a. Pengertian Metode Penanaman Nilai Keteladanan
Penanaman nilai merupakan pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan dari penanaman nilai ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa, berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.43
Sedangkan keteladanan dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, ”Keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu perbuatan yang patut
ditiru dan dicontoh.44 Jadi keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau
dicontoh. Kata keteladanan dalam bahasa arab diungkapkan dengan kata u>s}wa>h} dan qudwah}, berarti pengobatan dan perbaikan. Sedangkan menurut 41 Ibid., 71. 42 Ibid., 73. 43 Ibid., 61. 44
Al-Ashfahani, al-u>s}wa>h} dan al-i>s}wa>h} sebagaimana kata al-qu>dwah} dan al-qi>dwah} berarti suatu keadaan ketika seorang manusia yang mengikuti manusia lain, terlepas yang diikuti itu dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan atau
kemurtda>n. Menurut Ibn Zakaria mendefinisikan, bahwa u>s}wa>h berarti qu>dwah
yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti. Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain.45
Metode Penananaman nilai keteladanan adalah merupakan metode yang lebih efektif dan efisien dalam penanaman nilai-nilai keislaman kepada peserta didik terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah, yang
pada umumnya cenderung meneladani dan meniru guru.46
Keteladanan sangat efektif untuk Internalisasi, karena murid secara
psikologis senang meniru, dan karena sanksi-sanksi sosial, yaitu seseorang akan merasa bersalah bila ia tidak meniru orang-orang di sekitarnya. Dalam islam bahwa peneladanan ini sangat diistemawakan dengan menyebut bahwa
nabi itu teladan yang baik u>s}wah} h}as}anah}.47
Oleh karena itu Allah SWT. mengutus Nabi Muhammad SAW. agar menjadi teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan sistem
45
Ibid., 117.
46
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 265.
47
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 230.
pendidikan Islam tersebut. Dengan kepribadian, sifat tingkah laku dan pergaulannya bersama manusia, Rasulullah SAW, benar-benar merupakan interpretasi praktis yang manusiawi dalam menghidupkan h}aki>kat, ajaran,
‘adab, dan tash}ri Al-Quran, yang melandasi perbuatan pendidikan Islam serta
penerapan metode pendidikan Qurani yang terdapat di dalam ajaran tersebut.48
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di
dalam moral, spritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh
terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau
perbuatan, baik material atau spritual, diketahui atau tidak diketahui.49 Oleh
karena itu, guru perlu memberikan keteladanan yang baik kepada peserta didik agar dalam proses penanaman nilai-nilai karakter Islami menjadi lebih
efektif dan efisien.50
b. Tahap-tahap Penanaman Nilai Keteladanan
Pendekatan Internalisasi ini merupakan teknik penanaman nilai yang
sasarannya sampai pada tahap kepemilikan nilai yang menyatu ke dalam
48
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, 291.
49
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Semarang: Asy Syifa, 1981), 2.
50
kepribadian siswa, atau sampai pada tahap karakterisasi atau mewatak.
Tahap-tahap dari teknik internalisasi ini adalah:51
1) Tahap transformasi nilai: pada tahap ini guru sekedar menginformasikan
nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang
semata-mata merupakan komunikasi verbal.
2) Tahap tranksaksi nilai, dalam tahap ini guru tidak hanya
menginformasikan nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlihat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan siswa diminta untuk memberikan tanggapan yang sama, yakni menerima dan mengamalkan nilai tersebut.
3) Tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih dalam dari sekedar
transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosoknya, tetapi lebih pada sikap mentalnya (kepribadian).
Demikian pula sebaliknya, siswa merespon kepada guru bukan hanya gerakan atau penampilan fisiknya saja, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang
masing-masing terlibat secara aktif. Proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks, yaitu mulai dari:52
51
Muhaimin M.A., et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 178.
52
1) Menyimak (receiving), ialah kegiatan siswa untuk bersedia menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap afektifnya.
2) Menanggapi (responding), yakni kesediaan siswa untuk merespon
nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan untuk merespon nilai tersebut.
3) Memberi nilai (valuing), yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas merespon
nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
4) Mengorganisasi nilai (organisasi of value) ialah aktivitas siswa untuk
mengatur berlakunya sistem nilai yang diyakini sebagai kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri, sehingga ia memilki satu sistem nilai yang berbeda dengan yang lain.
5) Karakteristik nilai (characterization by a value or value complex), yakni
dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini, dan yang telah diorganisir dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut sudah menjadi watak (kepribadianya).
Dalam pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran antara lain yaitu: pengalaman, pembiasaan, emosional,
rasional, fungsional, dan keteladanan. Penjelasannya sebagai berikut:53
53
1) Pendekatan pengalaman merupakan proses penanaman nilai-nilai kepada siswa melalui pemberian pengalaman langsung.
2) Pendekatan pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya
otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa
dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran memberikan
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pendekatan emosional adalah upaya untuk menggugah perasaan dan
emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
4) Pendekatan rasional merupakan suatu pendekatan mempergunakan rasio
(akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.
5) Pendekatan fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang
menekankan pada segi kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
6) Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang
berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Keteladanan
1. Kelebihan dari metode keteladanan adalah:
a. Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang
dipelajarinya di sekolah.
b. Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
c. Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
d. Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa.
e. Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh
siswanya.54
2. Kekurangan dari metode keteladanan adalah:
a. Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung
untuk mengikuti yang tidak baik.
b. Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.55
d. Bentuk Metode Keteladanan
Bentuk metode keteladanan terbagi menjadi dua macam yaitu:56
1) Keteladanan Disengaja
Keteladanan kadang kala diupayakan dengan cara disengaja, yaitu pendidik sengaja memberikan contoh yang baik kepada para peserta didiknya supaya mereka dapat menirunya. Umpamanya pendidik
54
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,122-123.
55
Ibid., 123.
56
memberikan contoh bagaimana cara membaca yang baik agar para peserta didik menirunya. Dalam proses belajar mengajar, keteladanan yang disengaja dapat berupa pemberian secara langsung kepada peserta didiknya melalui kisah-kisah Nabi yang di dalam kisah tersebut terdapat beberapa hal yang patut dicontoh oleh para peserta didik.
2) Keteladanan Tidak Disengaja
Keteladanan ini terjadi ketika pendidik secara alami memberikan contoh-contoh yang baik dan tidak ada unsur sandiwara di dalamnya. Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik di dalam maupun di luar kelas. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak bergantung pada kualitas kesungguhan dan karakter pendidikan yang diteladani, seperti
kualitas keilmuannya, kepemimpinannya, keikhlasannya, dan
sebagainya. Dalam kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang diharapkan menjadi pendidik hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggungjawab dihadapan Allah dan segala hal yang diikuti oleh peserta didik sebagai pengagumnya. Semakin tinggi kualitas pendidik akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pendidiknya.
4. Pendidikan Agama Islam