• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kesehatan

2.2. Metode dalam Pendidikan Kesehatan

Pada suatu proses tercapainya tujuan belajar maka banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah metode yang digunakan. Dalam memilih suatu metode yang akan digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, siapa sasarannya, apakah hanya ingin merubah pengetahuan saja, sikap saja, tindakan saja, atau ketiganya.

Menurut Karo-karo yang dikutip oleh Supariasa (2012) menyatakan bahwa jika hanya sebatas ingin merubah pengetahuan dan pemahaman saja, dapat digunakan dengan metode ceramah, seminar, presentasi, tulisan-tulisan membuat perencanaan dan desain. Apabila ingin merubah sikap, maka dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok, bermain peran, film dan diskusi serta konsultasi. Jika tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah keterampilan, maka metode yang dapat digunakan adalah studi kasus, learning by doing, dan demonstrasi. Oleh sebab itu setiap orang yang ingin melakukan pendidikan kesehatan harus mampu memilih metode yang tepat agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Berdasarkan hal yang telah di sebutkan diatas bahwa, dalam memilih metode pendidikan kesehatan juga perlu memperhatikan sasaran. Ciri-ciri atau karakteristik sasaran perlu dipertimbangkan meliputi tingkat pendidikan sasaran, jumlah sasaran, bahasa yang dimengerti oleh sasaran, adat istiadat sasaran dan pengalaman sasaran.

Jumlah sasaran juga perlu dipertimbangkan untuk menetapkan metode yang akan digunakan. Misalnya untuk sasaran individu dilakukan dengan menggunakan pendekatan perorangan, seperti bimbingan dan konseling. Pendekatan yang bersifat kelompok, dapat dilakukan dengan ceramah dan diskusi. Pendekatan yang bersifat massa dapat dilakukan dengan kampanye, pemutaran film, pemasangan baliho dan iklan di televisi.

Pada uraian sebelumnya telah diketahui bahwa sangat banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan atau materi, namun dalam hal ini peneliti hanya membahas metode dengan pendekatan kelompok, karena sasaran yang digunakan oleh peneliti adalah kelompok, yaitu siswa SMA. Adapun beberapa metode yang lazim digunakan pada proses belajar mengajar di kelas adalah metode ceramah dan diskusi.

2.2.1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi. Metode ini akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi yang disampaikan, menyampaikan materi dengan sistematika yang baik dan menggunakan alat bantu misalnya slide, transparan, sound system dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Metode ceramah seringkali disebut juga metode kuliah (The Lecture Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh

seorang fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu. Tujuannya adalah agar peserta mengetahui dan memahami materi pendidikan tertentu dengan jalan menyimak dan mendengarkan.

Tujuan dari kegiatan ceramah adalah menyajikan fakta, menyampaikan pendapat tentang suatu masalah, menyampaikan pengalaman perjalanan atau pengalaman pribadi, membangkitkan semangat atau merangsang pikiran peserta dan membuka suatu permasalaha baru untuk di diskusikan (Supariasa, 2012).

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pendidikan kesehatan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Supardi dkk (2002) menyatakan bahwa metode ceramah dan media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam pengobatan sendiri sesuai dengan aturan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti dkk (2005) tentang promosi kesehatan jiwa melalui metode ceramah dengan role-play pada keluarga penderita skizofrenia dan tokoh masyarakat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

2.2.2. Metode Diskusi

Diskusi merupakan metode yang terfokus pada siswa. Metode ini meberi peluang kepada mahasiswa untuk aktif mengkomunikasikan dan mensosialisasikan gagasan dan konsep, memanfaatkan sumber-sumber informasi dari kelompoknya, penerapan teori-teori yang pernah diperoleh dan memberikan respon. Dalam diskusi, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian terdapat suatu materi yang

didiskusikan. Dengan diskusi pengajar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi, mengumpulkan pendapat dan membuat suatu kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah (Mubarak, dkk, 2007).

Metode diskusi ini sering digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam belajar. Efektifitas metode diskusi ini sering dibandingkan dengan efektifitas metode ceramah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Saleha (2009) mengenai perbedaan metode diskusi dengan metode ceramah terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa setelah dilakukan metode ceramah dan diskusi terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa tentang kesehatan reproduksi remaja, namun skor peningkatan pada metode diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lubis dkk (2013) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap anak SD tentang PHBS menyimpulkan bahwa, terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap responden akibat dari intervensi melalui metode ceramah dan diskusi, dimana metode yang paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap adalah melalui metode diskusi.

Berdasarakan hasil-hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa metode diskusi lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku. Hal ini karena diskusi memiliki kelebihan untuk merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan masalah, mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan,

membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mc. Keachie yang dikutip oleh Simamora (2009) yang menyakatakan bahwa, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan anak dalam memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.