• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pembuatan

yaitu VCO, Tween 80, dan PEG 400 dengan menggunakan mixer di dalam mangkuk plastik selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan zat aktif KAD ke dalam campuran dan dicampur kembali selama 30 menit. Aquadest sebagai fase air ditambahkan ke dalam campuran dan dilakukan pencampuran kembali selama 30 menit.

3. Evaluasi sifat fisik sediaan nanokrim KAD

a. Uji organoleptis. Pengamatan secara visual terhadap bau, warna, bentuk atau konsistensi, dan ada tidaknya pemisahan fase sediaan nanokrim. b. Uji homogenitas. Sediaan nanokrim diletakkan di atas gelas objek,

kemudian ditutup dengan penutup lalu diamati homogenitas dari dispersi partikelnya.

c. Uji pH. Pengukuran pH sediaan nanokrim menggunakan pH meter, dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam nanokrim dan hasil pH akan langsung muncul pada layar setelah beberapa saat. Alat pH meter harus terkalibrasi secara berkala sesuai dengan indikator kebutuhan kalibrasi yang tertera pada layar pH meter. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan buffer standar dengan pH 4 dan pH 7, pH meter harus bisa menunjukkan nilai pH yang benar sesuai dengan nilai pH buffer. Elektroda dicuci dengan aquadest setiap kali digunakan.

d. Uji tipe nanokrim. Uji dilakukan dengan mendispersikan nanokrim ke dalam fase air (1:100) dan juga ke dalam fase minyak (1:100). Nanokrim yang dapat terdispersi sempurna dalam fase air (aquadest) menunjukkan tipe nanokrim O/W, dan jika nanokrim dapat terdispersi sempurna dalam fase minyak (VCO) menunjukkan tipe nanokrim W/O.

e. Uji ukuran droplet. Pengujian ukuran dropletnanokrim dilakukan dengan menggunakan PSA tipe dinamic light scattering. Pengujian dimulai dengan mengencerkan sampel sampai 1000 kali menggunakan akuabides, kemudian sampel dimasukkan ke dalam kuvet kaca dan diletakkan ke dalam alat PSA. Alat PSA akan bekerja dengan menembak droplet dengan sinar pada sudut 90°, droplet akan menghamburkan sinar dan hamburan sinar akan terbaca sebagai ukuran droplet pada program Horiba SZ-100.

f. Uji viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer Merlin VR dengan sistem co-axial cylinders. Sediaan nanokrim diisi ke dalam tabung co-axial cylinders sampai setengah penuh, kemudian silinder bagian atas dari co-axial cylinders diturunkan dan diukur viskositasnya pada rentang kecepatan 1-250 rpm. Hasil nilai viskositas langsung terbaca dengan menggunakan program Rheosys micra.

g. Uji daya sebar. Sediaan nanokrim ditimbang sebanyak 1 gram, diletakkan di atas kaca ekstensometer dengan alas millimeter block pada bagian tengah dan ditutup selama 1 menit dengan penutup kaca dan beban sebesar 125 gram. Diameter sebaran sediaan diukur dengan mengambil panjang dari empat sisi lingkaran sebaran dan dirata-rata.

h. Uji daya lekat. Sediaan nanokrim ditimbang sebanyak 0,03 gram, diletakkan pada gelas objek dan ditambahkan beban sebesar 1 kg selama 60 detik. Setelah itu beban diturunkan, dan gelas objek ditarik dengan beban anak timbang seberat 80 gram. Waktu yang dibutuhkan gelas objek sampai saling lepas dicatat.

i. Perhitungan rasio pemisahan fase. Uji rasio pemisahan fase dilakukan jika terjadi pemisahan fase emulsi pada nanokrim. Uji rasio pemisahan fase dihitung dengan membandingkan volume emulsi yang memisah dengan volume total emulsi.

4. Evaluasi stabilitas fisik sediaan nanokrim

Evaluasi dilakukan dengan melihat parameter sifat fisik sediaan yang telah melalui uji stabilitas dipercepat yaitu sediaan yang disimpan pada suhu 40 ± 2°C dengan RH sebesar 75 ± 5% selama satu bulan atau 30 hari dengan menggunakan climatic chamber. Apabila sampel tidak mengalami pemisahan fase emulsi, maka selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik terhadap nanokrim setelah penyimpanan.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data sifat fisik nanokrim KAD yang meliputi sifat organoleptis, homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat dari nanokrim baik sebelum maupun setelah dilakukan penyimpanan (accelerated testing). Jika setelah masa penyimpanan tidak ada pemisahan fase yang muncul pada nanokrim, maka

dilakukan kembali uji sifat fisik nanokrim. Uji statistik data menggunakan aplikasi program R 3.2.2. Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan melihat nilai p (p-value) dengan tingkat kepercayaan 95%. Data yang terdistribusi normal akan diolah dengan uji T, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal akan diolah dengan uji Wilcoxon untuk mendapatkan p-value. Jika p-value kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai yang bermakna setelah sampel mengalami penyimpanan atau dapat dikatakan nanokrim mengalami ketidakstabilan.

Jika selama masa penyimpanan terjadi pemisahan fase sebagai bentuk ketidakstabilan, maka tidak dilakukan uji sifat fisik tetapi dilakukan perhitungan rasio pemisahan fase dengan menghitung rasio volume nanokrim yang memisah dibandingkan volume total nanokrim.

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pembuatan

Nanokrim KAD dibuat dengan menggunakan metode emulsifikasi energi tinggi high-shear stirring karena dibuat dengan menggunakan mixer yang memiliki sistem rotor-stator. Tata cara pembuatan nanokrim mengacu pada pembuatan nanokrim piroksikam yang telah dilakukan oleh Abdulkarim et al., pada tahun 2010 dengan perbedaan pada bahan, zat aktif, dan jenis alat yang digunakan, tetapi alat yang digunakan sama-sama bersistem rotor-stator. Nanokrim KAD telah dibuat oleh Al-Edresi dan Baie (2010) dengan menggunakan metode energi rendah (EIP) dengan menggunakan alat pengaduk magnetik termodifikasi dengan elektroda dan dihasilkan nanokrim KAD dengan ukuran droplet sebesar < 350 nm.

Perbedaan antara metode energi tinggi dengan metode energi rendah terletak pada energi yang dibutuhkan untuk pembuatan serta pada titik kritis yang menentukan keberhasilan dalam membuat droplet berukuran nano. Metode energi tinggi memerlukan energi yang lebih tinggi dibandingkan metode energi rendah, karena pada metode ini energi berpengaruh langsung terhadap proses pembentukan droplet, atau dapat dikatakan energi berperan sebagai pembentuk droplet sehingga terbentuk suatu nanoemulsi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil droplet pada metode energi tinggi adalah jumlah surfaktan, karena surfaktan merupakan bahan yang dapat menurunkan tegangan muka antar fase sehingga fase minyak dapat terdispersi dalam fase air dan menjadi suatu nanoemulsi.

Pada pembuatan nanoemulsi energi rendah, tidak diperlukan energi sebesar metode energi tinggi karena proses pembentukan droplet tidak dipengaruhi oleh besarnya energi, tetapi bergantung pada perubahan komposisi bahan dan suhu pada saat pembuatan. Nanokrim KAD pada penelitian Al-Edresi dan Baie (2010) dilakukan dengan menggunakan energi rendah EIP, di mana faktor kritis pembentukan droplet terletak pada perubahan nilai HLB yang disebabkan oleh berubahnya jumlah air pada campuran bahan. Oleh karena itu, pembuatan nanoemulsi yang dilakukan Al-Edresi dan Baie (2010) dilakukan dengan menggunakan pengaduk magnetik yang telah termodifikasi dengan elektroda agar dapat mengetahui titik terjadinya perubahan fase emulsi dari W/O menjadi O/W. Sedangkan pada nanokrim KAD yang dibuat dalam penelitian ini, dibuat dengan menggunakan metode energi tinggi high-shear stirring dengan alat mixer. Droplet berukuran nano terbentuk dari adanya proses pencampuran (mixing) yang dilakukan oleh mixer.

Nanokrim KAD dibuat dengan menggunakan surfaktan dan kosurfaktan. Penambahan kosurfaktan dilakukan agar dapat menurunkan jumlah surfaktan yang digunakan karena kosurfaktan dapat menurunkan tegangan muka antar fase lebih lanjut dan memfluidisasi lapisan film surfaktan, atau dengan kata lain kosurfaktan dapat membantu kerja surfaktan dalam menurunkan tegangan antar fase. Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan PEG 400 yang memiliki nilai HLB sebesar 15 dan 13,1 dengan perbandingan 8 : 2 dalam konsentrasi 38%, dan memiliki nilai HLB gabungan sebesar 14,62 (lampiran 2). Nilai HLB yang digunakan dalam pembuatan nanokrim KAD sudah sesuai dengan nilai HLB yang

diperlukan dalam membuat suatu nanoemulsi menggunakan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400, dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Suciati et al., (2010) yang membuat nanoemulsi yang stabil dengan menggunakan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan nilai HLB gabungan sebesar 14,37.

Nanokrim KAD yang dibuat dalam penelitian ini memiliki ukuran droplet sebesar 270,21 nm. Ukuran droplet nanokrim KAD memenuhi kriteria ukuran droplet sediaan nanokrim yaitu sebesar 20-500 nm. Hal ini menunjukkan bahwa nanokrim KAD dapat dibuat baik dengan menggunakan metode energi tinggi high-shear stirring dengan alat mixer maupun dengan metode energi rendah EIP menggunakan alat pengaduk magnetik yang telah termodifikasi elektroda.

Dokumen terkait