• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar terus menerus untuk mendalami Al-Qur’an memang tidak mengenal batas umur. Meskipun demikian, jika proses mempelajari Al- Qur’an telah dimulai sejak dini, niscaya akan menghasilkan penguasaan yang lebih baik terhadap Al-Qur’an. Usia anak-anak sekolah SD menjadi usia ideal untuk membelajarkan Al-Qur’an. Langkah awal untuk dapat memahami kandungan Al-Qur’an adalah dengan terampil untuk membacanya dengan baik dan benar. Dalam penelitian ini akan mempelajari berbagai hal berkenaan dengan proses pembelajaran membaca Al-Qur’an. Dalam kegiatan pembelajaran pertama, akan memperoleh informasi mengenai tujuan pembelajaran membaca Al- Qur’an sekaligus akan dipandu untuk mengetahui rumusan indicator pembelajaran membaca Al-Qur’an. Selanjurnya, pada kegiatan pembelajaran kedua, akan dibimbing dan diberikan alternatif desain pembelajaran membaca Al-Qur’an. Mulai dari desain pembelajaran mengidentifikasi dan membaca huruf-huruf hijaiyah sampai dengan desain pembelajaran membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Dalam kegiatan belajar ini juga dilengkapi dengan cara evaluasi pembelajaran membaca Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian, setelah mempelajari 1 ini diharapkan dapat:

1. menjelaskan tujuan pembelajaran membaca Al-Qur’an.

2. menjelaskan rumusan indikator pembelajaran membaca Al-

Qur’an.

3. merumuskan desain pembelajaran membaca Al-Qur’an

4. menjelaskan proses evaluasi pembelajaran membaca Al-Qur’an.

Ketika seorang guru berdiri di depan kelas untuk mengajarkan Al-Qur’an, yang keduanya dinarasikan dalam bahasa Arab, maka peserta didik akan dibawa dan didik olehnya yang pertama kali adalah melafalkan bunyi bahasa. Mereka mendengarkan dan mengucapkan kata, kalimat pendek yang mudah diucapkan hingga kalimat panjang yang lebih rumit. Guru mencontohkan melafalkan ayat-ayat dari suatu surat (Al Fatikhah) yang dilakukan sepenggal-sepenggal untuk kemudian ditirukan oleh murid. Proses ini dilakukan sampai murid benar-benar menguasai dan melakukan tanpa kesalahan. Berikut ini model pembelajaran melafalkan yang dapat dilakukan:

1. Dalam pembelajaran melafalkan, guru dapat mempergunakan metode ceramah dan metode langsung, yang dipergunakan sekaligus. Metode ini ditindaklanjuti dengan menggunakan teknik drill and practice. 2. Metode ceramah dipergunakan untuk menyampaikan pengetahuan

mengenai arti penting Al-Qur’an dan Hadits bagi umat Islam, sehingga terampil dalam melafalkannya merupakan hal yang wajib untuk dikuasai. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang

harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.

3. Metode Card Sort, guru dapat mempersiapkan kertas karton yang ditulis surat atau hadits yang akan diajarkan melafalkannya, penulisan dilakukan dalam bentuk teks arabnya yang disertai dengan tulisan cara melafalkannya dalam bahasa latin (transliterasi). Guru dapat memanfaatkan teknik pewarnaan yang berbeda dalam menuliskannya. Seperti warna hitam untuk teks arab dan warna hijau untuk teks transliterasinya.. Selain itu, guru dapat mempersiapkan kartu-kartu yang bertuliskan huruf-huruf hijaiyah. Guru juga mempersiapkan bentangan plastik/triplek yang berisi kolom-kolom yang berjumlah sesuai dengan jumlah huruf hijaiyah, yang pada bagian bawah setiap kolom diberi pengucapan huruf hijaiyah dalam bentuk transliterasi. Jika tidak bisa menggunakan plastik/triplek, dapat diganti dengan menggunakan papan tulis. Persiapkan juga alat perekat yakni isolasi/solasiban.

Terampil dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits menjadi kemampuan paling dasar yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah awal untuk lebih mendalami Al-Qur’an adalah dengan cara mampu membacanya dengan baik dan benar. Selain itu dengan membaca Al- Qur’an saja sudah dinilai ibadah. Dengan demikian bagi kaum Muslimin, membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar mempunyai nilai keagamaan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Al-Qur’an sebagai Kitab Suci yang dibaca mempunyai peran sentral dalam kehidupan kaum Muslimin.

Sejalan dengan proses pelembagaan pengajaran Al-Qur’an (setelah proses unifikasi bacaan Al-Qur’an), berkembang ilmu spesifik pembacaan Al-Qur’an yang dikenal sebagai mata pelajaran BTQ (Baca Tulis Al- Qur’an). Pembelajaran membaca Al-Qur’an bertujuan:

L Aspek Pengetahuan (knowing)

Dalam hal ini murid memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan membaca ALQur’an. Diawali dengan pengetahuan mengenai kewajiban seorang muslim untuk menguasai keterampilan membaca Al-Qur’an. Karena langkah awal untuk memahami Al-Qur’an adalah dengan cara mampu untuk membacanya. Selain itu murid juga mengetahui bahwa dengan mampu membaca Al-Qur’an menjadi pintu pertama untuk menghafalkannya, karena hafalan Al-Qur’an dengan bacaan C. M ata Pelajaran Baca Tulis Al-qur’an

ibadah. Setelah peserta didik memiliki pengetahuan mengenai pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an, kondisi ini dilanjutkan dengan memberikan pengetahuan bahwa Al-Qur’an itu dinarasikan dalam bahasa Arab yang memiliki norma, kaidah, dan aturanaturan tersendiri dalam membacanya. Misalnya yang paling dasar adalah membaca Al-Qur’an dan Hadits dimulai dari arah sebelah kanan ke kiri. Pada tahap selanjutnya, guru juga perlu memberikan pengetahuan bahwa ilmu tajwid adalah bagian dari cabang ilmu yang dapat membantu seseorang untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Tentu saja dalam penyampaiannya harus dengan cara bertahap. Untuk ilmu tajwid saja tidak semua cabangnya diberikan kepada siswa. Dengan demikian dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru untuk mengarahkan danmendidik siswanya. Karena pada aspek knowing ini guru harus benar-benar yakin bahwa semua murid telah mengetahui apa yang telah dipelajarinya. Untuk mencapai tujuan ini, guru dapat memilih metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Sebagai tinuak lanjut apakah murid telah memahami dan mengetahui arti penting kemampuan membaca Al-Qur’an dan ilmu tajwid sebagai alat bantu dalam membaca Al-Qur’an sebagaimana yang telah disampaikan, guru dapat menyelenggarakan tanya jawab dengan murid- murid, dapat diawali dengan bertanya kepada seluruh murid satu kelas, lalu dilanjutkan mempertanyakan kepada satu per satu setiap murid. Jika

2. Aspek Pelaksanaan {doing)

Dalam hal ini, pelaksanaan yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam membaca ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam Juz Amma yang menjadi materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan ini metode yang dapat digunakan misalnya adalah demonstrasi. Sebagai langkah awal, terutama pada kelas satu SD, guru memberikan contoh cara melafalkan ayat-ayat dari surat-surat tertentu untuk kemudian diikuti oleh siswa satu kelas. Guru dapat menyediakan karton yang bertuliskan ayat-ayat dari suatu surat yang akan dilafalkan yang dilengkapi cara bacanya dalam huruf latin. Guru juga dapat memutarkan kaset. Setelah para siswa satu kelas dirasa mampu melafalkan secara bersama-sama, guru dapat melakukan pengujian dengan menilai pelafalan siswa satu per satu. Apabila guru telah yakin seluruh siswa telah mampu untuk melafalkan, bahkan pada tahap lebih tinggi murid memang telah mampu dan terampil membaca dari teks arabnya dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, terhadap ayat-ayat dari suratsurat tertentu yang telah diajarkan, maka tujuan aspek doing telah tercapai.

membaca Al-Fatihah. Terlebih lagi setiap melaksanakan shalat, maka ia wajib untuk membaca Al-Fatihah. Bahkan dalam berbagai kesempatan ia gemar untuk membaca Al-Fatihah. Hal yang sama juga terjadi pada surat- surat lain yang telah dipelajarinya. Inilah tujuan pengajaran aspek being. Pembelajaran untuk mencapai being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar murid melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjaga agar pelafalan dan pembacaan murid terhadap surat-surat tetap baik, maka perlu untuk melakukan pembiasaan. Proses pembiasaan dilakukan agar siswa benar- benar menguasai dan terampil dalam melafalkan dan membaca suratsurat yang menjadi materi pelajaran. Beberapa teknik yang dapat dilakukan misalnya:

a. Membaca Al-Qur’an berjamaah

Langkah pembiasaan untuk melatih keterampilan melafalkan dan membaca surat tertentu dalam Juz Amma ini adalah dengan melafalkan, bahkan untuk tahap yang lebih tinggi dengan membaca teksnya yang herhflhflSfl A rah torhaHan A l-O n r’ar» c a po m u ,

D. M etode C ard Sort dalam P em belajaran BTQ

Metode Card Sort ialah kartu yang mana padanya tertulis kata atau kalimat. Card ( kartu ) tersebut diberikan kepada siswa berbentuk ayat pertama, kedua, ketiga, sampai selesai dan murid diharuskan untuk membacanya dengan maksud untuk membiasakan mata pembaca dalam menangkap suatu bacaan yang banyak.

Metode Card Sort dalam pembelajaran BTQ adalah penggunaan kartu dalam pembelajaran yaitu dengan memuliskan huruf-huruf Hijayah ataupun ayat-ayat pendek pada selebar kertas atau tripleks (seperti sebuah kartu). Hal ini digunakan sebagai alat bantu siswa untuk menghafal atau melafalkan sebuah ayat.Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu:

1). Tahap persiapan

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini merumuskan tujuan yang jelas menjadi langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru. Tujuan dari pembelajaran ini adalah murid mengetahui arti penting

Al-Qur’an dan Hadits bagi umat Islam. Lebih khusus siswa diberi pengetahuan mengenai beberapa aspek mengenai surat yang akan

diajarkan, misal arti dari nama surat, jumlah ayat, tempat diturunkannya, kapan waktu membaca surat tersebut dan sebagainya. sehingga terampil

dalam melafalkannya merupakan hal yang wajib untuk dikuasai. Dem ikian halnva iuea hadits siswa ditv»ri n<»noptiian mf*n<w»r»oi harUtc

b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, maka guru harus menentukan pokok-pokok meteri yang akan disampaikan. Harus diperhatikan pula bahwa keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung kepada tingkat penguasaan guru terhadap materi yang akan disampaikan dan teknik yang menarik dalam menyampaikannya. Sehingga guru juga perlu mempersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk mempeijelas informasi yang akan disampaikan.

c. Mempersiapkan alat bantu. Dalam hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran mengenalkan Al-Qur’an dan terampil melafalkannya menjadi kewajiban, maka yang paling mendasar adalah guru membawa dan memperlihatkan kitab suci Al-Qur’an, Hadits atau Juz Amma.

2). Tahap pelaksanaan

Dalam tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan a. Langkah pembukaan

(1) Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Apersepsi dapat diisi dengan melafalkan secara bersama-sama surat-surat juz’amma dan hadits- hadits yang telah diajarkan.

b. Langkah penyajian

(1) Gunakan bahasa komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.

(2) Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah dipahami oleh siswa.

(3) Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa. Kontak mata menjadi isyarat dari guru agar siswa mau memperhatikan. (4) Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. I. Langkah mengakhiri

(1) Membimbing siswa untuk dapat memahami dan mengingat

materi pelajaran yang baru disampaikan.

(2) Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa

menguasai materi pembelajaran yang baru disampaikan. Untuk tahap awal dapat dilakukan dengan tanya jawab. Metode langsung dan teknik drill and practice dilakukan setelah penyajian hal ihwal materi pelajaran mengenai surat dan hadits yang diajarkan dengan metode ceramah, seperti yang diuraikan di atas. Metode langsung dan teknik drill and practice menitikberatkan pada teknis mengajarkan cara melafalkan surat dan hadits yang menjadi materi

and practice bertujuan untuk melatih siswa melafalkan surat dan hadits untuk kemudian mempraktekkannya sampai siswa benar-benar menguasai tanpa ada kesalahan.

BAB m

Dokumen terkait