tentang pengisi ceramah/da’i ini diusulkan oleh teman saya Aldima-nah

Rosmi dari Jurusan KPI, yaitu Abdul Kafi, finalis lima besar AKSI Indosiar 2016 sebagai penceramah. Acara ini dilaksanakan pada malam 18 Agustus, yaitu bertepatan dengan hari kemerdekaan 17 Agustus setelah rangkaian acara perlombaan yang kami selenggarakan untuk warga se-Desa Wargaja-ya. Dengan menghilangkan rasa malu, saya selaku ketua kelompok Lentera turun sendiri ke jalan bersama teman saya dari Jurusan Sosiologi, Ahsanu Amala. Dengan berbekal sepeda motor hasil meminjam dari kelompok sebe-lah dan megaphone dari kepala desa. Kami berkeliling sembari menginfokan bahwa ada Tabligh Akbar di depan kantor desa. Teman saya, Amal sampai tidak bisa menahan ketawa sepanjang jalan berkeliling desa, bahkan sam-pai ke jalan raya dan pasar Cigudeg, karena saya tidak malu-malu meneriaki semua warga dan pengguna jalan serta para pedagang untuk ikut dalam acara kami yang diselenggarakan di depan balai Desa Wargajaya. Dengan kuasa dan kebesaran Allah Subhanahu Wa ta’ala acara kami pun terlaksana dengan sukses dan lancar walau kali sempat dikagetkan dengan turunnya hujan ba’da Maghrib sebelum acara dimulai.

Banyak kegiatan yang telah kami laksanakan bersama Lentera, baik fisik, seperti pembuatan tugu, renovasi perpustakaan, pengadaan waktu shalat dan penerangan jalan maupun kegiatan non-fisik, seperti pelatihan hidroponik, bazar amal, santunan anak yatim, yasin mingguan, mengajar TPA, membantu dalam KBM di sekolah formal, ikut mengaji bersama war-ga, Tabligh Akbar dan ada sekitar 11 program non-fisik lainnya. Banyak gesekan yang muncul akibat kelelahan kami. Tetapi kami menjalani itu semua dengan hati yang ikhlas dan sabar, karena ada kepuasan hati yang kami dapat tatkala melihat anak-anak khususnya dan seluruh warga umumnya sangat senang, mengapresiasi dan mendukung seluruh kegiatan kami di Desa Wargajaya.

Demikianlah hari-hari saya bersama Lentera di Desa Wargajaya. Ter-lalu indah untuk dilupakan, meski kadang terTer-lalu sedih untuk dikenang. Tetapi saya percaya bahwa Lentera adalah orang-orang yang diutus Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk masuk ke dalam kehidupan saya, bukan tanpa alasan. Terima kasih telah memberikan banyak pelajaran. Aku merindukan kalian di setiap do’a-do’aku. Lentera adalah matahari dalam setiap siangku

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |93 pus kesedihan hujan dengan menebarkan senyum dan canda tawa khasnya. Adalah bohong apabila kebersamaan dalam satu bulan, tak ada aral yang melintang, tidak mungkin pula Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan, dengan tanpa ada sisi kebaikan. Sepuluh insan lahir dan dibesarkan dari keluarga yang berbeda. Berbeda suku, budaya, juga watak. Bukan mudah untuk dapat bersatu membangun kebersamaan. Namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan perbedaan, agar segalanya menjadi indah. Air mataku jatuh karena Lentera, namun canda tawaku pun lepas tak berbatas olehnya. Terima kasih Lentera-ku. Ada do’a dibalik nama Lentera. Kelak di masa yang akan datang, 10 insan akan berubah menapaki takdir hidupnya mas-ing-masing. Tetapi semoga, Lentera tetaplah Lentera. Jangan pernah lupa-kan bahwa kita pernah memejamlupa-kan dan membuka mata, tertawa, berdu-ka, dan belajar bersama, di tempat yang sama dan di waktu yang sama.

Jangan pernah lupa siapa diri kita dan dari mana kita berasal, serta orang-orang yang pernah singgah dalam hidup kita untuk memberi pelajaran. Jangan pernah lelah dalam berusaha untuk menjadi insan yang lebih baik lagi. Jadilah insan yang berguna bagi bangsa, negara dan agama. Tetaplah menapak pada tanah walau kelak kita telah menggapai langit. Sukses selalu untuk teman-teman Lentera. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membimbing kalian.

2

MOZAIK MEMORI PENGABDIANKU Aldinah Rosmi

KKN, Sebuah Tantangan

Pendidikan, penelitian dan pengabdian. Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut sudah sepatutnya melekat pada jiwa mahasiswa, selaku civitas akademika. Setelah memperoleh pendidikan, kemudian mahasiswa mengkaji ilmunya dengan penelitian dan bertanggungjawab mengaplikasikannya melalui pengabdian masyarakat. Nah, Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bagian dari bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.

Istilah KKN pertama kali saya dengar sewaktu masih menjadi siswi SMP. Sekilas saya tahu apa itu KKN karena kala itu di kampung saya, di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah sempat ada mahasiswa yang mengadakan KKN, sehingga ada sedikit gambaran tentang bagaimana pelaksanaan KKN. Meski tak jarang yang menyentil KKN dengan makna Kisah Kasih Nyata, mengingat kabarnya banyak tragedi cinta lokasi saat atau setelah KKN berlangsung.

Mendengar cerita dari kakak dan para senior, menjadi semakin yakin bahwa KKN itu mengasyikkan. Dari awal, dosen pembimbing saya, Pak Amir Fadhilah, juga memberi gambaran tentang serunya KKN. Terlepas dari momok yang dikhawatirkan sebagian teman-teman, bahwa nantinya kami akan ditempatkan di desa terpencil yang jauh dari keramaian, susah sinyal, susah air, dan sebagainya. Kiranya hal tersebut tak menjadi masalah, justru menjadi sebuah tantangan bagi saya pribadi, apalagi terkait respons masyarakat terhadap kedatangan kami. Saya, yang memang menyukai kegiatan bernuansa sosial, tak ragu lagi menanti pelaksanaan KKN yang memang identik dengan aksi-aksi sosial dan membaur langsung dengan masyarakat.

Kebersamaan itu Bernama ‘Lentera’

Wargajaya dalam Pancaran Lentera |95 nantinya akan bersinergi mewujudkan program selama satu bulan. Saat itu, saya mendapatkan kode 037, artinya saya harus berkum0pul dengan teman-teman yang mendapatkan kode 037 pula. Kode tersebut sekaligus menjadi nomor kelompok. Sistem penentuan anggota kelompok secara random dari pihak PPM membuat saya pribadi tidak mengenal satu pun anggota kelompok KKN 037.

Pada awal perjumpaan, saya tidak mengetahui banyak karakteristik teman-teman sekelompok. Hanya ada kesan pertama yang asal tebak saja. Perjumpaan dimulai ketika diadakan sesi berkumpul dengan anggota ke-lompok masing-masing. Kami memulai dari perkenalan singkat terkait nama, aktivitas, hobi, keahlian dan dilanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan. Di situlah tahap awal pengenalan anggota kelompok KKN 037.

Beberapa hari pasca-pembekalan, kami dikejutkan dengan kabar tak menyenangkan. Irwan Firdaus, teman sekelompok kami yang diproyeksikan sebagai koordinator divisi publikasi, dekorasi dan dokumentasi (pubdekdok) tiba-tiba mohon izin untuk tidak mengikuti KKN. Alasannya tak bisa ditangkis, karena memang tuntutan keluarga. Akhirnya kami memaklumi dan merelakan ketidakikutsertaan Irwan. Namun kami harus tetap optimis, bahwa kami dengan sisa sepuluh personel, akan mampu melaksanakan kegiatan KKN dengan baik.

Akhirnya sepuluh anggota yang terdiri dari enam mahasiswa dan empat mahasiswi ini mencetuskan sebuah nama kelompok KKN. Dari sekian banyak nama yang diusulkan, Lenteralah yang menjadi pilihan terakhir. Lentera sendiri merupakan akronim dari Laskar Edukasi, Terangi Negeri. Dengan harapan bahwa kami, sekelompok akademisi yang tergabung dalam tim KKN 037 ini dapat mengabdi kepada negeri ini melalui perwujudan misi kami di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang lainnya. Kemudian kami pun mulai menyusun program individu dan kelompok.

Awalnya saya pesimis dengan kelompok 037, karena pada pra-KKN anggotanya terkesan apatis, santai, sedikit inisiatif. Saya amati dari segelintir anggota saja yang merespons obrolan di grup WhatsApp. Selain itu juga terlihat dari berlangsungnya agenda rapat KKN yang tak pernah

Dokumen terkait