• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu penelitian hukum memiliki fungsi atau peran sangat penting terhadap suatu pengembangan ilmu hukum.38 Agar dapat memperoleh, mengumpulkan dan melakukan analisa terhadap setiap data maupun informasi yang sifatnya ilmiah, diperlukan metode penelitian agar karya tulis ilmiah

38H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, Cetakan ke-3, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 5. Latar Belakang Masalah:

Pasca Putusan MK No.69/PUU-XIII/2015 pasangan suami istri yang belum memiliki perjanjian perkawinan sebelum perkawinan dilangsungkan dapat melakukan perjanjian perkawinan pada saat perkawinan telah dilaksanakan.

Terdapat norma kabur terkait dengan isi perjanjian perkawinan dimana menurut Pasal 29 ayat (4) UU Perkawinan pasca putusan MK frasa perjanjian perkawinan dapat mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya.Makna ketentuan “Perjanjian lainnya” dalam ketentuan ini tidak dijelaskan lebih lanjut.

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana keabsahan perjanjian perkawinan yang dibuat setelah perkawinan berlangsung pasca Putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015 dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak?

2. Bagaimana akibat hukum perjanjian perkawinan yang dibuat setelah perkawinan berlangsung pasca putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015? Teori,Konsep dan Asas: - Teori Penafsiran Hukum - Teori validitas Hukum - Asas Kebebasan Berkontrak. - Konsep Perkawinan - Teori Perjanjian - Konsep Perjanjian Perkawinan - Konsep Akibat Hukum Metode Penelitian: Metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Berlangsung Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015

36

mempunyai susunan yang sistematis dan konsisiten, adapun metode penelitian yang penulis pergunakan sebagai berikut:

1.9.1 Jenis Penelitian

Berangkat dari adanya norma kabur yang terdapat dalam ketentuan Pasal 29 ayat (4) UU Perkawinan dan putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015 mengenai perjanjian perkawinan, maka dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif (normative legal research) merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian hukum normatif meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek penelitiannya adalah norma hukum. Menurut I Made Pasek Diantha penelitian hukum normatif berfungsi untuk memberi argumentasi yuridis ketika terjadi kekosongan, kekaburan dan konflik norma. Lebih jauh ini berarti penelitian hukum normatif berperan untuk mempertahankan aspek kritis dari keilmuan hukumnya sebagai ilmu normatif.39 Penelitian hukum normatif merupakan penelitian untuk mengkaji kaidah-kaidah atau norma atau peraturan dalam hukum positif, yang memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh pemerintah yang berwenang dan membahas hukum sebagai suatu sistem normatif.

1.9.2 Jenis Pendekatan

Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif. Pada

39I Made Pasek Diantha, 2017, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi

37

umumnya, pendekatan dalam penelitian hukum normatif terdiri dari, pendekatan perundang-undangan atau statute approach, pendekatan konseptual atau

conceptual approach, pendekatan sejarah hukum atau historical approach,

pendekatan kasus atau case approach, dan pendekatan perbandingan atau

comparative approach.40 Pendekatan-pendekatan tersebut dapat digabung sehingga dalam suatu penelitian hukum normatif dapat saja menggunakan dua pendekatan atau lebih yang sesuai.

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konsep

(conceptual approach). Permasalahan yang diteliti dan dibahas dalam penelitian

ini adalah mengenai akibat hukum perjanjian perkawinan yang dibuat setelah perkawinan pasca putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015.

1.9.3 Jenis Bahan Hukum

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, maka sumber bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, terdiri dari :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

e. Putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/ 2015;

38

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks yang memuat mengenai hukum perkawinan, jurnal-jurnal ilmiah yang membahas perjanjian perkawinan, pendapat para sarjana tentang perkawinan dan perjanjian perkawinan, kasus-kasus hukum terkait dengan permasalahan perjanjian perkawinan, serta simposium yang dilakukan para pakar terkait dengan objek kajian penelitian hukum ini yaitu tentang perjanjian perkawinan. Contoh: jurnal yang berjudul “Kekuatan Mengikat Akta Notariil Perjanjian Perkawinan Terkait Harta Bersama yang Dibuat Pasca Pencatatan Perkawinan”, tesis dari Natalia Ningsih, jurnal yang berjudul “Analisis Yuridis Atas Perjanjian Perkawinan Ditinjau dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Implikasi Putusan MK No.69/PUU-XIII/2015”, tesis dari Wisda Rauyani Efa Rahmatika, dan sebagainya.

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum mengenai pengertian perkawinan dan perjanjian perkawinan, surat kabar dan majalah mingguan yang memuat berita tentang permasalahan perjanjian perkawinan, bulletin dan internet yang menjelaskan perkawinan dan perjanjian perkawinan juga dapat menjadi bahan bagi penelitian ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan objek kajian penelitian hukum ini yaitu akibat hukum perjanjian perkawinan yang dibuat setelah perkawinan pasca putusan MK Nomor 69/PUU-XIII/2015. Contoh: judul yang berjudul Perjanjian Dalam Ikatan Perkawinan yang diambil dari Majalah Konstitusi, Kamus Hukum

39

1.9.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui teknik telaah kepustakaan (study document), terhadap bahan hukum primer dan sekunder maupun bahan hukum tersier. Penelusuran dapat dilakukan dengan cara mencari, mempelajari, memahami dan menganalisis berbagai pendapat, teori, konsepsi yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Setelah melakukan penelusuran dan mengumpulkan bahan-bahan hukum dan perundang-undangan langkah selanjutnya membuat folder untuk menyimpan bahan yang sudah dikelompokkan sesuai dengan objek. Contohnya folder yang berisi peraturan perundang-undangan, teori, konsep dan sebagainya. Folder yang dimaksudkan adalah tempat untuk menyimpan ataupun menampung file-file dalam komputer. Folder yang telah dikelompokkan tersebut disimpan untuk memudahkan mencari bahan-bahan yang terkait dengan penelitian.

1.9.5 Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi, teknik interpretasi dan teknik argumentasi. Deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum. Teknik interpretasi berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum yang dalam penelitian ini menggunakan penafsiran gramatikal dan penafsiran sistematikal. Penafsiran merupakan: metode untuk memahami makna yang terkandung dalam teks-teks hukum untuk dipakai dalam menyelesaikan kasus-kasus atau mengambil keputusan atas hal-hal yang dihadapi secara konkret.41 Penafsiran gramatikal, yakni: penafsiran dengan mencari kata-kata yang memang

41Jimly Asshiddiqie, 2012, Pengantar Ilmu hukum Tata Negara, Raja Grafindo persada, Jakarta, hal. 219.

40

sudah tertuang dalam undang-undang, sedangkan penafsiran sistematikal yakni menafsirkan pasal undang-undang dengan menghubungkan pasal-pasal lain dalam satu undang-undang atau pasal-pasal dalam undang-undang yang lainnya.42 Teknik argumentasi digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.

Dokumen terkait