• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Penelitian

2. Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Seorang pendidik harus memahami bahwasannya setiap peserta didik memiliki tingkat keragaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam konteks ini, kegiatan pembelajaran perlu didesain agar masing-masing peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dengan memberikan kesempatan dan kebebasan secara konstruktif. Ini merupakan bagian dari pengembangan kreativitas peserta didik. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran.

Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi peserta didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau

16 Hasil Wawancara Dengan Bapak Muhammad Ilham Ramadhan Rabu 18 Desember 2019.

kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.17

Di anraranya model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan para proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri, biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik. Berikut ini beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inquiry.

Model inquiry menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, model inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi itu

Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar peserta didik.

Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai materi pembelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Kemudian ada lagi model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi secara optimal. Terdapat beberapa karakteristik model ekspositori. Model ekspositori dilakukan dengan cara penyampaian materi pelajaran secara verbal.

Artinya, proses penyampaian melalui lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini, sering kali orang menanamkan model ini dengan ceramah.

Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konseo

17 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2017, hal.

132.

tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk berpikir ulang. Tujuan utama pembellajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir, peserta didik diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang sudah diuraikan.

Ada lagi model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran model kooperatif, yaitu (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Peserta adalah peserta didik yang melakukan proses pembelajaran dalam tiap kelompok belajar. Pengelompokan peserta didik bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat peserta didik, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat baik peserta didik sebagai peserta didik, maupun peserta didik sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota, waktu dan tempat pelaksanaan.

Salah satu model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai dengan enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akdemik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Kemudian ada model Pembelajaran PAIKEM. Menurut Tarmizi PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.18 Pembelajaran yang baik dan bervariatif cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil baik dan pola berpikir yang variatif pula.

18 Tarmizi Ramadhan, Pengertian Strategi Pembelajaran Model PAIKEM, Jakarta:

Bumi Aksara, 2009, hal. 96.

Sebaliknya, apabila pembelajaran yang dilakukan secara monoton, tidak ada variasi dan tidak menantang maka lulusan yang terbentuk pun tidak jauh berbeda dari proses yang terjadi. Oleh sebab itu, saat ini, seorang guru dituntut untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan mampu bersaing di arena persaingan global. Secara garis besar, PAIKEM menganjurkan peserta didik yang terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan belajar melalui berbuat.

Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan

“pokok baca”. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Sedangkan metode pembelajaran Al-Qur‟an yang digunakan SD Islam Al-Husain Pengasinan yaitu metode Iqro dan Maisura yang dalam penyampaiannya menggunakan empat metode yakni metode demonstrasi, metode drill, metode tanya jawab dan metode ceramah.

Metode pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu masalah metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Muhammad Ilham Ramadhan:

“Dalam proses pembelajaran metode itu sangat berpengaruh dalam berhasil tidaknya suatu pendidikan, maka dari penggunaan metode yang tepat sangatlah penting, dan di SDI Al-Husain menggunakan Metode Iqro dan Maisura, yang mana metode ini merupakan metode yang digagas oleh ulama dan pelopor salah satu metode cepat membaca Al-Qur‟an di Indonesia, yaitu K.H. As‟ad Humam dan disusun sebanyak enam jilid di Yogyakarta. Saya mempunyai pandangan bahwa dengan memakai metode Iqro akan memudahkan kelancaran dalam belajar Al-Qur‟an, hal ini dikarenakan metode Iqro merupakan metode yang berorientasi kepada peserta didik, suatu metode yang membuat proses belajar membaca Al-Qur‟an peseerta aktif. Mendukung proses belajar membaca Al-Qur‟an menjadi lebih baik, bermakna, dan memotivasi peserta didik dalam

memperlancar belajar membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur‟an.”19

Sedangkan metode Maisura sebagai penunjang dalam memahami kaidah-kaidah ilmu tajwid bagi peserta didik dalam membaca Al-Qur‟an di SD Islam Al-Husain. Karena metode Maisura juga menyuguhkan ilmu tajwid dengan paradigm baru, seperti penyajian sistematika penulisan dan tampilan yang berbeda dari buku tajwid yang sebelumnya pernah ada. Metode Maisura mengajak kepada seluruh peserta didik untuk memahami dan menguasai ilmu tajwid secara komprehensif dengan rujukan yang terpercaya, sesuai dengan slogan Maisura yaitu “Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif.