• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIES - BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORITIES - BAB II"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORITIES

A. Tinjauan Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan. Tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1

Cronbach memberikan defenisi: learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. Harld spears memberikan batasan: learning is to observe to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Sedangkan geoch mengatakan: learning is a change in performance as a result of practice.2

Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psiskis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.3

1

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.2

2

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 20.

3

(2)

Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian menurut arti sempitnya belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.4

Jadi belajar adalah kegiatan yang mengakibatkan perubahan. Dalam hal ini belajar berarti mengubah tingkah laku. Sehingga belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan ketrampilan sikap pengertian harga diri, minat, watak penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikan dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Jadi belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan, dimana perubahan ini tidak lepas dari peran guru sebagai pengajar.

4

(3)

2. Teori Belajar

Beberapa teori belajar antara lain:

a. Teori belajar menurut J. Bruner di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula.5

b. Teori belajar Vygotsky

Vygotsky merupakan seorang tokoh konstruktivis dengan teorinya adalah penekanan pada hakekat pembelajaran sosiokultur. Inti dari teorinya yaitu menekankan pada interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya sebagai berikut:

5

(4)

1) Menghendaki seting kelas berbentuk kooperatif, sehingga siswa dapat saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah jarak tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecah masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scalfolding. Scalfolding berarti memberikan seorang anak sejumlah besar bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan.

Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

Dua aspek yang penting yang mendasari keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif.6

a. Teori motivasi

Motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat

6

(5)

siswa melaksanakan kegiatan. Diidentifikasi ada tiga macam struktur pencapaian tujuan yaitu sebagai berikut:

1) Kooperatif dimana orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain.

2) Kompetitif dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan akan menghalangi siswa lain dalam pencapaian tujuan.

3) Individualistik dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.

Metode mengajar adalah suatu jalan/cara yang harus dilalui di dalam mengajar.7 Berdasarkan pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan situasi dimana satu-satunya cara agar tujuan tiap anggota kelompok tercapai adalah jika kelompok tersebut berhasil. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya yang dapat membuat pencapaian tujuan belajar seperti membuat variasi dalam metode mengajar. Hal apa saja yang dapat membuat kelompok berhasil, dan yang lebih penting mendorong teman kelompoknya untuk berusaha secara maksimal. Dengan kata

7

(6)

lain, penghargaan kepada kelompok berdasarkan pada kemampuan kelompok dalam menciptakan struktur penghargaan antar perorangan sedemikian rupa sehingga anggota kelompok akan saling memberi penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya pengerjaan tugas teman sekelompoknya.

b. Teori Kognitif

Teori ini mengukur efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu. Teori ini dikelompokkan dalam dua kategori:

1) Teori Perkembangan: Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah interaksi siswa diantara tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Vygotsky mendefinisikan zone of proximal development sebagai jarak antara tingkat

perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

(7)

dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi. Sebagai misal membuat ikhtisar dari suatu kuliah merupakan kegiatan yang lebih baik dari pada sekedar membuat catatan, karena membuat ikhtisar menghendaki siswa mereorganisasi dan memilih materi yang penting. Salah satu elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi itu pada orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu dari dalam individu (intern) dan luar individu (ekstern). a. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang mengalami proses belajar. Faktor intern ini meliputi:

1) Faktor jasmani: kesehatan tubuh dalam kesiapan menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langsung atau tidaknya dalam proses belajar.

(8)

3) Faktor kelelahan; Faktor kelelahan disini dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar, dan diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar terdiri dari: 1) Faktor Keluarga

Cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anak dan anggota keluarga yang lain, kemudian suasana rumah terkait dengan kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor Sekolah

a) Kurikulum,

b) Relasi siswa dengan guru dan siswa lain. c) Disiplin Sekolah

d) Kondisi dan fasilitas belajar

(9)

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ektern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat, dan pergaulan siswa dalam masyarakat.

Selain faktor-faktor di atas, menurut Sudjana ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.8 Berkaitan dengan kompetensi guru, yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Metode tersebut harus benar-benar sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Terkait dengan masalah ini peneliti akan mengkaji lebih jauh tentang metode dalam mengajar

4. Tinjauan Tentang Metode Pengajaran

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

8

(10)

kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.9

Metode mengajar ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.10 Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses atau bagaimana tekniknya suatu bahan pelajaran diberikan. Jadi, tercapai tidaknya tujuan belajar salah satu faktornya adalah ketepatan memilih metode dalam proses belajar tersebut. Macam/jenis metode dalam belajar antara lain: a. Metode proyek adalah cara menyajikan pelajaran yang bertitik tolak

dari suatu masalah kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga dapat ditemukan pemecahan secara keseluruhan.

b. Metode eksperimen adalah cara menyajikan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

9

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 53

10

(11)

c. Metode tugas dan resitasi (penugasan) adalah metode pengajaran dimana guru memberikan tugas-tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar di sekolah dan di luar sekolah.

d. Metode problem solving (pemecahan masalah) adalah metode mengajar dengan memecahkan masalah sehingga didapat suatu kesimpulan.

e. Metode siodrama adalah metode mengajar dengan mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya masalah sosial.

f. Metode tanya jawab adalah cara menyajikan pelajaran dengan bentuk pernyataan yang harus dijawab baik itu dari guru kepada siswa atau siswa kepada guru

g. Metode ceramah adalah metode megajar dalam menyampaikan materi secara lisan

h. Metode demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun tiruan yang disertai dengan pelajaran lisan.

(12)

j. Metode latihan adalah metode mengajar dengan memberikan latihan secara berulang-ulang untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.11

Menurut Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:12 a. Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan

pendidikan. Dalam hal ini terdapat berbagai macam perbedaan, baik dari aspek intelektual, status sosial, latar belakang kehidupan, kemampuan dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru disampaikan.

b. Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Metode pengajar harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik.

c. Situasi, dalam kegiatan belajar mengajar yang harus guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari dan waktu yang tersedia cukup untuk bahan pengajaran yang ditentukan

d. fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik disekolah.

11

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., h. 94-109

12

(13)

e. Guru, dalam hal ini adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar misalnya; kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.

Melalui penelitian ini penulis akan membandingkan antara hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah , latihan soal dan penugasan yang sering disebut sebagai metode konvensional dengan hasil dan motivasi belajar melalui metode kooperatif tipe JIGSAW. Maka disini akan dikaji lebih lanjut mengenai metode konvensional (ceramah, latihan soal, dan penugasan) serta metode kooperatif, khususnya metode kooperatif tipe JIGSAW .lebih menekankan pada hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe JIGSAW. Oleh karena itu disini akan dikaji lebih lanjut mengenai metode kooperatif, khususnya tipe JIGSAW.

B. Metode Konvensional

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional.13 Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru.

13

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(14)

Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa.14

Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.15 Jadi pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Menurut Djafar pembelajaran konvensional dilakukan dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat.16

Menurut Ahmadi bahwa model pembelajaran konvensional menyandarkan pada hafalan belaka, penyampaian informasi lebih banyak dilakukan oleh guru, siswa secara pasif menerima informasi, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis serta tidak bersadar pada realitas kehidupan, memberikan hanya tumpukan beragam informasi kepada siswa, cenderung fokus pada bidang tertentu, waktu belajar siswa sebagaian besar digunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah guru, dan mengisi

latihan (kerja individual)”.17 Sedangkan menurut Santyasa model

pembelajaran konvensional adalah “pembelajaran yang lazim atau sudah

14

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo 1990), h. 60.

15

http://digilib.unila.ac.id/3389/15/BAB%20II.pdf di akses pada tanggal 20 Maret 2016

16 Ibid 17

(15)

biasa diterapkan, seperti kegiatan sehari-hari di kelas oleh guru. Desain pembelajaran bersifat linear dan dirancang part to whole”.18

Nurhadi mengemukakan bahwa metode konvensional terlihat pada proses siswa penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka/raport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, dan hasil belajar diukur hanya dengan tes.19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasanya atau lazim dilakukan sehari-hari di kelas dimana guru mengambil peran lebih aktif (teacher oriented) sedangkkan siswa cenderung pasif yaitu hanya mencatat ataupun mendengar bahkan menghafal serta tidak memperhatikan pengalaman belajar siswa.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode tersebut maka siswa kurang terlihat aktif dalam proses belajar.

1. Metode ceramah

Metode ceramah yaitu: Metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

18 Ibid 19

(16)

Penyampaian materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan penyampaian secara tertulis, karena dalam cara ini siswa sangat tergantung pada cara guru mengajar. Kecepatan biasanya serta volume bicara atau suara yang diucapkan guru. Oleh karena itu menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah harus dengan prosedur.

Menurut Jusuf Djajadisastra prosedur penggunaan ceramah antara lain:20

a. Merumuskan tujuan khusus pengajaran yang akan dipelajari siswa. Dengan tujuan tersebut dapat ditetapkan apakah metode ceramah benar-benar merupakan metode yang tepat.

b. Menyusun bahan ceramah secara sistematis

c. Mengidentifikasi istilah-istilah yang sukar dan perlu diberi penjelasan dalam ceramah.

d. Melaksanakan ceramah dengan memperhatikan:

1) Sajikan kerangka materi dan pokok-pokok yang akan diuraikan dalam ceramah

2) Uraikan pokok-pokok tersebut dengan jelas dan usahakan istilah yang sukar dijelaskan secara khusus.

20

(17)

3) Diupayakan bahan pengait atau advance organizer agar pengajaran lebih bermakna.

4) Dapat dilakukan dengan pendikator deduktif atau induktif. 5) Gunakan multi metode dan multi media.

e. Menyampaikan pokok-pokok isi materi yang diceramahkan dikaitkan dengan tujuan pengajaran.

Kelebihan Metode Ceramah a. Guru mudah menguasai kelas

b. Mudah mengorganisasikantempat duduk/kelas c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar d. Mudah mempersiapkan dan melaksanaknnya e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan Metode Ceramah

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (Mendengar) lebih besar menerimanya.

c. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

d. Guru menyimpulkan bahawa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.

e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.21

21

(18)

2. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.22

Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas, yaitu:

a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: 1) Tujuan yang akan dicapai

2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut

3) Sesuai dengan kemampuan siswa

4) Ada petunjuk / sunber yang dapat membantu pekerjaan siswa 5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut b. Langkah Pelaksanaan Tugas

1) Diberikan bimbingan /pengawasan oleh guru 2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

22

(19)

c. Fase mempertanggungjawabkan Tugas

1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya. 2) Ada tanya jawab/diskusi kelas

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara lain.

Metode penugasan ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan, antara lain:

Kekurangan Metode Penugasan

a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain

b. Khusus untuk tugas kelompok, tidk jarang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu sajka, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa

d. Sering memberikan tugas yang monoton (tak bervariasi) Dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Kelebihan Metode Penugasan

a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok

(20)

c. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

3. Metode Latihan

Metode Latihan adalah Suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu23.

Kelebihan Metode Latihan

a. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat, menggunakan alat-alat dan terampil menggunakan peralat-alatan olah raga.

b. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol)

c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.

d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan

e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan–gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

23

(21)

Kelemahan Metode Latihan

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaia dan diarahkan jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. e. Dapat menimbulkan verbalisme.24

Tahap kerangka menurut Sujarwo adalah sebagai berikut: Kerangka Pembelajaran Konvensional

Tahap 1 : Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi pelajaran yang disampaikan

Tahap 2 : Guru memberi latihan soal yang dikerjaka secra individu oleh siswa Tahap 3 : Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara

beberapa siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.

Tahap 4 : Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah. Menurut Oemar Hamalik kelebihan dari metode konvensional yaitu murah, tidak perlu banyak waktu, dan guru dapat menyajikan materi dengan cara diulang-ulang. Sedangkan kekurangan dari metode konvensioanal yaitu

24

(22)

terdapat individu kurang mendapat perhatian, siswa jadi pasif, pengembangan potensi anak tidak dapat dilakukan secara maksimal.

C. Metode Kooperatif

1. Tinjauan Pembelajaran kooperatif

Suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Pengajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-kontruktivisme. Salah satu teori Vigotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Penerapan ini berimplikasi dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.

(23)

dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku.hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya. Keterampilan kooperatif dibedakan 3 tingkatan, yaitu:

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal 1) Menggunakan kesepakatan 2) Melengkapi kontribusi

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas 4) Berada dalam kelompok

5) Mendorong partisipasi

6) Mengundang orang lain untuk berbicara 7) Menyelesaikan tugas untuk berbicara 8) Menyelesaikan tugas pada waktunya 9) Menghormati perbedaan individu b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

1) Menunjukkan penghargaan dan simpati

2) Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima

(24)

4) Bertanya

5) Membuat ringkasan 6) Menafsirkan

7) Mengatur dan mengorganisisr 8) Menerima tanggung jawab 9) Mengurangi ketegangan

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir 1) Mengelaborasi

2) Memeriksa dengan cermat 3) Menanyakan kebenaran 4) Menetapkan tujuan 5) Berkompromi

Ada unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan, adalah sebagai berikut:25

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

“sehidup sepenanggungan bersama”

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri

25

(25)

3) Siswa haruslah melihat mereka bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode-metode yang ada dalam metode kooperatif diantaranya:

a. Metode TGT (Teams Games Tournament) yaitu metode pembelajaran dalam bentuk perbandingan (tournament) antara kelompok yang satu dengan yang lain.

(26)

c. Metode TAI (Team Assisted Individualization) merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.

d. Metode pembelajaran Jigsaw yang menjadi kajian dan penelitian ini akan dibahas lebih jauh.26

Bentuk metode pembelajaran kooperatif menurut Rusman yaitu: 27

a. Metode TGT (Teams Games Tournament) yaitu metode pembelajaran dalam bentuk perbandingan (tournament) antara kelompok yang satu dengan yang lain.

b. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok-kelompok untuk belajar bersama.

c. Metode Investigasi kelompok (Grup Investigation).

d. Metode pembelajaran Jigsaw. Penjelasan tentang metode ini akan menjadi kajian dan penelitian ini akan dibahas lebih jauh.

26

Setyowati, Endang., Studi Komparasi metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas 2 SMA Teuku Umar. Semarang: FIS UNNES, 2005

(27)

D. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode Jigsaw telah dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin. Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.28 Pembelajaran model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Paul bahwa Jigsaw memiliki dua ciri utama yaitu Jigsaw dirancang untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies of knowledge) dan Jigsaw mencakup satu elemen bernama

spesialisasi tugas (task specialization).29

Bangunan pengetahuan sistematis bermaksud bahwa guru ingin agar siswa mereka memahami konsep sehingga siswa dapat memecahkan masalah mereka. Spesialisasi tugas ini menuntut siswa berbeda memainkan peran khusus untuk mencapai tujuan suatu kegiatan belajar.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung

28

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 217

29

(28)

jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya.30 Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Para siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam a) belajar menjadi ahli dalam sub topik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa kembali ke kelompoknya masing-masing sebagai

'ahli’ dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik

tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

30

(29)

Kelompok Asal

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 1. Ilustrasi kelompok JIGSAW

Keterangan:

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

@ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % & @ £ $ % &

@ @ @ @ @

(30)

Kerangka Metode Jigsaw Tahap Pendahuluan

a. Review, apersepsi, motivasi

b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.

c. Pembentukan kelompok

d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen

e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok Tahap Penguasaan

a. Siswa dengan materi /soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima

b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya Tahap Penularan

a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain

c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal Penutup

(31)

b. Kuis/Evaluasi

Evaluasi adalah menilai, membandingkan, menyimpaikan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu.31

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan satu jenis tes obyektif paper and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau

segera setelah tes diberikan.

Cara menentukan skor individual menurut Slavin.32 Tabel 2.1

Cara Menentukan Skor Individual Menurut Slavin

Langkah 1

Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor bedasarkan skor kuis yang lalu

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini.

31

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2002), h.138

32

(32)

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar………..0 poin 10-1 poin di bawah skor dasar ………10 poin Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar………20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar ………30 poin Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatika skor dasar).30 poin 3. Penghargaan

Skor kuis dari masing masing kelompok asal saling diperbandingkan untuk menentukan kelompok asal mana yang paling berhasil selanjutnya diberikan penghargaan atas keberhasilan.

Johnson and Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak diantaranya adalah:33

a) Meningkatkan hasil belajar b) Meningkatkan daya ingat

c) Dapat digunakan untuk mencpai tarap penalaran tingkat tinggi d) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu) e) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru

33

(33)

h) Meningkatkan harga diri anak

i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif j) Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong

Kelebihan lain metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

b. Menerapkan bimbingan sesama teman c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi d. Memperbaiki kehadiran

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar f. Sikap apatis berkurang

g. Pemahaman materi lebih mendalam h. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatif Jigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

(34)

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

E. Motivasi

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi itu sesungguhnya merupakan seluruh proses gerakan yang mencakup berbagai rangsangan. dorongan, atau daya pembangkit bagi terjadinya suatu perilaku. Dorongan dalam proses gerakan itu pada dasarnya adalah rangsangan pembangkit bagi terjadinya perilaku, dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Motivasi-motivasi yang timbul pada diri individu mempunyai peranan dan fungsi ganda yaitu sebagai pembangkit aktivitas individu dan sebagai penyeleksi setiap aktivitas yang dilakukan. Fungsi dan peranan motivasi memiliki kecenderungan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian individu secara optimal.

Motivasi terdiri dari beberapa pengertian antara lain dalam bahasa Inggris yakni motive yang artinya penggerak.34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

34

(35)

dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.35

Crider mengartikan motivasi sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek. Menurut S. Nasution bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.36

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang meyebabkan kesiapannya untuk memenuhi serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah laku untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.37

Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia op.cit., h. 593

36

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 170.

37

(36)

melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sertain dalan bukunya Psychology Understanding of Human Behaviour, motif adalah suatu

pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.38

Menurut Sardiman, motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif menurutnya adalah suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sehingga kata motivasi berawal dari kata motif berarti sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. 39

WS. Winkel membedakan motif dan motivasi sebagai berikut:

“Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan dan motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif.40

Selanjutnya, dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai motif dan motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa

Motif adalah “Suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu

untuk bertindak melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah

38

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. Ke-11, h. 60.

39

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73.

40

(37)

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar dan dari dalam diri. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.

Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.41

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar siswa.42

Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi sangat dipengaruhi oleh seberapa besarnya motivasi yang ditimbulkan pada diri individu berarti pula perubahan energi yang dimanfaatkan pun akan semakin besar, serta didahului adanya reaksi-reaksi yang ingin dicapai. Jadi motivasi belajar sebagai sistem bimbingan internal yang berusaha untuk menetapkan fokus anak dalam hal belajar, namun harus berdiri pada dirinya sendiri dan berkompetisi melawan semua hal menarik lain pada eksistensi

41

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73

42

(38)

keseharian.43

Sardiman mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.44

Prayitno mengatakan bahwa: “Motivasi belajar tidak saja

merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.45 Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi atau tujuan. Motivasi sering muncul dari dalam diri manusia tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Motivasi Belajar adalah “Dorongan atau kekuatan dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

43

Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar (Jakarta: Cerdas Pustaka, 2004), Cet. Ke-2, h. 12.

44

A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. V, h. 75.

45

(39)

2. Fungsi Motivasi

Motivasi dikatakan Ramayulis adalah sebagai suatu proses mengantarkan siswa kepada pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan siswa agar tetap bersemangat dan siaga

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas yang berhubungan dengan pencapaian belajar.46

Menurut Sardiman setidaknya ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai

c. Menyeleksi perbuatan yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.47

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh

46

Ramayulis, op.cit., h. 171.

47

(40)

sesuatu yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan/pekerjaan. Begitupun dengan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan maksimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pelajaran itu.

3. Bentuk motivasi di sekolah

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yakni:

a. Memberi angka. Angka dalam hal ini symbol dari nilai kegiatannya. Banyak siswa yang belajar yang utamanya justru mencapai nilai/angka yang baik.

b. Hadiah.

c. Saingan/kompetisi. d. Ego involment e. Memberi ulangan f. Mengetahui hasil g. Pujian

h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar j. Minat

(41)

4. Bentuk dan kegiatan siswa terkait dengan motivasi belajar

Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:48

a. Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

1) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat. 2) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat

(wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

b. Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

1) Takut yang dipelajari (learned fear),

48

(42)

2) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

3) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat), 4) Maksud (purpose) dan aspirasi,

5) Motif berprestasi (achievement motive).

Menurut Gagne bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut:49

a. Visual activities didalamnya termasuk membaca, memperhatikan (gambar atau pekerjaan orang lain)

b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

c. Listening activities meliputi kegiatan mendengarkan: uraian, percakapan, musik, diskusi, pidato

d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket

e. Drawing activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram

f. Motor activities misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain atau berkebun

49

(43)

g. Mental activities sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

h. Emosional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenang, gugup termasuk kepuasan.

5. Indikator motivasi Belajar

Indikator Minat Belajar Menurut Djamarah indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.50 Menurut Slameto beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat belajar tersebut di atas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: a) Perasaan senang apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran. b) Keterlibatan siswa ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

50

(44)

Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru. c) Ketertarikan Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru. d) Perhatian Siswa Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi

Beberapa kegiatan siswa terkait dengan motivasi yang menjadi fokus penelitian saat ini adalah:

a. Perhatian

(45)

memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran Agama, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya

Perhatian diartikan sebagai hal yang memperhatikan; apa yang diperhatikan.51 Sumadi Suryabrata mengartikan bahwa perhatian merupakan perumusan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek atau banyak / sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.52 Ramayulis mendefenisikan perhatian adalah salah satu factor psikologis yang dapat membentu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran.53 Menurut Abu Ahmadi perhatian merupakan keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.54

Dengan demikian maka perhatian merupakan salahsatu faktor psikologis yang mempunyai sifat-sifat yang menonjol baik dari dalam maupun dari luar individu yang dapat membantu dalam interaksi belajar mengajar.

51

Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Balai Pustaka 1993), h. 114

52

Sumadi Suryabrata Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali 1989), h. 14

53

Ramayulis op.cit. h.175

(46)

b. Bertanya/ingin tahu

anak-anak mempunyai motivasi untuk belajar dari rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh keinginan untuk berinteraksi, mengenal dan memahami lingkungan sekitar mereka. Jadi rasa ingin tahu siswa dapat diartikan sebagai keinginan untuk berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang ada di sekitar mereka. Sesuatu yang ada di sekitar mereka tersebut diterima oleh indra yang mereka miliki, kemudian menimbulkan rangsangan pada diri siswa yang mengakibatkan siswa berkeinginan untuk berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang diterima oleh indra yang mereka miliki tadi.55

Berdasarkan uraian tersebut maka rasa ingin tahu siswa dapat didefinisikan sebagai dorongan yang dimiliki siswa untuk memiliki kemampuan berinteraksi, mengenal, dan memahami sesuatu yang diterima oleh indra yang mereka miliki. Dengan demikian melalui rasa ingin tahu siswa merupakan salah satu indikasi bahwa siswa memiliki minat untuk belajar.

c. Sikap positif terhadap pelajaran

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan

55

(47)

minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut:

“Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau

bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh

lingkungannya”.56

d. Senang melakukan aktivitas pembelajaran

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk

56

(48)

belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.

e. Percaya diri

Menurut Hakim rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.57

Mc Clelland yang menyatakan bahwa percaya diri merupakan kontrol internal, perasaan seseorang akan adanya kekuatan dalam dirinya, kesadaran akan kemampuan-kemampuannya dan bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkan. kepercayaan diri merupakan bagian dari kepribadian manusia yang terbentuk ataupun berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial.58

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang

57

http://apriliafifi.blogspot.co.id/2012/12/ptk.html diakses pada tanggal 16 September 2016

58

(49)

dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Kepercayaan diri yang ada dalam diri setiap orang merupakan modal dasar untuk menghadapi hidup dan mencapai kesuksesan. Rasa percaya diri dapat juga diartikan sebagai keberanian dalam diri sehingga seseorang mampu melakukan sesuatu yang dia anggap benar.

Seorang siswa yang tidak punya rasa percaya diri, akan menghambat perkembangan prestasi intelektual, keterampilan dan kemandirian serta membuat siswa tersebut tidak cakap bersosialisasi (tidak pandai bergaul). Siswa tersebut tidak ada keberanian untuk mengaktualisasikan dirinya dilingkungan sosial. Ketidak percayaan diri membuat seseorang menjadi marah terhadap dirinya sendiri dan mengakibatkan terganggunya prestasi belajar. Sebagian besar siswa yang merasa gagal dengan prestasinya sulit untuk mengembangkan kepercayaan diri. Takut dengan tugas yang menantang, takut akan kegagalan, dan terbiasa dalam mengambil tugas yang tantangannya sedikit.

(50)

kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri.59 f. Kepuasan;

Menurut Hunt Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin

“satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan

atau membuat). Kepuasan dapat diartikan sebagai “upaya

pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”.60

Begitu juga menurut Oliver, kepuasan merupakan penilaian konsumen terhadap fitur-fitur produk atau jasa yang berhasil memberikan pemenuhan kebutuhan pada level yang menyenangkan baik itu di bawah maupun di atas harapan.61 Kepuasan belajar adalah cara seorang siswa merasakan apa yang dipelajari dapat bermanfaat bagi dirinya. Kepuasan merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap tugasnya yang didasarkan atas aspek-aspek tugasnya. Seorang siswa yang memperoleh kepuasan dari belajarnya akan mempertahankan prestasi belajarnya.62

59

Seto Mario, Positive Thinking vs Positive Attitude (Yogyakarta : Locus, 2011), h.32

60

Tjiptono, Fandy. et al. Pemasaran Strategik. (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), h. 43

61

Purwa Udiutomo. Analisa Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Program Smart Ekselensia Indonesia Tahun 2011. “Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa (Edisi I)”. h. 7

62

(51)

Dengan demikian kepuasan belajar merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditampilkan dalam sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman.63

Adapun Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang bersifat relatif, menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.64

Menurut Muhibbin Syah bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

63

Depdikbud, Kamus..., op.cit., h. 13.

64

(52)

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.65

Sedangkan, menurut HM. Arifin, belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menganggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajikan.66 Jadi suatu kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajikan guru merupakan suatu hasil dari pembelajaran.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan bahwa belajar menurut pengertian psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.67 Perubahan tingkah laku dalam memenuhi semua kebutuhan hidup seseorang merupakan hasil dari belajar

Kemudian Abdur Rachman Abror, menyimpulkan bahwa, belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku, kapasitas) yang relatif tetap. Perubahan ini pada pokoknya, membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

65

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 64.

66

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.172.

67

(53)

belajar. Dan perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha atau praktek yang disengaja atau diperkuat.68

Selain itu, Nana Sujana berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan di mana perubahan tersebut dapat menunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman setiap tingkah laku, kecakapan atau kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.69

Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan kontinyu pada seseorang hingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan, artinya perubahan yang senantiasa bertambah baik, baik itu keterampilannya, kemampuannya ataupun sikapnya sebagai hasil belajar.

Adapun pengertian hasil belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, hasil belajar adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha.70 Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui usaha (pengalaman dan latihan) dalam mempelajari pokok bahasan tertentu yang dialami atau dirancang. Keberhasilan dalam

68

Abdur Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogya: Tiara Wacana, 1993), h. 67.

69

Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), h. 28.

70

(54)

proses belajar pengajaran banyak dipengaruhi oleh variabel yang datang dari pribadi siswa sendiri, usaha guru dalam menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran, dan variable lingkungan sarana yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran.

Hasil belajar menurut Abdurrahman adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah malalui kegiatan belajar.71 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 72 Hasil belajar diperoleh dengan melakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan ketrampilan.

Berdasarkan pengertian hasil dan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil suatu proses aktifitas belajar yang membawa perubahan tingkah laku pada diri

71

Hamsah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan

(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), cet. XII, h. 14.

72

(55)

siswa tersebut (seseorang). Perubahan tersebut meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap, kemudian aspek-aspek tersebut dievaluasikan dan diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku raport.

Jadi seseorang dapat memperoleh hasil apabila telah melakukan proses belajar beberapa waktu dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Dengan kata lain bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa, melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.

Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

(56)

Hasil belajar merupakan hasil dari siswa setelah mengikuti pembelajaran, hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman pelajaran. Hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan atas pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajar, yang diperoleh melalui test, berupa penguasaan ilmu pengetahuan keterampilan sikap.73

Sedangkan menurut Machu bahwa hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur, prestasi belajar menunjukkan kepada individu sebagai sebab dalam arti bahwa individu adalah pelakunya. Hasil belajar adalah hasil dari siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman pelajaran. Hasil belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standar berbentuk baik berdasarkan kelompok atau norma yang telah ditetapkan, hasil belajar menunjukkan pula pada hasil kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sadar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini ialah hasil kemajuan yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan hasil evaluasi belajar dalam bentuk nilai angka yang tercantum dalam buku nilai atau buku laporan pendidikan.

Hasil belajar diperoleh dari hasil tes yang dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran yang diperoleh setelah siswa mengikuti

73

(57)

pelajaran, dan hasil evaluasi diperoleh dengan menggunakan penilaian acuan patokan. Hasil yang dimaksud yaitu terdiri dari klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.2

Skala Penilaian Hasil Belajar SKALA PENILAIAN KRITERIA

3.50–4.00 Sangat baik 2.67- 3.40 Baik

2.00–2.66 Cukup 0–1.00 Kurang

Sumber Data: Dokumen MAN Model Manado 2015

Hasil belajar sendiri merupakan kemampuan-kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor yang diperoleh individu melalui interaksinya dengan lingkungan, baik yang diperoleh melalui lembaga pendidikan maupun pengalaman hidup pada umumnya. Dan bagi seseorang hasil belajar ialah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

(58)

dianggap berhasil apabila standar kompetensi belajar dapat tercapai.74 Untuk mengetahui tercapai tidaknya standar kompetensi belajar, pendidik perlu mengadakan tes setiap selesai menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai standar yang ingin dicapai. Fungsi penilaian tersebut ialah untuk memberikan umpan balik kepada pendidik dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil

Indikator dalam keberhasilan yaitu sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil yaitu:

a. Daya serap terhadap pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam standar kompetensi telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.75

Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu: a. Istimewa/maksimal

74

Ibid., h. 5

75

(59)

b. Baik sekali/optimal c. Baik/minimal d. Kurang

Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan kepada siswa. Sedangkan dalam ruang lingkup luas evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan (dengan seluruh komponen yang yang terlibat di dalamnya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. 76

1. Penilaian hasil belajar

Kegiatan terakhir dari proses pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi atau penilaian terhadap sejauh mana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan. Hal ini juga penting sebagai umpan balik dalam melihat tujuan, pengenalan siswa maupun prosedur pembelajaran. 77

Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki oleh siswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evalusai. Evaluasi pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan tujuan, ini bisa bisa dicapai jika ada tindak lanjut dari kegiatan evaluasi.

76

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:, Ciputat Pers, 2002), h. 77

77

(60)

Evaluasi akan memberikan informasi tingkat pencapaian belajar siswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan diperoleh informasi tentang kesulitan belajar siswa, yaitu konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagai an besar siswa. Informasi inilah yang harus digunakan pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar, berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:

Pertama, adalah tes formatif yaitu penilaian yang digunakan dalam

mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap satuan bahasan tersebut. Dalam hasil tes tersebut digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam memperbaiki proses belajar mengajar.78

Kedua, adalah tes subsumatif yaitu penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahasan yang telah diajarkan pada waktu tertentu. Dengan tujuan untuk memperoleh gambaran daya

78

(61)

serap, dan juga untuk menetapkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasilnya diperhitungkan untuk menentukan nilai raport. 79

Ketiga adalah tes sumatif yaitu penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Dengan tujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu.

2. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Siswa Dalam Belajar

Tingkat intelegensi siswa memang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama, ada faktor-faktor lain yang mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slameto bahwa hasil belajar siswa tidak semata-mata dinyatakan oleh tingkat kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain.80

Linda Wahyudi mengatakan bila anak menampilkan hasil yang buruk di sekolah, sebaiknya jangan terlampau cepat mengambil kesimpulan bahwa ia adalah anak yang bodoh. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi anak.

79

Ibid., h. 9

80

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi kelompok JIGSAW
Tabel 2.2
Gambar I : Kerangka Berfikir : “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil belajar Fiqh Melalui Metode Pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas X MAN Model Manado”

Referensi

Dokumen terkait

Sumber-sumber Penerimaan Keuangan Daerah : adalah sumber pemasukan keuangan daerah sebagaimana yang diatur dalam peraturan dan perundang-undangan, diantaranya

Penelitian struktur komunitas mangrove di daerah Wonorejo Pantai Timur Surabaya bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, jenis dan pola zonasi mangrove di daerah Wonorejo

Parfum Laundry Kota Tanjung Balai HUB: 081‐3333‐00‐665 ﴾WA,TELP,SMS﴿ Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik?. Jual

Secara teoritik mencoba menerapkan teori model transportasi dengan metode Least – Cost dan Stepping Stone yang digunakan sebagai alat untuk meminimalisasi total biaya

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan putusan hakim adalah pernyataan hakim sebagai pejabat negara yang dinyatakan pada sidang terbuka umum yang berupa

Diana  Karitas  dan  Fransiska,  2017.  Panas  dan  Perpindahannya  Jakarta:  Penerbit  Pusat  Perbukuan  Balitbang  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan 

Sebelum baja beton pratekan dan baja tulangan dirakit dengan cara dijepit dan di ikat pada kedudukan yang tepat, harus dibersihkan terlebih dahulu dari lapisan