• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Sifat Fisik Nanokrim

Sediaan dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria sifat fisik dan mampu mempertahankannya selama masa penyimpanan (stabil). Pengujian sifat fisik yang dilakukan meliputi sifat organoleptis, homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat nanokrim.

1. Uji organoleptis, homogenitas, dan pH

Uji organoleptis yang dilakukan meliputi pengamatan fisik terhadap bau, warna, dan bentuk nanokrim. Uji organoleptis penting untuk dilakukan karena terkait dengan estetika produk dan penerimaan produk oleh konsumen. Uji organoleptis dapat mengamati secara langsung bentuk ketidakstabilan emulsi yang terjadi seperti pemisahan fase, perubahan bau dan warna. Hasil uji organoleptis, homogenitas, dan pH terdapat dalam tabel III.

Tabel III. Data organoleptis, homogenitas, dan pH nanokrim

Parameter Hasil

Bau Khas kelapa Warna Putih kekuningan Bentuk Emulsi kental Pemisahan fase Tidak ada

Homogenitas Homogen pH (x̄ ± SD) 7,19 ± 0,07

Hasil uji organoleptis terhadap nanokrim KAD menunjukkan bahwa nanokrim memiliki bau khas kelapa yang berasal dari VCO yang merupakan fase minyak dari nanokrim, berwarna putih kekuningan, berbentuk emulsi kental, dan tidak terdapat pemisahan fase emulsi.

Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa semua bahan dalam nanokrim telah tercampur secara homogen sehingga terjadi keseragaman dosis saat digunakan. Pengukuran uji homogenitas didasarkan pada pengamatan secara visual terhadap distribusi partikel. Hasil dari pengamatan uji homogenitas nanokrim KAD menunjukkan bahwa nanokrim yang dibuat telah homogen, karena memiliki partikel yang terdistribusi secara merata, serta tidak mengalami penggumpalan.

Sebagai sediaan topikal, nanokrim sebaiknya memiliki pH yang sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5 hingga 7 untuk mencegah terjadinya iritasi kulit yang timbul akibat perbedaaan pH. Nanokrim KAD yang dibuat memiliki pH sebesar 7,19 yaitu sudah sesuai dengan pH kulit.

2. Uji tipe nanokrim

Uji tipe nanokrim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi nanokrim. Hasil dari pengujian tipe nanokrim menunjukkan bahwa nanokrim yang

dihasilkan memiliki tipe O/W karena nanokrim dapat terdispersi sempurna dalam air, tetapi tidak larut di dalam minyak (gambar 9). Tipe nanokrim O/W merupakan tipe nanokrim yang diinginkan, karena dalam tipe ini fase minyak VCO yang mengandung KAD terdispersi menjadi droplet berukuran nano.

Gambar 9. Hasil pengujian tipe nanokrim, (a) didispersikan dalam aquadest, (b) didispersikan dalam VCO

Penentuan tipe nanokrim yang diperoleh diperkuat dengan perhitungan nilai HLB sediaan. Nanokrim KAD memiliki nilai HLB sebesar 14,62. Sediaan dengan nilai HLB > 7 akan cenderung membentuk tipe emulsi O/W, sehingga berdasarkan perhitungan nilai HLB maka tipe nanokrim yang dibuat akan memiliki tipe emulsi O/W.

3. Uji ukuran droplet

Tujuan dari pengujian ukuran droplet adalah untuk mengetahui ukuran droplet nanokrim KAD. Hasil pengujian ukuran droplet (lampiran 6) menunjukkan bahwa ukuran droplet nanokrim KAD memenuhi kriteria sediaan

nanokrim, karena masuk dalam rentang diameter 20-500 nm yang tertera dalam tabel IV.

Tabel IV. Data hasil uji ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat nanokrim Uji Hasil Ukuran droplet (x̄ ± SD) 270,21 ± 66 nm Viskositas (287 rpm) (x̄ ± SD) 4850,96 ± 730,28 dPa.s Daya sebar (x̄ ± SD) 5,98 ± 0,13 cm Daya lekat (x̄ ± SD) 1,08 ± 0,34 detik

Gambar 10. Grafik hasil pengukuran droplet

Grafik hasil pengukuran droplet nanokrim KAD (gambar10) menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki beberapa ukuran droplet atau memiliki bentuk polidispers. Ukuran droplet yang dimiliki nanokrim KAD bervariasi antara 151,57 nm sampai 454,69 nm, sehingga dihasilkan peak yang lebar dengan nilai deviasi baku (SD) yang tinggi. SD merupakan indeks nomor yang mengindikasikan rata-rata variabilitas nilai. Dengan kata lain, standar deviasi menjelaskan jarak, rata-rata nilai dari mean (Hamdi and Bahruddin, 2015). Semakin besar jarak antara nilai terhadap mean, semakin besar pula nilai SD. Sediaan nanokrim yang baik memiliki ukuran droplet yang seragam

(monodispers). Ukuran droplet yang seragam dapat mencegah terjadinya bentuk ketidakstabilan Ostwald ripening.

Distribusi ukuran droplet polidispers dapat disebabkan karena metode pembuatan nanokrim yang tidak optimum (Anonim, 2014). Nanoemulsi yang dibuat dengan melakukan pengulangan siklus pembuatan sebanyak lebih dari lima kali dapat menghasilkan sediaan yang memiliki stabilitas tinggi (Affandi, Julianto, and Majeed, 2011). Nanokrim KAD tidak dibuat dengan melakukan pengulangan siklus, hal ini diduga menjadi penyebab ukuran droplet yang tidak seragam dan merata. Penyebab lainnya terletak pada proses pengenceran yang dilakukan saat analisis menggunakan PSA dynamic light scattering. Dalam beberapa kasus, pengenceran dapat mengubah keadaan droplet dan mempengaruhi distribusi ukuran droplet (Anonim, 2014).

4. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui viskositas sediaan nanokrim KAD. Hasil uji viskositas nanokrim (lampiran 7) yang dilakukan pada kecepatan 287 rpm tertera dalam tabel IV.

Gambar 11. Grafik rheologi nanokrim KAD

Grafik rheologi nanokrim KAD (gambar 11) menunjukkan bahwa sifat rheologi yang dimiliki nanokrim KAD mengikuti aliran non-Newtonian tipe pseudoplastik. Peningkatan shear stress pada pseudoplastik akan membuat rate of shear meningkat, sehingga bahan dengan tipe ini juga sering disebut shear-thinning system. Dengan kata lain, peningkatan shear rate akan membuat terjadinya penurunan viskositas nanokrim. Hasil sifat rheologi yang dimiliki nanokrim sudah sesuai dengan sifat rheologi yang dimiliki sediaan krim yaitu bersifat pseudoplastik (Norton, Spyropoulos, and Cox, 2010).

Pada grafik rheologi (gambar 11) terlihat bahwa terdapat perbedaan pada data nilai viskositas pada titik pertama yang dimiliki data R3. Data R3 memiliki nilai viskositas titik pertama yang lebih rendah dari nilai viskositas titik kedua, sehingga menunjukkan sifat yang tidak sesuai dengan tipe pseudoplastik. Hal ini diduga disebabkan karena terdapat rongga pada co-axial cylinders dengan tabung pada tahap pemutaran pertama, tetapi pada saat tahap

pemutaran yang kedua rongga telah hilang sehingga hasil viskositas yang dihasilkan sudah menunjukkan rheologi dengan tipe pseudoplastik.

5. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kelunakan nanokrim saat digunakan. Nanokrim yang lunak akan dapat menyebar dengan baik di kulit. Hasil uji daya sebar (tabel IV) menunjukkan sediaan nanokrim KAD memiliki daya sebar yang baik, karena sesuai dengan kriteria daya sebar krim yaitu berdiameter kurang dari 5 cm hingga 7 cm. Daya sebar nanokrim KAD memiliki diameter lebih dari 5 cm, tetapi kurang dari 7 cm yang menunjukkan bahwa nanokrim yang dihasilkan memiliki tipe semifluid krim.

Nilai daya sebar berbanding terbalik dengan nilai viskositas. Pada penelitian ini, nilai daya sebar yang dimiliki nanokrim adalah sebesar 5,98 cm dengan viskositas pada kecepatan 287 rpm sebesar 4850,96 dPa.s.

6. Uji daya lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan kenyamanan saat penggunaan nanokrim. Hasil uji daya lekat (tabel IV) menunjukkan bahwa nanokrim KAD memiliki daya lekat yang baik, karena memiliki waktu daya lekat kurang dari 4 detik (Syamsuni, 2006).

Nilai daya lekat berbanding lurus dengan nilai viskositas, semakin besar daya lekat menandakan viskositas yang semakin tinggi (Prasad et al., 2012). Nilai daya lekat yang dimiliki nanokrim KAD adalah sebesar 1,08 detik dengan viskositas pada kecepatan 287 rpm sebesar 4850,96 dPa.s.

Dokumen terkait