• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mysis II: Tunas kaki renang mulai nampak nyata, belum beruas-ruas

3.4. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yaitu dengan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pemeliharaan larva udang vaname yang dilakukan di PT. Centralpertiwi Bahari. Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan antara lain:

26

3.4.1. Penyediaan Air Pemeliharaan

Air yang digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan induk dan larva berasal dari laut yang berjarak 500 m dari lokasi pembenihan PT. Centralpertiwi Bahari dengan panjang pipa hisap dari rumah pompa ke arah laut mencapai 100 m. Langkah–langkah penyediaan air bersih sebagai berikut :

a. Memompa air laut menuju bak tandon yang sebelumnya telah melalui proses filtrasi pada bak sandfilter.

b. Menampung ke dalam bak penampungan atau bak reservoar.

c. Memberi perlakuan atau treatment air menggunakan kaporit 10 ppm yang disaring dengan saringan dari bahan waring.

d. Menyebar secara merata larutan kaporit ke dalam bak reservoar. Selanjutnya memeriksa kandungan klorin setelah dibiarkan selama 5 jam setelah pemberian kaporit dan dinetralkan dengan thiosulfat.

e. Mendistribusikan air yang telah di treatment menuju departemen-departemen yang membutuhkan yaitu pada bagian pemeliharaan induk, pemeliharaan larva maupun bagian produksi pakan alami. Adapun gambar penebaran kaporit dan thiosulfat dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Penebaran Kaporit dan Thiosulfat a. Penebaran Kaporit pada Bak

reservoar

b. Pemberian Larutan Thiosulfat reservoar

27

3.4.2. Persiapan Pemeliharaan Larva

a. Menyiapkan bak pemeliharaan (berbentuk persegi panjang dengan dimensi 7x5x2 m).

b. Mencuci dinding bak dan peralatan aerasi dengan menggunakan detergen yang dilarutkan pada air tawar dalam ember plastik. Pencucian bak dan pengeringan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Pencucian dan Pengeringan Bak Larva c. Melakukan Pengeringan bak pemeliharaan selama 3-5 hari.

d. Memasang instalasi aerasi, instalasi alga dan saluran pembuangan sekaligus saluran panen, serta terpal sebagai penutup agar suhu tetap stabil selama pemeliharaan.

e. Mengisi bak pemeliharaan dengan air laut yang sebelumnya telah disterilkan pada bak tandon sebanyak 50% (20 m3) dari volume bak dengan memasang filter bag pada ujung pipa transfer air.

f. Memberikan EDTA 200 g (10 mg/l) ke dalam media pemeliharaan larva yang berfungsi untuk mengikat logam berat dan penambahan vitamin C sebanyak 2 ppm.

28

3.4.3. Penebaran Naupli

Tahapan-tahapan penebaran naupli adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Mengeluarkan box naupli dari kendaraan.

3. Menyiapkan larutan pencucian kantong plastik dengan sterofoam berisi 100 ppm larutan iodine (5 ml dalam 50 liter air).

4. Mengeluarkan kantong naupli dari box, mencuci kantong naupli dan memasukkan ke dalam bak pemeliharaan.

5. Melakukan aklimatisasi dengan cara membiarkan kantong naupli berada di bak pemeliharaan sampai suhu kantong sama dengan suhu di bak pemeliharaan.

6. Setelah 30 menit, membuka kantong plastik dan memasukkan naupli secara perlahan ke dalam bak pemeliharaan.

7. Pada sore hari, menghidupkan heater dan melakukan pengaturan suhu 31oC.

3.3.4 Penyediaan dan Pemberian Pakan Alami

Jenis pakan yang diberikan pada larva udang vaname selama proses pemeliharaan yaitu pakan alami (Thalassiosira, sp dan Artemia salina) dan pakan komersil (pakan buatan). Masing-masing pakan tersebut diberikan dengan jumlah dan frekuensi yang disesuaikan dengan stadia larva. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pemberian pakan adalah sebagai berikut :

a. Penyediaan dan pemberian Thalassiosira, sp

1. Mengkultur Thalassiosira, sp hasil kultur skala laboratorium ke skala intermediate dan skala massal.

29

2. Menambahkan pupuk (NaNO3 50 ppm, Urea 10 ppm, DSP 5 ppm, silikat 15 ppm, AGP 5 ppm, EDTA 5 ppm, KNO3 20 ppm untuk nutrisi pertumbuhan Thalassiosira, sp).

3. Memanen hasil kultur Thalassiosira dengan menggunakan pompa celup. Pemberian Thalassiosira pada larva zoea sampai dengan mysis3. Thalassiosira, sp dialirkan melalui pipa transfer alga ke bak pemeliharaan larva. Berikut Gambar 3.3 Transfer algae.

Gambar 3.3 Transfer Algae ke Bak Pemeliharaan b. Penyediaan dan Pemberian Artemia salina

Pemberian Artemia salina dilakukan pada stadia PL1 sampai PL12 dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari. Metode kultur Artemia salina yang digunakan adalah dengan terlebih dahulu melalui proses pengikisan lapisan cangkang kista Artemia salina (dekapsulasi) pada wadah ember plastik volume 100 liter. Langkah kerja dekapsulasi kista Artemia salina sebagai berikut :

1. Mencampur kista Artemia salina dengan kaporit 1,5 ml/g kista dan diaduk dengan aerasi yang kuat. Penambahan soda api sebanyak 2000 mg/l untuk menaikkan pH karena proses pengikisan cangkang akan lebih cepat pada pH tinggi.

30

2. Menuang artemia yang telah didekapsulasi pada saringan khusus, diaduk sampai berwarna oranye atau merah bata kemudian dibilas dengan air tawar, dilakukan hingga bersih dan bau klorin hilang.

3. Mengkultur dilakukan pada bak kerucut selama 22-23 jam atau sampai menetas.

4. Memanen dilakukan dengan membuka keran pembuangan pada bagian bawah bak kultur menggunakan saringan khusus Artemia salina.

5. Menebar nauplii Artemia salina ke dalam bak pemeliharaan larva secara merata dengan gayung pakan.

3.3.5 Pemberian Pakan Buatan

Pakan buatan yang diberikan di PT. Centralpertiwi Bahari pada larva adalah pakan komersil. Pakan buatan berperan penting dalam menjaga atau mencegah agar tidak terjadi under feeding selama masa pemeliharaan larva. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pemberian pakan buatan adalah sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan pemberian pakan, perlu melakukan pemeriksaan rutin terhadap ketersediaan pakan.

b. Menimbang pakan dengan timbangan digital ketelitian 0.1 g kemudian dimasukan ke dalam wadah pakan berupa mangkuk plastik ukuran 500 g. Berikut. Penimbangan pakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

31

c. Memberikan pakan dengan frekuensi pemberian pakan buatan yaitu delapan kali/hari pada pukul 07.00, 11.00, 13.00, 16.00, 19.00, 23.00, 01.00, dan 04.00).

d. Menebar pakan secara langsung ke dalam bak pemeliharaan yang dilakukan sekali tebar. Pakan diberikan disaring untuk stadia Z-M dan untuk PL tanpa diencerkan terlebih dahulu.

e. Setelah selesai, semua peralatan yang digunakan dicuci hingga bersih dan dikembalikan ke tempat semula. Penimbangan dan pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah yang tertera pada form pakan harian.

3.3.6 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Monitoring kondisi air secara langsung pada bak pemeliharaan larva yang dilakukan secara rutin setiap hari,

b. Mengecek kualitas air di Laboratorium Quality Control,

c. Mengganti dan menambahkan air serta memberikan probiotik vannapro sebanyak 200 g/bak untuk membantu mempertahankan kualitas air pada bak pemeliharaan larva.

d. Pada stadia Z3, dilakukan penambahan air sebanyak 50% dari volume air sebelumnya. Untuk pergantian air dilakukan pada pagi dan sore hari, mulai stadia M3 sampai PL5 dan dari PL5 sampai dengan PL panen, sebanyak 15% dari volume wadah pemeliharaan yang terisi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dan anorganik dalam air selain itu untuk memperbaiki kualitas air dengan penambahan air yang baru.

Dokumen terkait