• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR SINGKATAN

B. Teori, Konsep dan Metode 1 Teor

3. Metode 1 Pendekatan

Sulit untuk mengatakan bahwa hukum itu hanya merupakan gejala normatif yang hanya dapat dilihat dari satu sudut pandang saja,yakni sudut pandang juridis. Jika hukum hanya dipandang sebagai gejala nromatif saja, maka akan terjadi kesulitan untuk merangkum keaneka ragaman yang ada dalam berbagai bidang kajian hukum. Di samping itu juga akan memperkuat kecenderungan konservatif atau menuju pada mitos pendewaan ilmu hukum normatif yang pada gilirannya akan menolak kajian sosiologi hukum, politik hukum, antropologi hukum, sejarah hukum bahkan filsafat hukum. Pada hal untuk melihat realitas sosial hukum yang sesungguhnya haruslah melihat hukum dari berbagai-bagai segi. Hukum menjadi ilmu yang multi paradigma. Deangn cara pandang demikian hukum tidak dilihat sebagai sebuah kebetulan yang dituangkan dalam kitab undang-undang, tetapi sebuah pilihan yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat untuk mengatur hubungan kemasyarakatan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu jika hendak melihat atau mengkaji hukum secara

mendalam (kedalaman substansi bukan keluasan) mau tidak mau kajian yang harus dilakukan mestilah menggunakan multi paradigma. 84

Jika hukum dilihat sebagai sekumpulan norma dan asas, maka paradigma yang dipakai adalah paradigma normatif, namun apabila hukum hendak dilihat sebagai sekumpulan perilaku, resultan dari kekuatan politik, kristalisasi dari nilai-nilai budaya, penerapannya dipengaruhi oleh faktor sosiologis dan kultural, keberlakuannya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pilihan kesadaran hukumnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, maka paradigma kajian yang dipakai adalah paradigma sosiologis. Di sisi lain jika studinya menghendaki kajian masa lampau guna merumuskan masa depan maka pilihan metode kajian sejarah menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Begitu juga kalau kemudian kajiannya melihat bagaimana sistem hukum yang sama diterapkan di negara-negara yang berbeda waktu dan tempatnya, yang kemudian melahirkan ”nuansa hukum” yang berbeda, maka metode perbandingan menjadi pilihan yang tepat. Dengan begitu, tidak ada dominasi tunggal dalam pilihan metode dalam penelitian hukum.

Pilihan metode tunggal dalam penelitian hukum, tidak akan mampu memecahkan masalah hukum yang multi paradigma itu. Oleh karena itu keluar dari tradisi yang selama ini telah mendominasi model pilihan metode dalam kajian ilmu hukum, maka dalam penelitian ini, pilihan metode yang dilakukan adalah, metode campuran (mixed methods) yang sebenarnya telah diperkenalkan sejak lama oleh para pakar di bidang penelitian. Pilihan metode ini untuk menghilangkan dikotomi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, untuk menghilangkan dikotomi antara penelitian juridis normatif dengan sosiologi empiris dan seterusnya. Pilihan kuantitatif dapat digunakan untuk memverifikasi norma, asas hukum dan doktrin hukum, sedangkan pilihan kualitatif dapat digunakan untuk menciptakan norma, asas hukum dan melahirkan teori baru. Demikian pula pilihan terhadap metode juridis normatif, dapat digunakan untuk memverifikasi norma hukum, asas hukum dan doktrin hukum, dan hasilnya hanya memverifikasi teori hukum, sedangkan pilihan terhadap metode sosiologis dapat digunakan untuk memverifikasi perilaku hukum. Jika keduanya digabungkan dengan memberikan defenisi menurut metode

84 Catatan Kuliah Solly Loebis, Soetandyo Wignyosoebroto, Lili Rasyidi,

Herman Rajagukguk dan Tan Kamello, Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 Program Studi S3 Ilmu Hukum Fakultas Hukum USU

campuran tidak hanya menampilkan verifikasi norma, asas dan teori, tapi dapat melahirkan teori baru.

Judul penelitian ini menghendaki adanya studi sejarah 85

dengan dicantumkannya kata ”Dari Auteurswet 1912 ke TRIPs Agreement 1994. Studi sejarah hukum menjadi satu bahagian saja dalam pendekatan ini, hal ini untuk menghindarkan disertasi ini dari potensi untuk menjadi kajian sejarah hukum. Penggunaan metodologi sejarah dimaksudkan untuk melihat perjalanan Undang-undang Hak Cipta Indonesia, yang semula berpangkal pada hukum kolonial (Auteurswet 1912 Stb. 600) dan berakhir pada TRIPs Agreement 1994. Sisi sejarah yang akan dilihat adalah aspek kebijakan/politik legislasi yang bersumber pada hukum asing atau transplantasi hukum asing ke hukum nasional. Di balik peristiwa pilihan politik hukum pembentukan undang-undang hak cipta nasional, pasti ada hal-hal yang tak terungkap, jika hanya dilihat dari redaksi norma hukumnya. Akan tetapi tiap-tiap peristiwa pasti ada yang melatar belakanginya. Serupa dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki asbabun nuzul, maka studi sejarah hukum dalam penelitian tak pelak lagi adalah untuk mengungkapkan “asbabun nuzul” pada tiap-tiap priode perubahan undang-undang hak cipta nasional.

Penelitian ini tidak hendak menyalahkan pilihan politik hukum ( yang juga berjalan secara simetris dengan pilihan politik politik ekonomi dan politik kebudayaan ) yang pernah dilakukan oleh negeri ini pada masa lalu , melainkan hendak mencari akar/filosofis/ideologis yang mendasari politik hukum yang dijalankan secara sedemikian dalam kurun waktu antara Auteurswet 1912 sampai pada Undang-undang No. 19 Tahun 2002.

Ketepatan dalam merumuskan kebijakan hukum terhadap subyek yang bertanggungjawab merumuskan (pemerintah dan

85 Metode penelitian sejarah dapat digunakan untuk melihat sejarah

perkembangan hukum di satu negara seperti yang dilakukan oleh Soetandyo Wignosoebroto dalam tulisannya Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional. Dengan studi sejarah ini kita dapat melihat perjalanan masa lalu arus gerak perkembangan hukum Indonesia dalam lintasan sejarah untuk melihat sisi-sisi lemah dari substansi dan penerapan hukumnya untuk kemudian dijadikan refleksi guna membangun hukum masa depan. Lihat lebih lanjut John Gilissen dan Frits Gorgle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, (Terjemahan Drs. Freddy Tengker, SH, CN), PT. Refika Aditama, Bandung, 2005, hal.124, Lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Sejarah Hukum, Alumni, Bandung, 1979. Bagaimana pendekatan sejarah digunakan lihat lebih lanjut Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal. 12. Lihat juga Rifyal Ka’bah, Indonesian Legal Histor y,

Program Pascasarjana FH-UI, Jakarta, 2001, hal. 54. Karena bagaimanapun juga hukum adalah kristalisasi dari peradaban umat manusia yang bergulir dalam lintasan sejarah.

legislatif) dan menjalankannya (pemerintah dan judikatif), juga menjadi issue penting yang hendak ”disemai” dalam penelitian ini. Apakah ”panennya” menghasilkan bulir padi jernih atau hampa, disinilah diskusi pergulatan pemikiran akan diurai, tentu saja didasarkan pada data sejarah dan informasi yang akurat. Harapan akhir adalah, anak negeri ini dapat menyebar benih padi baru dan menuai hasil panen yang lebih baik. Sejarah yang menguak kebijakan politik hukum yang keliru, belum terbuka lebar, sedikit sekali orang yang menguaknya. Adalah Sudikno Mertokusumo, dari aspek lembaga peradilan (struktur) dan Soetandyo Wignjosoebroto dari aspek substantif. Selebihnya, apakah studi sejarah hukum tidak menarik, atau para ilmuwan dan calon ilmuwan hukum telah terkoptasi dalam pilihan metodologi penelitian hukum normatif, memang menjadi pertanyaan tersendiri. Bagaimanapun juga, studi terhadap hukum harus dibebaskan dari prasangka pro dan kontra terhadap masing-masing pilihan metode penelitiannya. Jika hendak sampai pada ke dalam akar pohon, dengan cangkul saja mungkin tak cukup, perlu tembilang atau walang kekek (beko), untuk menggalinya dengan memadukan pola-pola pendekatan tradisional dan modern.

Pilihan metodologi tertentu memang tidak bisa tidak, akan mengundang pendekatan baru, dan tak jarang pula mengundang perdebatan, mungkin tentang cara mencari data atau tentang penafsirannya, tapi apapun yang akan dihasilkan nantinya, harapan akhir dari studi ini adalah, agar dapat sesuatu yang baru, landasan teori baru atau perdebatan baru mengenai bagian terpenting dari perjalanan sejarah pembangunan hukum di negeri ini. Tentu saja ini bukanlah pekerjaan yang mudah, yakni untuk menarik generalisai terhadap semua produk hukum nasional yang meggunakan pilihan politik hukum trasplatasi dengan hanya meneliti pada perjalanan Undang-undang Hak Cipta Nasional. Akan tetapi dengan dipadukan dengan studi normatif yang berujung pada pengabstraksian nilai-nilai yang bersumber dari norma-norma hukum hak cipta nasional yang ditranplantasikan dari norma hukum asing (Auteurswet stb.1912 No.600) lalu kemudian diuji dalam praktek penegakan hukumnya (lawenforcement-nya) melalui data empirik, akan ditemukan prilaku-prilaku politik penyelenggara negara, prilaku lembaga pembentuk undang-undang dan prilaku aparat penegak hukum serta prilaku masyarakat yang pada gilirannya diharapkan dapat ditarik generalisasi.

Transplantasi hukum asing ke hukum nasional sarat dengan nuansa politik, ekonomis, sosiologis dan kultural. Situasi ini akan membawa tulisan ini pada pilihan metode campuran yang dikenal

dalam ilmu sosial.86 Dengan demikian di samping menempatkan

undang-undang hak cipta nasional sebagai fenomena normatif dalam kajian ini undang-undang hak cipta nasional juga ditemaptkan sebgai fenomena sosio-kultural. Hukum selalu diartikan sebagai produk akhir dan kristalisasi kebudayaan. Ada juga yang mengartikannya sebagai produk politik, hasil (resultant) dari kekuatan politik. Sebagai hasil kebudayaan, sebagai produk politik, sebagai fenomena sosial, mau tidak mau untuk melihat secara utuh dan bahkan sebagai fenomena normatif, realiti sosio-kultural hukum, studi ini harus meminjam metode penelitian dari ilmu-ilmu sosial sebagai metode penjelajahan semua fenomena itu dan dipadukan dengan metode penelitian hukum yang murni, yakni metode penelitian hukum normatif. Metode yang menggunakan pendekatan ilmu sosial oleh Jones disebutnya sebagai pendekatan non doktrinal riset, sedangkan metode yang murni yang lazim dipakai dalam ilmu hukum adalah pendekatan doktrinal riset. Keduanya akan dipadukan, namun keluarannya, adalah hukum. 87

Oleh karena itu langkah untuk menjawab teka-teki itu disusun tahap demi tahap. Mulai dari tahap inventarisir norma hukum sampai pada tahap penerapannya. Di antara keduanya (tahap inventarisir dan penerapannya) dijelaskan pula proses pembuatannya (legislasinya, dengan pendekatan politik hukum) dengan disana-sini melihat pada perjalanan sejarahnya (metode sejarah) dan membandingkannya pada kurun waktu yang berbeda dan melihat pula diberbagai negara lain secara sekilas untuk memperkaya khazanah penelitian dengan menggunakan metode perbandingan hukum. Dengan demikian fenomena transplantasi hukum hak cipta dapat tersingkap, ketimpangan

86 Lihat lebih lanjut Abbas Tashakkori, Charles Teddlie, Hand Book Of Mixed

Methods In Social & Behavior al Resear ch, (Terjemahan Daryatno), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 25.

87 Mengenai hal ini, lebih lanjut dapat dilihat dari uraian-uraian Lili Rasyidi

dalam bukunya Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar -dasar F ilsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal. 55. Hal yang sama juga dapat dilihat dalam uraian Soetandyo Wignjosoebroto Penelitian Hukum Normatif : Analisis Penelitian F ilosofikal dan Dogmatikal, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 65, demikian juga uraian-uraian Lili Rasyidi, Soetandyo dan M. Solly Lubis dalam kuliahnya di Program Pasca Sarjana USU sepanjang semester B Tahun 2010 -2011. Pemaduan antara berbagai metode penelitian ini, tidak bisa tidak harus dilakukan. Alasannya adalah : 1. Hukum sarat dengan kompleksitas kehidupan sosial, karena itu tidak bisa dijelaskan dari satu paradigma metodologis saja, butuh beragam perspektif. 2. Hukum memiliki multi paradigma, oleh karena itu pilihan terhadap metode campuran itu akan memperluas cakupan dimensi hukum yang multi paradigma itu untuk mendapat gambaran yang utuh dari realitas sosial hukum yang penuh teka -teki (the full social redity of legal fenomena).

dapat terpecahkan, konsep terpahami dan hubungan timbal balik antara berbagai faktor yang mempengaruhi hukum sebagai sub sistem dalam sistem nasional dapat terjalin. Semua penggalan-penggalan informasi apakah itu diperoleh dari data sekunder atau data primer dapat dijalin jadi satu. Dengan langkah-langkah ini semuanya bermuara pada pengembangan teori atau penemuan teori baru sebagai the something new. 88

Mengacu pada uraian di atas, maka dalam penelitian ini dipadukan dua model penelitian hukum yakni :

a. Metode penelitian doktrinal riset atau dogmatik. b. Metode penelitian nondoktrinal riset.89

Untuk pendekatan pertama Soerjono Soekanto 90 menggunakan

istilah penelitian juridis normatif, sedangkan untuk pendekatan kedua digunakannya istilah sosiologis-empiris.

Dokumen terkait