• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menganalisis mengenai saluran dan lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar, prilaku pasar, farmer’s share, marjin tataniaga dan rasio keuntungan dan biaya. Penelitian dilakukan pada pembudidaya lele sangkuriang di Kabupaten Tegal.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tiga kecamatan yang diambil di Kabupaten Tegal, yaitu Kecamatan Tarub, Kecamatan Pangkah dan Kecamatan Kramat. Penetuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu dengan pertimbangan bahwa daerah pada tiga kecamatan tersebut memiliki jumlah produksi ikan lele sangkuriang yang tinggi atau merupakan sentra budidaya lele sangkuriang di Kabupaten Tegal. Pengamatan di lokasi penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2015. Objek penelitian yang dilakukan adalah pembudidaya lele sangkuriang dan pedagang sebagai lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran lele sangkuriang.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan responden menggunakan bantuan kuesioner. Data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari literatur-literatur yang relevan. Sumber data sekunder dapat berupa publikasi instansi seperti Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal. Selain itu data sekunder juga dapat diperoleh melalui jurnal, hasil penelitian, internet, dan buku yang dijadikan rujukan terkait dengan pemasaran produk perikanan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data untuk menganalisis saluran pemasaran, didapat melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi:

- Karakteristik pembudidaya dan pedagang responden : nama, alamat, usia, pendidikan, pengalaman budidaya, luas kolam budidaya, jumlah panen setiap siklus, status kepemilikan kolam.

- Cara penjualan pembudidaya dan pedagang responden : volume, cara pembayaran, tujuan penjualan.

- Cara penjualan pedagang responden : volume, cara pembayaran, tujuan penjualan.

2. Data untuk menganalisis fungsi-fungsi pemasaran di setiap lembaga pemasaran melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi :

- Fungsi pertukaran : volume penjualan pembudidaya dan pedagang responden, volume pembelian, harga penjualan pembudidaya dan

pedagang responden, tempat pembelian dan penjualan pembudidaya dan pedagang responden.

- Fungsi fisik : dilakukan penyimpanan atau tidak, biaya-biaya yang timbul selama proses penyimpanan, lama penyimpanan, biaya transportasi, alat transportasi

- Fungsi fasilitas : proses standarisasi, biaya-biaya yang timbul selama proses pemasaran, risiko yang ditanggung pada proses pemasaran, sumber informasi pasar.

3. Data untuk menganalisis struktur pasar pada setiap lembaga pemasaran melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi jumlah pelaku pemasaran yang terlibat, keragaman produk, hambatan untuk keluar masuk pasar.

4. Data untuk menganalisis prilaku pasar melalui observasi langsung dengan bantuan kuesioner, yaitu meliputi sistem penentuan harga, cara pembayaran pada transaksi jual beli, sistem kontrak kerjasama.

5. Data untuk menganalisis farmer’s share, margin pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya melalui bantuan kuesioner, meliputi harga jual, harga beli, dan biaya pemasaran.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung kepada responden yaitu pembudidaya lele sangkuriang serta lembaga – lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran lele sangkuriang. Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang saluran pemasaran, biaya-biaya yang terjadi pada proses pemasaran, dan kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran lele sangkuriang. Sedangkan metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung yaitu mengamati kegiatan-kegiatan yang terjadi selama proses produksi dan pemasaran lele sangkuriang di lokasi penelitian.

Responden diambil berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi pasar pada system tataniaga lele sangkuriang yang terjadi, sehingga terdapat 2 jenis responden yaitu pembudidaya dan pedagang. Penentuan pembudidaya responden dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan pertimbangan responden diambil berdasarkan pembudidaya yang telah menjalankan usaha budidaya lele sangkuriang minimal selama satu tahun. Pada penelitian ini terdapat 21 orang reponden pembudidaya yang terbagi atas 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tarub terdapat 5 orang, Kecamatan Pangkah terdapat 10 orang dan Kecamatan Kramat terdapat 6 orang.

Kemudian untuk penetuan responden pada lembaga tataniaga ditentukan dengan metode snowball sampling. Penentuan awal metode snowball sampling dilakukan dengan wawancara terhadap responden pembudidaya lele sangkuriang kemudian mengikuti alur aliran komoditas, hal ini dilakukan untuk menentukan responden pedagang yang menyalurkan komoditas dari pembudidaya hingga konsumen akhir, sehingga tidak terdapat rantai tataniaga yang terputus. Apabila terdapat kesamaan aktivitas antar pedagang maka akan dipilih salah satu yang

22

mewakili untuk menjadi reponden. Terdapat 12 orang pedagang yang menjadi responden pada penelitian ini. Jumlah tersebut terbagi di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tarub terdapat 5 orang, Kecamatan Pangkah terdapat 4 orang dan Kecamatan Kramat terdapat 3 orang.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggambarkan secara deskriptif dan dilakukan untuk mengamati karakteristik dari saluran tataniaga, lembaga tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar hingga perilaku pasar. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi tataniaga dengan menggunakan pendekatan analisis marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya ( /C).

Analisis Lembaga Tataniaga

Analisis lembaga tataniaga dapat dilakukan dengan mengamati pihak-pihak yang terlibat dalam saluran tataniaga. Pihak yang telibat tersebut melakukan atau mengembangkan aktivitas bisnis (fungsi – fungsi pemasaran). Analisis lembaga tataniaga ini dapat diamati dari wawancara yang diawali pada pembudidaya lele sangkuriang, dengan mengikuti alur aliran komoditas maka akan diketahui lembaga tataniaga yang terlibat.

Analisis Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendistribusian produk primer dari produsen primer hingga ke konsumen akhir. Saluran tataniaga lele sangkuriang di Kabupaten Tegal, dapat dianalisis melalui pengamatan terhadap lembaga-lembaga tataniaga yang ada. Pengamatan dilakukan dengan melihat kemana produk didistribusi dari pembudidaya hingga konsumen akhir, sehingga dapat diketehaui saluran tataniaga yang terjadi. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut maka dapat digambarkan pola saluran tataniaga.

Analisis Fungsi Tataniaga

Analisis fungsi tataniaga dilakukan dengan mengamati fungsi-fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Pengamatan pada fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi 3 fungsi utama yaitu:

(1) Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperlancar perpindahan hak milik dari barang atau jasa yang dipasarkan dari penjual kepada pembeli, meliputi fungsi penjualan dan fungsi pembelian.

(2) Fungsi Fisik, merupakan tindakan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, waktu dan bentuk, terdiri dari fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan, fungsi pengemasan dan fungsi penyimpanan.

(3) Fungsi Fasilitas, merupakan tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran antara produsen dan konsumen, meliputi fungsi permodalan, fungsi penanggungan risiko, fungsi standarisasi dan fungsi informasi pasar.

Analisis Struktur Pasar

Analsis struktur pasar dilakukan untuk mengetahui kecenderungan struktur suatu pasar. Analisis struktur pasar dilakukan dengan pengamatan jumlah lembaga tataniaga, hambatan keluar masuk pasar, sifat dan karakteristik produk yang diperjualbelikan serta sistem informasi pasar. Struktur pasar dapat dibedakan antara pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Semakin banyak jumlah penjual dan pembeli dan semakin kecilnya jumlah barang yang diperjualbelikan oleh setiap lembaga tataniaga maka struktur pasar tersebut semakin mendekati pasar bersaing sempurna. Adanya kesepakatan dalam sesama pelaku tataniaga menunjukkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing sempurna.

Analisis Perilaku Pasar

Analisis perilaku pasar digunakan untuk mengetahui kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga tataniaga. Analisis perilaku pasar dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian terhadap pembentukan atau sistem penentuan harga. Selain itu analisis perilaku pasar juga dapat dianalisis melalui tatacara pembayaran dan sistem kerjasama yang terjalin diantara lembaga- lembaga tataniaga yang terlibat pada pemasaran lele sangkuriang.

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efesiensi operasional dari tataniaga lele sangkuriang. Marjin tataniaga merupakan perbedaan atau selisih harga di tingkat produsen dengan tingkat konsumen akhir yang didalamnya terdapat harga penambahan nilai kegunaan dan keuntungan bagi lembaga-lembaga tataniaga. Analisis ini dihitung dengan pengurangan harga penjualan dan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga, mulai dari pembudidaya lele sangkuriang hingga dan konsumen akhir. Menurut Asmarantaka (2012) marjin tataniaga dapat dihitung dengan rumusan berikut :

Mt = Pr – Pf = biaya-biaya + lembaga = ∑ Mi dimana:

Mt : Marjintotal

Pr : Harga di tingkat retail (konsumen akhir) Pf : Harga di tingkat petani produsen (farmer)

lembaga : Profit lembaga pemasaran akibat adanya sistem pemasaran Mi = Pji - Pbi

Mi : Marjin di tingkat lembaga ke-i, di mana i = 1, 2, 3,... n Pji : Harga penjualan untuk lembaga pemasaran ke-i. Pbi : Harga pembelian untuk lembaga pemasaran ke-i. Analisis Farmer’s Share

Analisis farmer’s share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir terhadap harga produk yang diterima oleh pembudidaya. Farmer’s share memiliki hubungan yang negatif dengan marjin tataniaga. Jika nilai marjin tataniaga tinggi maka bagian yang diperoleh pembudidaya rendah, begitu juga dengan sebaliknya jika nilai marjin tataniaga rendah maka bagian yang diperoleh pembudidaya tinggi. Farmer’s share

24

ditentukan berdasarkan rasio harga yang diterima oleh pembudidaya (Pf) dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr) dan dinyatakan dalam persentase. Secara matematis farmer’s share dirumuskan sebagai berikut:

F’s = (Pf / Pr) x 100%

dimana:

F’s : Farmer’s share

Pr : Harga di tingkat retail (konsumen akhir) Pf : Harga di tingkat petani produsen (farmer) Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat rasio keuntungan dan biaya dapat diketahui berdasarkan rincian perhitungan marjin tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio keuntungan dan biaya = / C Keterangan:

= Keuntungan lembaga tataniaga (Rp/ kg)

C = Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga (Rp/ kg)

Dokumen terkait