BAB I: PENDAHULUAN
1.6 Metode Penelitian
Sugiyono dalam Metode Penelitian (Nazir,2011:2) mengemukakan pengertian dari metode penelitian adalah sebagai berikut: Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, seperti rasional, empiris dan sistematis. Rasional merupakan kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris merupakan cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Whitney dalam Shela Fajarianti (skripsi,2013) mengutip pengertian metode penelitian deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Untuk teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan.Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul
‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan (http://phairha.blogspot.co.id/2012/01/studi-kepustakaan.html). Selain itu, untuk
melengkapi data, penulis juga mengumpulkan berbagai data dari situs-situs internet.
BAB II
GAMBARAN UMUM JOSHI(PARTIKEL) BAHASA JEPANG
2.1 Pengertian Joshi
Joshi (Partikel) merupakan salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Ia
tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, artinya Joshi tidak memiliki makna apapun jika ia berdiri sendiri. Joshi juga termasuk kedalam kelompok kelas kata Fuzokugo. Fuzokugo adalah kolompok kelas kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain untuk membentuk kalimat. Kata-kata ini harus mengikuti kata lain yang bisa berdiri sendiri untuk membentuk kalimat, kemudian barulah ia memiliki makna yang jelas.
Menurut Matsumura (1998: 665) Joshi adalah sebagai berikut :
(助詞「文法」品詞の一つ。他の語の下に付いてだけ用いられる語「付属 で、活用のないもの。語と語との関係を示したり、細かな意味を添えたり する)
Joshi ( bunpou ) hinsi no hitotsu. Hoka no go no shita ni tsuite dake mochiirareru
go (fuzokugo ) de, katsuyou no nai mono. Go to go to no kankei wo simesitari,
komakana imi wo soetarisuru.
Terjemahan: Joshi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Joshi tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mengalami perubahan. Joshi dipakai untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.
Hayashi ( 1990: 470 ) dalam teorinya menjelaskan tentang Joshi adalah sebagai berikut :
日本語はいわゆる助詞は、いわゆる助動詞とともに文の骨格を成す重要な 語類である。
Nihongo wa iwayuru joshi wa, iwayuru jodoushi to tomoni bun no kokkaku o nasu
jyuuyouna gorui de aru.
‘Dalam bahasa Jepang, Joshi adalah jenis kata yang penting yang menjadi tiang sebuah kalimat, bersama dengan kata kerja bantu’.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa Joshi merupakan unsur vital dalam kalimat bahasa Jepang. Hal tersebut dikarenakan fungsi dari Joshi adalah menunjukkan hubungan antar kata dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, maka dari itu jika dalam sebuah kalimat bahasa Jepang tidak terdapat partikel, tentu saja kalimat tersebut kurang dapat dimengerti karena tidak terlihat jelas hubungan
antar katanya. Dikarenakan fungsinya yang menunjukkan hubungan antar kata tadi, maka Joshi hanya memiliki makna jika ia mengikuti sebuah kata (nomina, adjektiva, verba, partikel itu sendiri, dsb). Hal tersebut dikarenakan, dalam kelas kata, Joshi termasuk kedalam kelompok kelas kata Fuzokugo. Dengan mengikuti kata tersebut maka Joshi tadi tidak hanya menunjukkan hubungan yang jelas antara satu kata dengan kata lainnya, namun juga memberikan nuansa yang khas dan penegasan pada kata yang diikutinya.
2.2 Karakteristik Joshi
Karakter Joshi menurut Sudjianto (2004: 181) adalah sebagai berikut:
1. Joshi termasuk Fuzokugo.
2. Joshi tidak bisa berdiri sendiri sebagai satu kata, satu Bunsetsu, apalagi sebagai satu kalimat.
3. Joshiakan menunjukkan maknanya apabila sudah dipakai setelah kelas kata lain yang dapat berdiri sendiri (Jiritsugo) sehingga membentuk sebuah Bunsetsu atau sebuah Bun.
4. Kelas kata yang dapat disisipi Joshi antara lain Meishi, Dooshi, I-keiyooshi, Na-keiyooshi, Joshi, dan sebagainya.
Ramdhani (2001:16) dalam Nita Rizkianingsih (skripsi) mengemukakan karakteristik Joshi sebagai berikut :.
a. Pada dasarnya tidak memiliki arti sendiri, partikel memiliki arti setelah mengikuti kata mandiri (kata yang berdiri sendiri).
b. Apabila berdiri sendiri secara fungsi, tidak dapat membentuk sebuah kalimat, partikel secara fungsi dapat menjadi unsur pembentuk kalimat setelah
mengikuti sebuah kata mandiri.
c. Tidak mengalami perubahan seperti bentuk negatif, lampau, ataupun bentuk perintah.
2.3 Jenis-jenis Joshi
Hirai dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 181-182) membagi Joshi berdasarkan fungsinya menjadi empat macam yaitu:
1) Kakujoshi
Kakujoshi adalah partikel yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara satu
kata dengan kata yang lain. Ada juga yang digunakan untuk menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat tersebut. Partikel yang termasuk dalam Kakujoshi adalah ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de dan ya.
a. このシャツはあのシャツよりきれいです。
Kono shatsu wa ano shatsu yori kirei desu
‘Kemeja ini lebih bagus daripada kemeja itu’.
b. これは私のかばんです。
Kore wa watashi no kaban desu
‘Ini tas punya saya’.
c. 私は家族と日本へ来ました。
Watashi wa kazoku to nihon e kimashita.
‘Saya datang ke jepang dengan keluarga’.
2) Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan anak kalimat
dengan anak kalimat. Bagian kalimat sebelum Setsuzokujoshi memiliki hubungan dengan bagian kalimat setelah Setsuzokujoshi, dan hubungan ini diperjelas dengan keberadaan Joshi diantaranya. Yang masuk kedalamnya adalah partikel ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, temo (demo), te (de), nagara, tari (dari), noni dan
node.
a. 約束がありますから早く帰ります。
Yakusoku ga arimasu kara hayaku kaerimasu.
‘Karena ada janji, pulang cepat’.
b. 明日試験があるのでいっしょけんめい勉強します。
Ashita shiken ga aru node isshokenmei benkyou shimasu.
‘Karena besok ada ujian, belajar bersungguh-sungguh’.
c. この食べ物は高いですが、おいしくないです。
Kono tabemono wa takai desuga, oishikunai desu.
‘Makanan ini mahal, tetapi tidak begitu enak’.
3) Fukujoshi
Fukujoshi adalah partikel yang bisa menambah arti kata lain yang ada sebelumnya.
Perannya sama dengan adverbial, untuk menggabungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk pada ke dalam kelompok ini adalah partikel wa, mo, koso, sae, demo, shika, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, nari, yara, ka dan zutsu.
a. この大学に外国人は五人だけいます。
Kono daigaku ni gaikokujin wa go nin dake imasu.
‘Dikampus ini hanya ada 5 orang asing’.
b. うちから学校まで十分ぐらいかかります。
Uchi kara gakkou made juppun gurai kakarimasu.
‘Dari rumah saya sampai sekolah memakan waktu 10 menit’.
c. 私は毎日日本語を二時間しか勉強しています。
Watashi wa mainichi nihongo o ni jikan shika benkyoushite imasu.
‘Saya setiap hari dapat belajar bahasa jepang hanya 2 jam’.
4) Shuujoshi
Shuujoshi adalah partikel yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir bagian
kalimat. Fungsinya untuk menentukan makna dari kalimat yang diucapkan oleh pembicara, seperti heran, keragu raguan, harapan, haru, dan lainya. Partikel yang termasuk dalam kelompok kata ini adalah partikel ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa.
a. 毎日スポーツは体にいいですよ。
Mainichi supootsu wa karada ni iidesuyo.
‘Olahraga setiap hari baik untuk tubuh loh’.
b. あなたは毎日日本語を勉強していますか。
Anata wa mainichi nihongo o benkyoushite imasuka.
Apakah anda belajar bahasa jepang setiap hari?’.
c. あの人はハンサムですね。
Ano hito wa hansamu desune.
‘Orang itu ganteng ya’.
Dari penjelasan macam-macam Joshi diatas, dalam skripsi ini penulis akan membahas JoshiMo yang termasuk kedalam kelompok partikel Fukujoshi dan Setsuzokujoshi.
2.4 Fungsi-fungsi Joshi
Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak sekali Joshi, dan tiap-tiap Joshi memiliki fungsinya masing-masing. Joshi tidak hanya melekat pada nomina, namun juga kata sifat, kata kerja maupun kata keterangan. Sebagai pembelajar bahasa Jepang, tentu saja diperlukan penguasaan terhadap fungsi-fungsi Joshi tersebut agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan Joshi secara tepat dalam kalimat bahasa Jepang. Berikut beberapa fungsi Joshi yang penulis kutip dari buku How To Tell The Difference Between Japanese Particles (Naoko Chino:2013).
1. Partikel は
- Salah satu fungsi utama partikel ini adalah sebagai penanda topik. Topik adalah sebuah kata yang mana sisa dari kalimat tersebut memberikan informasi.
- Menunjukkan subjek dari kalimat ketika subjeknya adalah sesuatu yang pembicara dan pendengar ketahui, seperti bulan dan matahari, mereka sendiri sebagai pembicara dan pendengar atau sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam percakapan.
- Menyatakan perbedaan / kontras.
2. Partikel と
- Menunjukkan hubungan antar kata yang berupa daftar dari 2 atau lebih item.
Begitu daftar lengkap/sempurna, maka tidak ada item lain yang dapat ditambahkan kedaftar tadi. Arti dalam bahasa indonesia: “dan”.
- Menunjukkan sebuah kondisi, seperti -ba, tara, nara, tapi dapat juga menunjukkan apabila kondisi tersebut terjadi maka hasilnya adalah sesuatu yang pasti / dapat diduga. dan untuk alasan demikian , kadang-kadang diterjemahkan ‘ketika’. Lebih jauhnya to tidak digunakan untuk mengekspresikan niatan/maksud, perintah, pertanyaan, permohonan,
keinginan dan dalam hal ini serupa dengan -ba. Artinya: “apabila; kalau;
ketika”.
- Digunakan untuk mengurutkan 2 atau lebih item, ketika ingin menanyakan ke lawan bicara untuk memilih salah satu diantaranya. Artinya: “atau”.
Dalam memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bentuk to , lawan bicara seringnya meletakkan no hou setelah pilihannya. no hou dapat digunakan tanpa menghiraukan jumlah item yang terlibat.
3. Partikel を
- Menunjukkan objek yang dikehendaki atau diinginkan. Biasanya wodigunakan dengan kata kerja dalam bentuk -tai dan -tagaru. -tai untuk
menyatakan keinginan pembicara sedangkan -tagaru untuk keinginan orang lain. keduanya tidak dapat saling menggantikan. Bentuk -tagaru sering muncul sebagai -tagatte iru.
- Menunjukkan objek langsung dari tindakan. Misal objek langsung dari kata kerja transitif.
4. Partikel から
- Menunjukkan titik waktu darimana suatu tindakan dimulai. Kara kadang-kadang dapat saling menggantikan dengan ni tapi penggunaan kara terkesan lebih tegas pada titik permulaan tindakannya. Arti: “dari; pada”.
- Gabungan partikel kara dan made menunjukkan titik awal mula dan akhir dari interval waktu selama tindakan tersebut berlangsung atau menunjukkan tempat awal mulai dan tempat akhir dari suatu tindakan. Arti:
“dari...sampai”.
- Menunjukkan sebuah alasan dan dapat diikuti oleh kata kerja, kata sifat atau kata benda. Kata benda dan kata sifat na harus diikuti oleh da ketika digunakan dengan kara. Jika dibandingkan dengan no de dan mono de, kara lebih langsung/tepat dalam menyatakan sebuah alasan atau penyebab dan oleh karena itu sering dihindari pemakaiannya dalam percakapan formal ketika “alasannya” mungkin bisa saja menyinggung pihak lain. Arti:
“karena”.
5. Partikel まで
- Menunjukkan waktu dimana suatu tindakan akan berakhir atau momen dimana sesuatu terjadi
(seperti ketika seseorang capek) yang membawa tindakan berkelanjutan akan berakhir. Artinya: “sampai”.
6. Partikel で
- Menunjukkan tempat dimana suatu tindakan berlangsung. Arti: “di; pada”.
- Diikuti oleh kata benda, menunjukkan bahwa kata benda tersebut adalah alasan dari situasi yang diberikan dalam kata kerja. Arti: “disebabkan oleh;
karena”.
- Menyatakan bagaimana subjek melakukan tindakan yang ditentukan/dinyatakan oleh kata kerja. Kata sebelum de biasanya menunjukkan berapa banyak orang atau kelompok apa yang melakukan tindakan tersebut, contoh: hitori, minna, kazoku atau iinkai.
- Menunjukkan mana yang paling unggul dari 3 atau lebih item yang dibandingkan. Arti: “di; dari seluruh”.
- Menunjukkan sarana atau cara untuk melakukan sesuatu. Arti: “oleh;
dengan”.
- Partikel de dan kara, menunjukkan material/bahan dengan apa atau dari apa sesuatu itu dibuat. Arti: “dari”.
7. Partikel に
- Digunakan setelah kata yang menunjukkan titik waktu yang spesifik.
(Contoh: Jam 3) dimana atau interval (contoh: satu minggu) selang waktu dimana tindakan tersebut terjadi. Arti: “pada; dalam”. Ada beberapa kata yang menunjukkan waktu tali tidak menggunakan ni, yaitu: Hari: 昨日,今 日,明日 Minggu: 先週,今週,来週 Bulan: 先月,今月,来. Beberapa kata
yang menunjukkan waktu boleh memakai partikel ni atau boleh juga tidak, yaitu: Musim (季節): 春 (musim semi),夏 (musim panas),秋 (musim gugur), 冬 (musim dingin).
- Menunjukkan sesuatu itu berada, sering digabung dengan kata kerja aru (untuk objek benda mati) dan iru (objek benda hidup). Dibandingkan dengan de, yang juga menunjukkan tempat dari suatu tindakan, disini ni menunjukkan lokasi dari tindakan yang relatif statis daripada yang satu yang mana bersifat dinamis. Arti: “di”.Ketika subjek merupakan event atau
kejadian (seperti parade). Lokasi tempatnya seringnya diikuti partikel de bukan ni. Meskipun kata kerjanya aru atau iru.
- Menunjukkan tujuan ketika digunakan dengan kata kerja yang menunjukkan pergerakan ke dalam. Partikel e dapat menggantikan ni dalam penggunaan ini, tapi ni lebih umum. Arti: “di; ke dalam”..
- Menunjukkan lokasi dimana suatu tindakan berlangsung ketika di kombinasikan dengan kata kerja: 座る (duduk), 置く (meletakkan), 住む (tinggal), 勤める (bekerja), 積もる (bertumpuk).
- Partikel ni/e menunjukkan arah kemana sesuatu itu bergerak. Dalam arti ini, ni dan e dapat saling menggantikan. Arti: “ke”.
- Menunjukkan urutan lengkap dari kata benda, kecuali ketika diikuti nado.
Ini lebih tersusun/terstruktur dan tipikal dari percakapan sopan daripada ya..ya, to ka..to ka atau dano..dano. Arti: “dan; dengan”.
- Menunjukkan tujuan dari suatu tindakan. Ia mengikuti akar kata kerja bentuk -masu dan diikuti oleh kata kerja lainnya. Arti: “untuk”.
2.5 Fungsi dan Makna JoshiMo
Dari sekian banyak Joshi dalam bahasa Jepang, dapat dikatakan Joshi “Mo”
adalah salah satu partikel yang cukup sering digunakan dalam percakapan kalimat bahasa Jepang. Namun disisi lain Joshi “Mo” juga memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteks kalimatnya. Ketika Joshi “Mo” mengikuti kata benda atau partikel biasanya menujukkan kemiripan antara dua benda. Ketika Joshi “Mo”
didahului oleh kata sifat atau kata kerja, menunjukkan bahwa ada lebih dari satu tindakan terjadi. Maka dari itu, untuk lebih memahami lebih jauh, berikut beberapa fungsi dan makna Joshi “Mo” menurut Sue A Kawashima, Naoko Chino dan T.Chandra.
Menurut Sue A. Kawashima dalam bukunya A Dictionary Of Japanese Particles (2013:91),mengemukakan fungsi dan makna dari Partikel Mo sebagai
berikut:
1. PartikelMo yang berfungsi untuk menyatakan adanya kesamaan jenis antara dua subjek yang berupa kata benda. Contoh:
僕はピクニックに行きませんでした.彼女もピクニックに行きま せんでした.
Boku wa pikunikku ni ikimasen deshita. Kanojo mo pikunikku ikimasen
deshita.
‘Saya tidak ikut pergi piknik. Dia pun tidak ikut piknik’.
2. PartikelMo dalam pola -Mo..Mo digunakan untuk menambahkan urutan dua atau lebih sesuatu yang berada dalam kategori yang hampir sama.
Digunakan setelah kata bendanya atau setelah partikel lain seperti partikel Ni atau No dan memiliki makna: “Juga”, ”Keduanya”,
”Baik..Maupun”.
Contoh: 僕は勉強するのも働くのも嫌いだ.
Boku wa benkyou suru no mo hataraku no mo kirai da.
‘Saya benci belajar maupun kerja’.
3. Partikel Mo dalam pola “..Mo..Mo”, sering dalam bentuk “..De mo” jika digunakan dengan kata benda atau “..Te mo” jika digunakan dengan kata kerja. Memiliki fungsi yaitu menujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara dua hal atau suatu tindakan. memiliki makna: “tidak masalah”, “tak ada bedanya”.
Contoh: 日本語で書いても英語で書いてもかまいません.
Nihongo de kaite mo eigo de kaite mo kamaimasen.
‘Tidak masalah ditulis dengan bahasa jepang atau bahasa inggris’.
4. Partikel Mo berfungsi untuk menunjukkan penambahan pada sesuatu yang telah ada sebelumnya. Partikel Mo dsini digunakan setelah kata bendanya. Memiliki makna: “Juga”,”Dan juga”.
Contoh: お父さん, 僕も映画に連れて行ってよ.
Otoosan, boku mo eiga ni tsurete itte yo.
‘Ayah, saya juga ikutlah pergi nonton film’.
5. Partikel Mo yang berfungsi untuk menegaskan kuantitas, jarak atau frekuensi. Digunakan setelah kata bilangan dan dapat bermakna:
“selama”, “sejauh”, “sebanyak”.
Contoh: 私はもう十年も日本に帰っていません.
Watashi wa mou juunen mo nihon ni kaette imasen.
‘Saya sudah 10 tahun tidak balik ke Jepang’.
6. Partikel Mo yang berfungsi menunjukkan perkiraan jumlah atau kuantitas. Digunakan setelah kata bilangan. Ia memiliki makna:
“sekitar”.
Contoh: この仕事はもう三日もあればできるでしょう.
Kono Shigoto wa mou mikka mo areba dekiru deshou.
‘Pekerjaan ini harusnya selesai kira-kira 3 hari lagi’.
7. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan ketiadaan atau penyangkalanakan sesuatu. Untuk menyatakan fungsi ini maka partikel Mo biasa diikuti oleh kata tanya, kata benda atau dalam kalimat bentuk
negatif. Ia memiliki makna: “Tidak..”, “Tak satupun..”.
Contoh: 今日は店はどこも閉まっている Kyou wa mise wa doko mo shimatte iru.
‘Hari ini toko tutup dimana-mana’.
8. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan situasi atau kondisi yang diluar dugaan. Penggunaanya dengan melekatkan pada kata bendanya atau setelah partikel lain. Dapat bermakna “Bahkan”.
Contoh: 彼はテニス選手もしていたらしい.
Watashi wa tenisu senshu mo shite ita rashii.
‘Saya dengar dia bahkan dulunya atlet tenis’.
9. Partikel Mo yang berfungsi untuk menyatakan suatu derajat atau tingkatan dari suatu keadaan atau tindakan. Ini merupakan bentuk ekspresi sehari-hari dalam bentuk “Koo mo”, “Soo mo” dan “Aa mo”
yang sama artinya dengan “Konna ni”, “Sonna ni” dan “Anna ni” yang
dapat digunakan diawal kalimat atau ditengah kalimat. Memiliki makna
“Sebanyak...” atau “Sebegitunya..”.
Contoh: 外国にいるとああも日本食が恋しくなるものだろうか.
Gaikoku ni iru to aa mo nihon shoku ga koishiku naru mono darouka.
‘Saya penasaran, ketika seseorang berada diluar negeri, apa ada orang sangat merindukan masakan Jepang’.
Sedangkan menurut Naoko Chino dalam bukunya How To Tell The Difference Between Japanese Particles, membagi partikel Mo kedalam 6 fungsi.
Yaitu:
1. Partikel Mo yang menunjukkan adanya kemiripan atau hubungan dengan sesuatu yang telah dinyatakan sebelumnya. kata benda pertama
1. Partikel Mo yang menunjukkan adanya kemiripan atau hubungan dengan sesuatu yang telah dinyatakan sebelumnya. kata benda pertama