• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Metode Intervensi Sosial

Metode Intervensi (Intervention Method), khususnya metode intervensi sosial, perlu dikembangkan terkait dengan keberadaan ilmu kesejahteraan sosial sebagai ilmu terapan, dengan sasarannya adalah memperbaiki taraf hidup masyarakat. Tanpa adanya metode intervensi yang dikembangkan maka ilmu kesejahteraan sosial akan mengalami kebuntuan. Karena itulah pengkajian dan pembaharuan model intervensi baik strategi maupun teknik harus terus dilakukan sejalan dengan adanya perubahan pada masyarakat.1

Metode intervensi sosial dapat diartikan sebagai suatu cara atau strategi dalam memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok, komunitas) untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya. Maksudnya adalah setiap masyarakat harus mampu berperan sesuai dengan statusnya di dalam masyarakat. Status tersebut harus diakui oleh lingkungan serta status tersebut tidak melewati batasan-batasan norma yang ada.

Lebih lanjut dalam metode intervensi sosial ada dua macam metode pelayanan yang dikemukakan oleh James Whittaker, yaitu:

1. Metode Pelayanan Langsung

Metode pelayanan langsung (direct services) adalah metode intervensi yang dilakukan pada tingkatan individual, keluarga, dan kelompok.

2. Metode Pelayanan Tidak Langsung

Metode Pelayanan tidak langsung (indirect services) adalah metode intervensi yang dilakukan pada tingkatan intruksi organisasi dan masyarakat. 2

Kami kelompok KKN-PPM No. 111 dengan nama kelompok

“GENESA”, melaksanakan kegiatan KKN di Desa Leuwibatu, dengan menerapkan dua sistem utama dalam metode intervensi sosial. Dua sistem tersebut adalah sistem Pelaksana Perubahan dan Aksi, di mana sistem tersebut adalah sistem yang paling cocok di lokasi KKN daerah setempat.

1 Nurul Husna, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial” Jurnal Al Bayan vol.

20, 29 (2014): 53.

2 James Whittaker, Evaluating Family Based Service (Virginia: Educational Sevice Institute, 1995), h. 3.

20 | Senyum Leuwibatu Menyambut Maju

Sistem Pelaksana Perubahan ialah, kelompok KKN GENESA yang beranggotakan 11 orang dari beberapa fakultas dan jurusan dengan kemampuan yang beragam. Berangkat dari keberagaman kemampuan yang dimiliki oleh anggota, kami mengadakan beberapa program yang bersifat sementara dan kegiatan yang memiliki fungsi yang cukup lama. Program tersebut ditujukan sebagai wadah untuk membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas Desa Leuwibatu. Program yang kami adakan dalam rangka melakukan perubahan berupa: mengajar, mengadakan penyuluhan, mengadakan pelatihan, mengadakan renovasi, dan lain sebagainya. Harapannya hal itu dapat membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sistem aksi, merupakan sistem yang dijalankan oleh pelaksana perubahan, yang meliputi cara dan bentuk kegiatan yang dilakukan dan menunjukan eksistensi keberadaan kami di desa tersebut. Sedangkan dalam pelaksanaannya, ada program yang dilakukan hanya oleh kelompok KKN, dan ada yang dilakukan dengan melakukan kerjasama bersama masyarakat setempat.

B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pengabdian dapat dilakukan pada masyarakat dengan berbagai kondisi sosial di dalamnya, baik pada masyarakat kota maupun masyarakat desa. Kuliah kerja nyata sebagai bentuk pengabdian kelompok KKN 111 dilakukan pada masyarakat yang bersifat homogen karena jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan letaknya jauh dari kota.

Adanya perbedaan dari setiap bentuk kehidupan sosial menjadi pertimbangan kelompok KKN 111 untuk mengenal terlebih dahulu identitas masyarakat desa tersebut yang dapat dipengaruhi banyak hal. Kata identitas itu sendiri berasal dari kata identity yang berarti kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu sama lain atau kondisi tentang sesuatu yang sama di antara dua orang atau dua kondisi. Pada tataran teknis, pengertian epistimologi di atas hanya menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas dengan kata “identik”, misalnya menyatakan bahwa “sesuatu itu mirip dengan yang lain”. 3

3 Alo Liiweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 69

Senyum Leuwibatu Menyambut Maju | 21 Melihat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan mewakili citra suatu kelompok masyarakat. Identitas dapat berasal dari sejarah, filosofi, visi, cita-cita, misi, fungsi, tujuan, strategi atau program. Unsur umum identitas antara lain adalah nama, logo, slogan dan maskot, warna, gambar, bentuk huruf dan tata letak. Identitas dibagi menjadi tiga bentuk yaitu identitas budaya, identitas sosial, dan identitas diri atau pribadi. 4

Identitas budaya merupakan ciri yang muncul karena seseorang itu merupakan anggota ataupun berasal dari sebuah kelompok etnik tertentu, yang meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan. Pengertian identitas harus berdasarkan pada pemahaman tindakan manusia dalam konteks sosialnya. Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial, soal apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakanmu dengan orang lain. 5

Dalam pembahasan identitas juga terdapat pengelompokan berdasarkan kehidupan sosial. Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama atau sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama, serta hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma. Tindakan-tindakan yang dilakukan, disesuaikan dengan kedudukan dan peranan masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain. 6

Identitas sosial secara umum dapat digunakan untuk menganalisa hubungan-hubungan inter-group antar kategori sosial dalam skala nasional.

Selain itu, identitas sosial juga diartikan sebagai proses pembentukan konsepsi kognitif kelompok sosial dan anggota kelompok. Lebih sederhana lagi, identitas sosial adalah kesadaran diri secara khusus yang diberikan kepada hubungan antar kelompok dalam realitas sosialnya berdasarkan hubungan antar individu dalam kelompok. Pembentukan kognitif sosial banyak dipengaruhi oleh interaksi antara anggota individu dalam

4 Alo Liiweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 95

5 Cris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik. Terjemahan Nurhadi (Yogyakarta: PT.

Bentang Pustaka), h. 221

6 Jabal Tarik Ibrahim, Sosiologi Pedesaan (Malang: UMM Press, 2003), h. 64

22 | Senyum Leuwibatu Menyambut Maju

kelompok yang berlangsung terus menerus, sehingga membentuk suatu pola dalam kelompok sosial.

Dengan demikian, proses pendekatan yang dilakukan oleh kelompok KKN 111 dapat terhindar dari penolakan ataupun menimbulkan sebuah konflik. Konflik akan selalu ada dalam setiap waktu dan menjadi bagian dari sebuah gejala sosial dalam kehidupan. Kehidupan sosial masyarakat itu merupakan arena konflik itu sendiri yang mengikuti setiap perkembangan kehidupan sosial masyarakat serta menggambarkan adanya perjuangan dan perbedaan kepentingan sosial. Dengan memahami betul identitas, konflik dalam masyarakat yang dimasuki oleh kelompok sosial masyarakat baru dapat diminimalisir.

23 BAB III