• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam dokumen BAB II KERANGKA TEORITIES - BAB II (Halaman 27-51)

Metode Jigsaw telah dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin. Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.28 Pembelajaran model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Paul bahwa Jigsaw memiliki dua ciri utama yaitu Jigsaw dirancang untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies of knowledge) dan Jigsaw mencakup satu elemen bernama spesialisasi tugas (task specialization).29

Bangunan pengetahuan sistematis bermaksud bahwa guru ingin agar siswa mereka memahami konsep sehingga siswa dapat memecahkan masalah mereka. Spesialisasi tugas ini menuntut siswa berbeda memainkan peran khusus untuk mencapai tujuan suatu kegiatan belajar.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung

28

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 217

29

Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan konten dan ketrampilan berfikir, terj: Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.

jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya.30 Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Para siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam a) belajar menjadi ahli dalam sub topik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa kembali ke kelompoknya masing-masing sebagai

'ahli’ dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

30

Kelompok Asal

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 1. Ilustrasi kelompok JIGSAW

Keterangan:

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

@ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % &

@ @ @ @ @

Kerangka Metode Jigsaw Tahap Pendahuluan

a. Review, apersepsi, motivasi

b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.

c. Pembentukan kelompok

d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen

e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok Tahap Penguasaan

a. Siswa dengan materi /soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima

b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya Tahap Penularan

a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain

c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal Penutup

b. Kuis/Evaluasi

Evaluasi adalah menilai, membandingkan, menyimpaikan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu.31

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan satu jenis tes obyektif paper and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes diberikan.

Cara menentukan skor individual menurut Slavin.32 Tabel 2.1

Cara Menentukan Skor Individual Menurut Slavin Langkah 1

Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor bedasarkan skor kuis yang lalu

Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan

Langkah 3 Menghitung skor perkembangan

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini.

31

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2002), h.138

32

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar………..0 poin 10-1 poin di bawah skor dasar ………10 poin Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar………20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar ………30 poin Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatika skor dasar).30 poin 3. Penghargaan

Skor kuis dari masing masing kelompok asal saling diperbandingkan untuk menentukan kelompok asal mana yang paling berhasil selanjutnya diberikan penghargaan atas keberhasilan.

Johnson and Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak diantaranya adalah:33

a) Meningkatkan hasil belajar b) Meningkatkan daya ingat

c) Dapat digunakan untuk mencpai tarap penalaran tingkat tinggi d) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu) e) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru

33

h) Meningkatkan harga diri anak

i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif j) Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong

Kelebihan lain metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

b. Menerapkan bimbingan sesama teman c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi d. Memperbaiki kehadiran

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar f. Sikap apatis berkurang

g. Pemahaman materi lebih mendalam h. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatif Jigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

E. Motivasi

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi itu sesungguhnya merupakan seluruh proses gerakan yang mencakup berbagai rangsangan. dorongan, atau daya pembangkit bagi terjadinya suatu perilaku. Dorongan dalam proses gerakan itu pada dasarnya adalah rangsangan pembangkit bagi terjadinya perilaku, dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Motivasi-motivasi yang timbul pada diri individu mempunyai peranan dan fungsi ganda yaitu sebagai pembangkit aktivitas individu dan sebagai penyeleksi setiap aktivitas yang dilakukan. Fungsi dan peranan motivasi memiliki kecenderungan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian individu secara optimal.

Motivasi terdiri dari beberapa pengertian antara lain dalam bahasa Inggris yakni motive yang artinya penggerak.34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

34

Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2, h. 593

dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.35

Crider mengartikan motivasi sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek. Menurut S. Nasution bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.36

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang meyebabkan kesiapannya untuk memenuhi serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah laku untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.37

Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia op.cit., h. 593

36

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 170.

37

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11, h. 28.

melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sertain dalan bukunya Psychology Understanding of Human Behaviour, motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.38

Menurut Sardiman, motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif menurutnya adalah suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sehingga kata motivasi berawal dari kata motif berarti sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. 39

WS. Winkel membedakan motif dan motivasi sebagai berikut:

“Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan dan motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif.40

Selanjutnya, dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai motif dan motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa

Motif adalah “Suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu

untuk bertindak melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah

38

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. Ke-11, h. 60.

39

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73.

40

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar dan dari dalam diri. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.

Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.41

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar siswa.42

Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi sangat dipengaruhi oleh seberapa besarnya motivasi yang ditimbulkan pada diri individu berarti pula perubahan energi yang dimanfaatkan pun akan semakin besar, serta didahului adanya reaksi-reaksi yang ingin dicapai. Jadi motivasi belajar sebagai sistem bimbingan internal yang berusaha untuk menetapkan fokus anak dalam hal belajar, namun harus berdiri pada dirinya sendiri dan berkompetisi melawan semua hal menarik lain pada eksistensi

41

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73

42

Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 162.

keseharian.43

Sardiman mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.44

Prayitno mengatakan bahwa: “Motivasi belajar tidak saja

merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.45 Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi atau tujuan. Motivasi sering muncul dari dalam diri manusia tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Motivasi Belajar adalah “Dorongan atau kekuatan dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

43

Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar (Jakarta: Cerdas Pustaka, 2004), Cet. Ke-2, h. 12.

44

A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. V, h. 75.

45

2. Fungsi Motivasi

Motivasi dikatakan Ramayulis adalah sebagai suatu proses mengantarkan siswa kepada pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan siswa agar tetap bersemangat dan siaga

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas yang berhubungan dengan pencapaian belajar.46

Menurut Sardiman setidaknya ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai

c. Menyeleksi perbuatan yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.47

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh

46

Ramayulis, op.cit., h. 171.

47

sesuatu yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan/pekerjaan. Begitupun dengan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan maksimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pelajaran itu.

3. Bentuk motivasi di sekolah

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yakni:

a. Memberi angka. Angka dalam hal ini symbol dari nilai kegiatannya. Banyak siswa yang belajar yang utamanya justru mencapai nilai/angka yang baik.

b. Hadiah. c. Saingan/kompetisi. d. Ego involment e. Memberi ulangan f. Mengetahui hasil g. Pujian h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar j. Minat

4. Bentuk dan kegiatan siswa terkait dengan motivasi belajar

Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:48

a. Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

1) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat. 2) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat

(wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

b. Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

1) Takut yang dipelajari (learned fear),

48

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2001), h.75

2) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

3) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat), 4) Maksud (purpose) dan aspirasi,

5) Motif berprestasi (achievement motive).

Menurut Gagne bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:49

a. Visual activities didalamnya termasuk membaca, memperhatikan (gambar atau pekerjaan orang lain)

b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

c. Listening activities meliputi kegiatan mendengarkan: uraian, percakapan, musik, diskusi, pidato

d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket

e. Drawing activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram

f. Motor activities misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain atau berkebun

49

http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2012/10/motivasi-belajar.html diakses pada tanggal 15 September 2016

g. Mental activities sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

h. Emosional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenang, gugup termasuk kepuasan.

5. Indikator motivasi Belajar

Indikator Minat Belajar Menurut Djamarah indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.50 Menurut Slameto beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat belajar tersebut di atas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: a) Perasaan senang apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran. b) Keterlibatan siswa ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

50

Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru. c) Ketertarikan Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru. d) Perhatian Siswa Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi

Beberapa kegiatan siswa terkait dengan motivasi yang menjadi fokus penelitian saat ini adalah:

a. Perhatian

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang hal lain. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan

memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran Agama, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya

Perhatian diartikan sebagai hal yang memperhatikan; apa yang diperhatikan.51 Sumadi Suryabrata mengartikan bahwa perhatian merupakan perumusan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek atau banyak / sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.52 Ramayulis mendefenisikan perhatian adalah salah satu factor psikologis yang dapat membentu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran.53 Menurut Abu Ahmadi perhatian merupakan keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.54

Dengan demikian maka perhatian merupakan salahsatu faktor psikologis yang mempunyai sifat-sifat yang menonjol baik dari dalam maupun dari luar individu yang dapat membantu dalam interaksi belajar mengajar.

51

Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Balai Pustaka 1993), h. 114

52

Sumadi Suryabrata Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali 1989), h. 14

53

Ramayulis op.cit. h.175

54 Ibid.

b. Bertanya/ingin tahu

anak-anak mempunyai motivasi untuk belajar dari rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh keinginan untuk berinteraksi, mengenal dan memahami lingkungan sekitar mereka. Jadi rasa ingin tahu siswa dapat diartikan sebagai keinginan untuk berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang ada di sekitar mereka. Sesuatu yang ada di sekitar mereka tersebut diterima oleh indra yang mereka miliki, kemudian menimbulkan rangsangan pada diri siswa yang mengakibatkan siswa berkeinginan untuk berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang diterima oleh indra yang mereka miliki tadi.55

Berdasarkan uraian tersebut maka rasa ingin tahu siswa dapat didefinisikan sebagai dorongan yang dimiliki siswa untuk memiliki kemampuan berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang diterima oleh indra yang mereka miliki. Dengan demikian melalui rasa ingin tahu siswa merupakan salah satu indikasi bahwa siswa memiliki minat untuk belajar.

c. Sikap positif terhadap pelajaran

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan

55

Majid, A. Strategi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset 2013), h. 305

minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut:

“Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh

lingkungannya”.56

d. Senang melakukan aktivitas pembelajaran

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk

56

belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.

e. Percaya diri

Menurut Hakim rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.57

Mc Clelland yang menyatakan bahwa percaya diri merupakan kontrol internal, perasaan seseorang akan adanya kekuatan dalam dirinya, kesadaran akan kemampuan-kemampuannya dan bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkan. kepercayaan diri merupakan bagian dari kepribadian manusia yang terbentuk ataupun berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial.58

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang

57

http://apriliafifi.blogspot.co.id/2012/12/ptk.html diakses pada tanggal 16 September 2016

58

Dalam dokumen BAB II KERANGKA TEORITIES - BAB II (Halaman 27-51)

Dokumen terkait